Adapa (Mitologi Babilonia)
Kemudian
Adapa, putra Eridu, mengambil perahu untuk memancing dan berburu untuk Eridu. Sementara
itu Ea bangkit dari tempat tidurnya untuk mengurus baut Eridu setiap hari. Di
dermaga suci Kar-usakar dia menaiki perahu. Angin bertiup dan kapalnya
berangkat. Dengan dayung, dia mengemudikan kapalnya di atas lautan luas. Angin selatan
berhembus kencang untuk menenggelamkannya bersama ikan-ikan. “Angin Selatan,
meskipun kau mengirim saudara-saudaramu untuk melawanku, betapapun banyaknya, aku
akan mematahkan sayapmu!” Seperti yang diucapkannya dengan mulutnya, sayap
angin selatan patah. Selama tujuh hari angin selatan tidak bertiup ke daratan.
An memanggil pelayannya Ilabrat, “Mengapa angin selatan tidak bertiup ke daratan selama tujuh hari?
Pelayannya, Ilabrat, menjawabnya, "Tuanku, Adapa, putra Ea, sudah mematahkan sayap angin selatan."
Ketika
An mendengar kata-kata pelayannya itu, dia berseru, "Tolong!" bangkit
ke singgasananya, "Biarkan seseorang membawanya ke sini."
Ea,
yang mengenal surga, membangunkannya dan membuatnya mengenakan pakaian berkabung,
lalu memberinya nasihat. Ea berkata, "Adapa, kau harus pergi ke hadapan
An, kau harus pergi ke surga. Ketika kau sampai di surga, ketika kau mendekati
gerbang An, di gerbang An, Tammuz dan Gishzida berdiri, mereka akan melihatmu,
mereka akan bertanya kepadamu, 'Anak muda, atas nama siapakah kau muncul
seperti itu? Atas nama siapakah kau mengenakan pakaian berkabung?' Kau harus
menjawab, 'Di negeri ini, dua dewa sudah lenyap, itulah sebabnya aku
berperilaku seperti ini.' Mereka akan bertanya lagi, 'Siapakah kedua dewa itu,
yang di negeri ini sudah lenyap?' Kau harus menjawab, 'Tammuz dan Gishzida.' Mereka
akan saling memandang dan tertawa terbahak-bahak. Mereka akan mengucapkan kata-kata
yang mendukungmu kepada An. Mereka akan memperkenalkanmu kepada An dalam
suasana hati yang baik. Saat kau berdiri di hadapan An, mereka akan mengulurkan
roti kematian untukmu, jangan kau makan. Mereka akan mengulurkan air kematian
untukmu, jangan kau minum. Mereka akan mengulurkan pakaian untukmu, kenakanlah.
Mereka akan mengulurkan minyak untukmu, urapilah dirimu. Jangan abaikan nasihat
yang kuberikan kepadamu. Kata-kata yang sudah kuucapkan, peganglah teguh."
Utusan
An akhirnya tiba. “Datanglah ke hadapanku Adapa, yang sudah mematahkan sayap angin
selatan.'
Dia
membuatkannya jalan ke surga dan Adapa naik ke surga. Ketika dia naik ke surga,
ketika dia mendekati gerbang An, Dumuzi dan Gishzida berdiri di gerbang An.
Mereka melihat Adapa dan berseru, “Anak muda, atas nama siapakah kau muncul
seperti itu? Atas nama siapakah kau mengenakan pakaian berkabung?'
“Di negeri ini,
dua dewa sudah lenyap, itulah sebabnya aku berperilaku seperti ini.”
“Siapakah kedua
dewa itu, yang di negeri ini sudah lenyap?”
“Tammuz dan
Gishzida.”
Mereka kemudian saling
memandang, dan tertawa terbahak-bahak.
Ketika Adapa tiba di
hadapan An, An melihatnya dan berseru, "Kemarilah, Adapa. Mengapa kau
mematahkan sayap
angin selatan?"
Adapa
menjawab An, “Tuanku, aku sedang menangkap ikan di tengah laut untuk rumah
tuanku, Ea. Tapi, laut menggembungkan tubuhnya menjadi badai. Lalu angin
selatan bertiup dan menenggelamkanku! Aku terpaksa tinggal di rumah ikan. Dalam
amarahku, aku mengutuk angin selatan.”
Tammuz
dan Gishzida menjawab dari sampingnya, mengucapkan sepatah kata yang
mendukungnya kepada An. Hatinya tenang, dia menjadi tenang.
Lalu
An berkata, “Mengapa Ea mengungkapkan kepada umat manusia yang malang jalan
surga dan bumi, memberi mereka hati yang berat? Dialah yang melakukannya! Apa
yang bisa kita lakukan untuknya? Ambilkan dia roti kehidupan dan biarkan dia
makan!”
Mereka
mengambilkannya roti kehidupan, tapi dia tidak mau makan. Mereka
mengambilkannya air kehidupan, tapi dia tidak mau minum. Mereka mengambilkannya
pakaian, dan dia mengenakannya pada dirinya sendiri. Mereka mengambilkannya
minyak, dan dia mengurapi dirinya sendiri.
An
memperhatikannya dan menertawakannya. “Kemarilah, Adapa, mengapa kau tidak
makan? Mengapa kau tidak minum? Tidakkah kau ingin menjadi abadi? Sekarang kau
tidak akan hidup abadi!”
“Ea
tuanku berkata kepadaku, ‘Mereka akan mengulurkan roti kematian untukmu, jangan
kau makan. Mereka akan mengulurkan air kematian untukmu, jangan kau minum.
Mereka akan mengulurkan pakaian untukmu, kenakanlah. Mereka akan mengulurkan
minyak untukmu, urapilah dirimu.'”
An
tertawa lalu membuka mulutnya dan berkata, "Bawalah dia dan kirim dia
kembali ke bumi."
***
Kalau Anda menyukai kisah mitologi ini, Anda mungkin ingin membaca kisah mitologi Babilonia lainnya di sini.
***

Comments
Post a Comment