Nergal Dan Ereshkigal (Mitologi Babilonia)
Kakka menuruni tangga panjang
surga. Sesampainya di gerbang Ereshkigal, dia berkata, "Penjaga gerbang,
bukakan gerbang untukku!"
"Kakka, masuklah, semoga
gerbang memberkatimu."
Dia membiarkan Kakka masuk melalui
gerbang pertama, dia membiarkan Kakka masuk melalui gerbang kedua, dia
membiarkan Kakka masuk melalui gerbang ketiga, dia membiarkan Kakka masuk
melalui gerbang keempat, dia membiarkan Kakka masuk melalui gerbang kelima, dia
membiarkan Kakka masuk melalui gerbang keenam, dia membiarkan Kakka masuk
melalui gerbang ketujuh.
Kakka memasuki halamannya yang
luas, berlutut dan mencium tanah di depannya. Dia menegakkan tubuh, berdiri,
dan menyapanya, "An, ayahmu, mengutusku untuk mengatakan, 'Kau tidak
mungkin datang. Di tahunmu, kau tidak bisa datang menemui kami. Dan kami tidak
mungkin turun. Di bulan kami, kami tidak bisa turun menemuimu. Biarkan utusanmu
datang dan mengambil dari meja, biarkan dia menerima hadiah untukmu. Aku akan
memberinya sesuatu untuk dipersembahkan kepadamu.'"
Ereshkigal bersuara dan berbicara, dia
mengarahkan kata-katanya kepada Kakka. "Wahai utusan An, ayah kami, kau
yang sudah datang kepada kami, semoga damai menyertai An, Ellil, dan Ea, para
dewa agung. Semoga damai menyertai Nammu dan Nash, para dewi suci. Semoga damai
menyertai Dumuzid, suami Dewi Surga. Semoga damai menyertai Ninurta, pahlawan
negeri ini."
Kakka bersuara dan berbicara, dia
mengarahkan kata-katanya kepada Ereshkigal, "Semoga damai menyertai An,
Ellil, dan Ea, para dewa agung. Semoga damai menyertai Nammu dan Nash, para dewi
suci. Semoga damai menyertai Dumuzid, suami Dewi Surga. Semoga damai menyertai
Ninurta, pahlawan negeri ini." Kakka bersuara dan berbicara, dia
mengarahkan kata-katanya kepada Ereshkigal, "Semoga damai menyertaimu."
Ereshkigal bersuara dan berbicara, dia
mengarahkan kata-katanya kepada menterinya, Namtar, "Menteriku, Namtar,
aku akan mengirimmu ke surga ayah kami, An. Namtar, naiklah ke tangga surga
yang panjang. Ambillah dari meja dan terimalah hadiah untukku. Apa pun yang An
berikan kepadamu, kau harus mempersembahkannya kepadaku."
Ketika Namtar tiba, para dewa berdiri
memuja dewi kesayangan mereka, Ereshkigal. Mereka memperlakukannya seolah-olah dia
adalah yang terhebat di antara saudara-saudara perempuan mereka. Namtar
dihujani makanan dan hadiah. Dia disuguhi makanan terbaik, dan hadiah-hadiahnya
diterima dengan gembira.
Satu dewa menolak
untuk berdiri di hadapan Namtar. Dewa ini adalah Nergal, dewa perang dan wabah.
Nergal tidak terlalu dekat dengan Ereshkigal, dan dia sama sekali tidak takut
mati. Ea memanggil Namtar untuk menghampirinya ketika sang menteri kembali ke
dunia bawah.
Ea bersuara dan berbicara, dia mengarahkan
kata-katanya kepada Namtar, “Aku kenal Ereshkigal dengan baik. Saat kau bertemu
dengannya, dia pasti ingin tahu nama dewa yang tidak membungkuk padanya. Kalau
kau memberitahunya, dia pasti ingin dewa itu dibawa kepadanya agar dia bisa
mengajarinya untuk takut mati. Ceritakan padanya semua yang kau lihat.”
Namtar melakukan apa yang
disarankan, tapi tidak sebelum membahas kematian sang dewa dengan para dewa
agung lainnya. Para dewa memahami bahwa dengan tindakannya yang tidak pantas,
kematian Nergal sudah pasti.
Namtar membungkuk di hadapan ratu
dunia bawah dan menceritakan penghinaan itu. Ereshkigal benar-benar marah.
"Aku ingin kau kembali ke surga dan mencari dewa yang tidak bernyawa itu.
Saat kau menemukannya, aku ingin menghabisinya dengan tanganku sendiri."
Namtar melakukan apa yang
diperintahkan Ereshkigal dan kembali ke surga. Setibanya di sana, dia meminta
mereka semua menundukkan kepala agar dia dapat mengenali puncak kepala yang sudah
dilihatnya sebelumnya.
“Dewa yang tidak bersujud di
hadapanmu tadi sudah tidak ada lagi di sini!” kata para dewa.
Namtar tidak dapat
menemukan kepala dewa yang dicarinya. Seandainya dia menghitungnya, dia tidak
akan menemukan satu pun yang hilang. Ea sudah menyamarkan atas kepala Nergal
agar terlihat botak.
"Jadi dia
melarikan diri. Kalau tidak ada alasan lain, ini menunjukkan bahwa dia juga
takut mati. Kalian semua boleh bangkit." Mendengar itu, semua dewa berdiri
kecuali satu dewa botak di belakang. Namtar memberi isyarat agar dia berdiri, tapi
dia tidak mau berdiri. “Aku tidak berdiri karena pendengaranku kurang, tapi aku
juga tidak takut pada Ereshkigal.”
"Kau sama
buruknya dengan orang yang tidak menunjukkan rasa hormat kepada kekuatan dunia
bawah sebelumnya. Anggaplah dirimu beruntung karena aku tidak mengejarmu."
Lalu Namtar kembali ke dunia bawah untuk berbicara dengan Ereshkigal.
Ea bersuara dan berbicara, dia mengarahkan
kata-katanya kepada Nergal, “Para dewa berlutut di hadapannya. Para dewa agung,
penguasa takdir. Karena dialah yang mengendalikan kematian. Para dewa yang
bersemayam di dalam Erkalla. Mengapa kau tidak berlutut di hadapannya? Kau tahu kekuatan dunia bawah karena
kau dan saudara kembarmu berjaga di salah satu pintu masuk utama ke dunia
bawah. Aku
terus mengedipkan mata padamu, tapi kau pura-pura tidak melihatnya."
Nergal bersuara dan berbicara, dia mengarahkan
kata-katanya kepada Ea, mengungkapkan keinginannya untuk mengunjungi Ereshkigal,
“Aku tidak
takut pada ratu dunia bawah. Aku tidak takut pada kematian. Aku adalah Nergal,
panglima perang yang agung. Aku akan pergi ke dunia bawah dengan kepala tegak
dan membuktikan bahwa aku lebih baik darinya.”
Lalu Ea bersuara dan berbicara, dia
mengarahkan kata-katanya kepada Nergal. "Anakku, kau akan melanjutkan
perjalanan yang kauinginkan, genggamlah pedang di tanganmu. Pergilah ke hutan
pohon mesu. Tebanglah pohon mesu, pohon tiaru, dan juniper! Robohkan pohon
kanaktu dan pohon simberru."
Mendengar ini, Nergal mengambil
kapak di tangannya, menghunus pedang dari ikat pinggangnya, pergi ke hutan
pohon mesu, menebang pohon mesu, pohon tiaru, dan juniper, merobohkan pohon
kanaktu dan pohon simberru, dia membuat singgasana untuk Ea yang berpandangan
jauh. Dia mengecatnya dengan pasta abu-abu sebagai pengganti perak, mengecatnya
dengan pasta kuning dan pasta merah sebagai pengganti emas, mengecatnya dengan
glasir biru sebagai pengganti lapis lazuli. Pekerjaannya selesai, kursinya sudah
selesai.
Kemudian Ea memanggil dan
memberikan perintah kepadanya, "Anakku, tentang perjalanan yang ingin kau
lakukan: saat kau tiba di sana, ikutilah perintah apa pun yang kuberikan
kepadamu. Ketika mereka membawakan kursi untukmu, jangan pergi ke sana, jangan
duduk di atasnya. Ketika tukang roti membawakanmu roti, jangan pergi ke sana,
jangan makan rotinya. Ketika tukang daging membawakanmu daging, jangan pergi ke
sana, jangan makan dagingnya. Ketika pembuat bir membawakanmu bir, jangan pergi
ke sana, jangan minum birnya. Ketika mereka membawakanmu baskom kaki, jangan
pergi ke sana, jangan mencuci kakimu. Ketika Ereshkigal sudah mandi dan
mengenakan jubah indah, membiarkanmu melihat tubuhnya, jangan lakukan apa yang
dilakukan laki-laki dan perempuan."
Nergal mengarahkan wajahnya ke arah
Kurnugi, ke rumah gelap, kediaman dewa Erkalla, ke rumah yang tidak bisa
ditinggalkan siapa pun yang masuk, ke jalan yang hanya bisa dilalui satu arah, ke
rumah tempat mereka yang masuk tidak mendapatkan cahaya, tempat debu adalah
makanan mereka, tanah liat adalah roti mereka. Mereka berpakaian, seperti
burung, dengan bulu. Mereka tidak melihat cahaya, mereka tinggal di dalam
kegelapan. Mereka merintih seperti merpati.
Penjaga gerbang membuka mulutnya
dan mengarahkan kata-katanya kepada Nergal, "Aku harus kembali melaporkan
tentang dewa yang berdiri di pintu." Penjaga gerbang masuk dan mengarahkan
kata-katanya kepada Ereshkigal, "Nyonya, seorang dewa sudah datang untuk
menemui kita. Aku akan memeriksanya."
Ereshkigal membuat suaranya
terdengar dan berbicara kepada Namtar, "Pergilah dan periksalah dewa yang
datang ke depan gerbangku."
Namtar bersuara dan berbicara, dia
mengarahkan kata-katanya kepada Ereshkigal, "Biar kuperiksa dia, biar kulihat
dia di gerbang luar. Biar kubawakan kembali kepada tuanku deskripsi tentang
dia." Namtar pergi dan menatap Erra di balik bayangan pintu. Wajah Namtar
memucat seperti buah tamariska yang terpotong. Bibirnya menggelap seperti
pinggiran bejana kuninu. Namtar pergi dan menyapa majikannya, "Nyonya,
ketika kau mengirimku kepada ayahmu, ketika aku memasuki halaman An, semua dewa
berlutut, merendahkan diri di hadapannya, semua dewa berdiri di hadapanku. Dewa
yang tidak muncul di hadapanku sebelumnya ada di gerbang terluarmu, Nergal
sudah turun ke Kurnugi."
Ereshkigal pun bersuara dan
berbicara, dia mengarahkan kata-katanya kepada Namtar, "Namtar pelayanku,
janganlah kau mencari kekuasaan Ellil, jangan pula kau berhasrat melakukan
tindakan mulia. Apa kau ingin naik dan duduk di singgasana kerajaan? Apa kau
ingin melaksanakan penghakiman atas bumi yang luas? Haruskah aku naik ke surga An,
ayahku? Haruskah aku makan roti Anunnaki? Haruskah aku minum air Anunnaki?
Pergilah dan bawalah dewa itu ke hadapanku!"
Namtar pergi dan mempersilakan dewa
itu, Erra, masuk. Dia mempersilakan Nergal masuk melalui pintu pertama, gerbang
Nedu. Dia mempersilakan Nergal masuk melalui pintu kedua, gerbang Enkishar. Dia
mempersilakan Nergal masuk melalui pintu ketiga, gerbang Endashurimma. Dia
mempersilakan Nergal masuk melalui pintu keempat, gerbang Enuralla. Dia
mempersilakan Nergal masuk melalui pintu kelima, gerbang Endukuga. Dia
mempersilakan Nergal masuk melalui pintu keenam, gerbang Endushuba. Dia
mempersilakan Nergal masuk melalui pintu ketujuh, gerbang Ennugigi.
Nergal memasuki halaman yang luas,
lalu berlutut, mencium tanah di hadapannya. Dia menegakkan tubuh, berdiri, dan
menyapanya, "An, ayahmu mengutusku untuk menemuimu, dengan berkata,
'Duduklah di singgasana itu, hakimi perkara para dewa agung, para dewa agung
yang tinggal di Erkalla!'"
Begitu mereka membawanya ke
singgasana, dia tidak pergi ke sana, dan tidak duduk di atasnya. Ketika tukang
roti membawakannya roti, dia tidak pergi ke sana, dan tidak memakan rotinya.
Ketika tukang daging membawanya, dia tidak pergi ke sana, dan tidak memakan
dagingnya. Ketika pembuat bir membawakannya bir, dia tidak pergi ke sana, dan
tidak meminum birnya. Ketika mereka membawakannya baskom kaki, dia tidak pergi
ke sana, dan tidak mencuci kakinya.
Ketika Ereshkigal pergi ke kamar
mandi dan mengenakan jubah yang indah, dan membiarkan dia melihat sekilas
tubuhnya, dia menyerah pada hasrat hatinya untuk melakukan apa yang dilakukan laki-laki
dan perempuan. Keduanya berpelukan dan pergi tidur dengan penuh gairah. Mereka
berbaring di sana, Ereshkigal dan Erra, untuk hari pertama dan hari kedua. Mereka
berbaring di sana, Ereshkigal dan Erra, untuk hari ketiga dan hari keempat.
Mereka berbaring di sana, Ereshkigal dan Erra, untuk hari kelima dan hari
keenam.
Ketika hari ketujuh tiba, Nergal, bangkit dan berniat pergi. Ereshkigal menahannya dan tidak
membiarkannya pergi. Nergal lalu membuka mulutnya dan berbicara kepada
Ereshkigal, “Jangan gemetar. Biarkan aku pergi, dan aku akan kembali ke Kurnugi
nanti."
Nergal pergi dan bersuara, lalu
berbicara. Dia menyampaikan kata-katanya kepada penjaga gerbang,
"Ereshkigal, nyonyamu, mengutusku, dengan mengatakan, 'Aku akan mengirimmu
ke surga An, ayah kita.' Jadi, biarkan aku keluar!"
Nergal menaiki tangga surga yang
panjang. Ketika dia tiba di gerbang An, Ellil, dan Ea, An, Ellil, dan Ea
melihatnya dan berkata, "Putra Ishtar sudah kembali kepada kita. Ereshkigal
akan mencarinya. Ea, ayahnya, harus memercikinya dengan air mata air, dan
dengan kepala botak, berkedip, dan meringis, dia harus duduk di antara para
dewa."
Ereshkigal pergi ke kamar mandi dan
menghias tubuhnya dengan gaun yang indah. Dia berkata, "Siram ruanganku dengan
air dan minyak wangi, putri Lamashtu dan Enmesharra, siram ruanganku dengan air
dan minyak wangi. Utusan ayah kita yang datang menemui kita akan memakan roti kita
dan meminum air kita."
Namtar bersuara dan berbicara,
mengarahkan kata-katanya kepada Ereshkigal, nyonyanya, "Utusan An, ayah
kita, yang datang menemui kita, sebelum fajar dia sudah pergi dan menghilang!"
Ereshkigal menangis keras,
memilukan, jatuh dari singgasana ke tanah, lalu berdiri tegak. Air matanya
mengalir di pipinya. "Erra, kekasihku yang kusenangi —aku tidak cukup puas
dengannya sebelum dia pergi! Erra, cintaku yang kusenangi —aku tidak cukup puas
dengannya sebelum dia pergi."
Namtar pun bersuara dan berbicara,
mengarahkan kata-katanya kepada Ereshkigal, "Kirim aku ke An, ayahmu, dan
biarkan aku menangkap dewa itu! Biarkan aku membawanya kepadamu, agar dia bisa
menciummu lagi!"
Ereshkigal bersuara dan berbicara,
menyampaikan kata-katanya kepada Namtar, menterinya, "Pergilah, Namtar,
kau harus bicara dengan An, Ellil, dan Ea! Hadapkan wajahmu ke gerbang An,
Ellil, dan Ea, untuk mengatakan, 'Sejak aku kanak-kanak dan menjadi putri, aku
tidak pernah mengenal permainan gadis-gadis lain, aku tidak pernah mengenal kesenangan
anak-anak. Dewa yang kau kirim kepadaku dan yang sudah menghamiliku —biarkan
dia tidur denganku lagi! Kirimkan dewa itu kepadaku, dan biarkan dia bermalam
bersamaku sebagai kekasihku! Aku najis, dan aku tidak cukup suci untuk
menghakimi para dewa agung, para dewa agung yang bersemayam di Erkalla. Kalau
kau tidak mengirim dewa itu kepadaku, sesuai dengan ritual Erkalla dan bumi
yang agung, aku akan membangkitkan orang mati, dan mereka akan memakan yang
hidup. Aku akan membuat jumlah orang mati lebih banyak daripada yang
hidup!'"
Namtar menaiki tangga surga yang
panjang. Ketika dia tiba di gerbang An, Ellil, dan Ea, An, Ellil, dan Ea
melihatnya dan berkata, "Untuk apa kau datang, Namtar?"
“Putrimu mengirimku, untuk
mengatakan, 'Sejak aku kanak-kanak dan menjadi putri, aku tidak pernah mengenal
permainan gadis-gadis lain, aku tidak pernah mengenal kesenangan anak-anak. Dewa
yang kau kirim kepadaku dan yang sudah menghamiliku —biarkan dia tidur denganku
lagi! Kirimkan dewa itu kepadaku, dan biarkan dia bermalam bersamaku sebagai
kekasihku! Aku najis, dan aku tidak cukup suci untuk menghakimi para dewa
agung, para dewa agung yang bersemayam di Erkalla. Kalau kau tidak mengirim
dewa itu kepadaku, sesuai dengan ritual Erkalla dan bumi yang agung, aku akan
membangkitkan orang mati, dan mereka akan memakan yang hidup. Aku akan membuat
jumlah orang mati lebih banyak daripada yang hidup!'"
Ea membuka mulutnya dan berbicara
kepada Namtar, "Masuklah, Namtar, ke istana An, carilah orang yang kau
cari dan bawalah dia!"
Ketika dia memasuki istana An,
semua dewa berlutut dengan rendah hati di hadapannya, semua dewa negeri itu
berlutut dengan rendah hati di hadapannya. Dia langsung menghampiri satu dewa, tapi
tidak mengenali dewa itu, dia langsung menghampiri dewa kedua dan ketiga, tapi
tidak mengenali dewa itu juga.
Namtar pun pergi dan menyampaikan
pesannya kepada nyonyanya, "Nyonya, tentang pengirimanmu kepadaku ke surga
An, ayahmu: nyonya, hanya ada satu dewa yang duduk dengan kepala botak,
berkedip, dan meringis di hadapan para dewa."
Ereshkigal bersuara dan berbicara,
menyampaikan kata-katanya kepada Namtar, menterinya, "Pergi, tangkap dewa
itu dan bawa dia kepadaku! Ea, ayahnya memercikinya dengan air mata air, dan
dia duduk di antara kumpulan semua dewa dengan kepala botak, berkedip, dan
meringis."
Namtar menaiki tangga surga yang
panjang. Ketika dia tiba di gerbang An, Ellil, dan Ea, An, Ellil, dan Ea
melihatnya dan berkata, "Untuk apa kau datang, Namtar?"
“Putrimu mengirimku, untuk
mengatakan, ‘Pergi, tangkap dewa itu dan bawa dia kepadaku! Ea, ayahnya
memercikinya dengan air mata air, dan dia duduk di antara kumpulan semua dewa
dengan kepala botak, berkedip, dan meringis.'"
Ea membuka mulutnya dan berbicara
kepada Namtar, "Masuklah, Namtar, ke istana An, carilah orang yang kau
cari dan bawalah dia!"
Ketika dia memasuki istana An,
semua dewa berlutut dengan rendah hati di hadapannya, semua dewa negeri itu
berlutut dengan rendah hati di hadapannya. Dia langsung menghampiri satu dewa, tapi
tidak mengenali dewa itu, dia langsung menghampiri dewa kedua dan ketiga, tapi
tidak mengenali dewa itu juga.
Lalu Nergal memperdengarkan
suaranya dan berbicara, mengarahkan kata-katanya kepada Ea, "Biarkan
Namtar, utusan yang datang kepada kita, minum air kita, mandi, dan mengurapi
dirinya sendiri."
Namtar memperdengarkan suaranya dan
berbicara, mengarahkan kata-katanya kepada Erra, "Erra, kau akan turun ke
dunia bawah, ke tempat nyonyaku menunggu, tapi kau akan melakukannya dengan
kekuatan penuhmu. Semua ritual dunia bawah yang agung harus kau ikuti. Saat kau
pergi dari surga, kau harus membawa singgasanamu, kau harus membawa pedangmu, kau
harus membawa kapakmu, kau harus membawa busurmu, kau harus membawa ikat
pinggangmu, kau harus membawa semua senjatamu. Jangan bergulat dengan para
penjaga gerbang agar mereka tidak mengikat dadamu."
Erra memperhatikan kata-kata
Namtar. Dia meminyaki tali busurnya dan menyampirkan busurnya. Nergal menuruni
tangga panjang surga. Sesampainya di gerbang Ereshkigal, dia berkata,
"Penjaga gerbang, buka gerbangnya!"
Dia memukul Nedu, penjaga pintu
gerbang pertama, dan tidak membiarkannya bergulat dengannya. Dia memukul
penjaga pintu kedua, dan tidak membiarkannya bergulat dengannya. Dia memukul
penjaga pintu ketiga, dan tidak membiarkannya bergulat dengannya. Dia memukul
penjaga pintu keempat, dan tidak membiarkannya bergulat dengannya. Dia memukul
penjaga pintu kelima, dan tidak membiarkannya bergulat dengannya. Dia memukul
penjaga pintu keenam, dan tidak membiarkannya bergulat dengannya. Dia memukul
penjaga pintu ketujuh, dan tidak membiarkannya bergulat dengannya. Dia memasuki
halaman Ereshkigal yang luas, dan menghampirinya dan tertawa. Dia menjambak
rambutnya dan menariknya dari singgasana. Dia menjambak rambut Ereshkigal dan memeluknya.
Keduanya berpelukan dan pergi tidur
dengan penuh gairah. Mereka berbaring di sana, Ereshkigal dan Erra, untuk hari
pertama dan hari kedua. Mereka berbaring di sana, Ereshkigal dan Erra, untuk
hari ketiga. Mereka berbaring di sana, Ereshkigal dan Erra, untuk hari keempat.
Mereka berbaring di sana, Ereshkigal dan Erra, untuk hari kelima. Mereka
berbaring di sana, Ereshkigal dan Erra, untuk hari keenam.
Ketika hari ketujuh tiba, An mengeluarkan suaranya dan berbicara, mengarahkan kata-katanya kepada Kakka, menterinya, "Kakka, aku akan mengirimmu ke Kurnugi, ke rumah Ereshkigal yang tinggal di Erkalla, untuk mengatakan, ‘Dewa itu, yang aku kirim kepadamu, selamanya dia akan menjadi kekasihmu dan kalian berdua akan memerintah dunia bawah, menghakimi mereka yang di atas dan mereka yang di bawah.’”
***
Kalau Anda menyukai kisah mitologi ini, Anda mungkin ingin membaca kisah mitologi Babilonia lainnya di sini.
***

Comments
Post a Comment