Pierre Menard, Penulis Don Quixote (Pierre Menard, Author of the Quixote ~ Jorge Luis Borges)
Saya
sadar bahwa cukup mudah untuk menantang otoritas saya yang terbatas. Tapi, saya
harap saya tidak dilarang untuk menyebutkan dua kesaksian penting. Baroness de
Bacourt (yang pada vendredis3-nya yang tidak terlupakan saya mendapat
kehormatan bertemu dengan penyair yang sudah almarhum ini) sudah berkenan
menyetujui halaman-halaman berikut. Countess de Bagnoregio, salah satu perempuan
paling lembut di Kerajaan Monaco (dan sekarang di Pittsburgh, Pennsylvania,
setelah pernikahannya baru-baru ini dengan filantropis internasional Simon
Kautzsch, yang sudah difitnah dengan sembarangan --sialan!-- oleh para korban
manuvernya yang tidak memihak) yang sudah mengorbankan "demi kebenaran dan
kematian" (begitulah kata-katanya) kemegahan yang menjadi ciri khasnya,
dan, dalam surat terbuka yang diterbitkan di majalah Luxe, juga
memberikan persetujuannya kepada saya. Izin-izin ini, menurut saya, tidak
sepenuhnya tidak memadai. Saya sudah mengatakan bahwa karya nyata Menard bisa
dengan mudah dirinci. Setelah memeriksa dengan saksama berkas-berkas
pribadinya, saya menemukan bahwa berkas-berkas tersebut berisi hal-hal berikut:
a)
Soneta Simbolis yang muncul dua kali (dengan varian) dalam ulasan La conque
(terbitan Maret dan Oktober 1899).
b)
Sebuah monograf tentang kemungkinan membangun kosakata puitis dari
konsep-konsep yang bukan merupakan sinonim atau parafrase dari konsep-konsep
yang membentuk bahasa kita sehari-hari, "melainkan objek-objek ideal yang
diciptakan menurut konvensi dan pada hakikatnya dirancang untuk memenuhi
kebutuhan puitis" (Nîmes, 1901).
c)
Sebuah monograf tentang "hubungan atau kesamaan tertentu" antara
pemikiran Descartes4, Leibniz5 dan John Wilkins6
(Nîmes, 1903).
d)
Sebuah monograf tentang Characteristica universalis7 karya
Leibniz (Nîmes, 1904).
e)
Sebuah artikel teknis tentang kemungkinan peningkatan permainan catur dengan
menghilangkan salah satu pion benteng. Menard mengusulkan, merekomendasikan,
membahas, dan akhirnya menolak inovasi ini.
f)
Sebuah monograf tentang Ars magna generalis8 karya RaymondLully9 (Nîmes, 1906).
g)
Terjemahan, dengan prolog dan catatan, dari Libro de la inventión liberal yarte del juego del axedrez10 karya Ruy López de Segura11
(Paris, 1907).
h)
Lembar kerja monograf tentang logika simbolik George Boole12.
i)
Pemeriksaan hukum metrik penting prosa Prancis, diilustrasikan dengan contoh
yang diambil dari Saint-Simon13 (Revue des Langues Romanes,
Montpellier, Oktober 1909).
j)
Jawaban kepada Luc Durtain14 (yang menyangkal keberadaan hukum
tersebut), diilustrasikan dengan contoh dari Luc Durtain (Revue des Langues
Romanes, Montpellier, Desember 1909).
k)
Terjemahan naskah Aguja de navegar cultos15 karya Quevedo16,
berjudul La boussole des précieux17.
1)
Kata pengantar untuk katalog pameran litograf oleh Carolus Hourcade (Nîmes,
1914).
m)
Karya Les problèmes d'un problème18 (Paris, 1917), yang
membahas, secara kronologis, berbagai solusi yang diberikan untuk masalah
Achilles19 dan kura-kura yang termasyhur20. Dua edisi
buku ini sudah terbit sejauh ini; edisi kedua memuat epigraf berisi rekomendasi
Leibniz "Ne craignez point, monsieur, la tortue21"
dan merevisi bab-bab yang didedikasikan untuk Russell22 dan
Descartes.
n)
Analisis yang mendalam tentang "kebiasaan sintaksis" Toulet (NRF,
Maret 1921). Menard —saya ingat— menyatakan bahwa penyensoran dan pujian adalah
operasi sentimental yang tidak ada hubungannya dengan kritik sastra.
o)
Transposisi menjadi alexandrine23 dari Le cimitière marin24
karya Paul Valéry25 (NRF, Januari 1928).
p)
Sebuah cercaan terhadap Paul Valéry, dalam Papers for the Suppression of
Reality karya Jacques Reboul. (Cercaan ini, bisa kita katakan secara tidak
langsung, justru bertolak belakang dengan pendapatnya yang sebenarnya tentang
Valéry. Valéry memahami hal tersebut dan persahabatan lama mereka tidak
terancam.)
q)
Sebuah "definisi" tentang Countess de Bagnoregio, dalam "volume
kemenangan" --ungkapan tersebut merupakan ungkapan Gabriele d'Annunzio,
salah satu kolaboratornya-- yang diterbitkan setiap tahun oleh perempuan ini
untuk meluruskan pemalsuan yang tidak terelakkan dari para jurnalis dan untuk
menyajikan "kepada dunia dan Italia" gambaran autentik tentang
dirinya, yang begitu sering (karena kecantikan dan aktivitasnya) terekspos pada
interpretasi yang keliru atau terburu-buru.
r)
Siklus soneta yang mengagumkan untuk Baroness de Bacourt (1934).
s)
Daftar naskah ayat-ayat yang keampuhannya bergantung pada tanda bacanya[1].
Itulah
karya Menard yang nyata, dalam urutan kronologis (tanpa ada yang terlewat
selain beberapa soneta samar tentang keadaan yang ditulis untuk album Madame
Henri Bachelier yang ramah, atau penuh semangat). Sekarang saya beralih ke
karya lainnya: yang terpendam, yang heroik tanpa akhir, yang tak tertandingi.
Dan —begitulah kapasitas manusia!— yang tidak selesai. Karya ini, mungkin yang
paling signifikan di zaman kita, terdiri dari bab kesembilan dan ketiga puluh
delapan dari bagian pertama Don Quixote26 dan sebuah fragmen
dari bab kedua puluh dua. Saya tahu pernyataan seperti ini terlihat absurd;
membenarkan "absurditas" ini adalah tujuan utama catatan ini[2].
Dua
teks dengan nilai yang berbeda menginspirasi upaya ini. Salah satunya adalah
fragmen filologis karya Novalis27 —yang bernomor 2005 dalam edisi
Dresden— yang menguraikan tema identifikasi total dengan seorang penulis
tertentu. Yang lainnya adalah salah satu buku parasit yang menempatkan Yesus di
tengah jalan, Hamlet28 di La Cannebière29, atau
Don Quixote di Wall Street30. Seperti semua orang yang
berselera tinggi, Menard membenci karnaval-karnaval tidak berguna itu, yang
hanya —seperti yang akan dia katakan— untuk menghasilkan kesenangan anakronisme31
yang plebeian32 atau (yang lebih buruk) untuk memikat kita dengan
gagasan mendasar bahwa semua zaman itu sama atau berbeda. Yang lebih menarik,
meskipun kontradiktif dan dangkal pelaksanaannya, baginya adalah rencana Daudet33
yang terkenal: menggabungkan Tuan yang Cerdik dan pengawalnya dalam satu
sosok, yaitu Tartarin34. Mereka yang menyindir bahwa Menard
mendedikasikan hidupnya untuk menulis Quixote kontemporer memfitnah
ingatannya yang termasyhur.
Dia tidak ingin menggubah Quixote lain —yang pasti mudah— melainkan Quixote itu sendiri.
Tentu saja, dia tidak pernah mempertimbangkan transkripsi
mekanis dari karya aslinya; dia tidak berniat menyalinnya. Niat baiknya adalah
menghasilkan beberapa halaman yang akan bersesuaian —kata demi kata dan baris
demi baris— dengan karya Miguel de Cervantes35.
"Tujuanku
tidak lebih dari sekadar mencengangkan," tulisnya kepada saya pada tanggal
30 September 1934, dari Bayonne. "Istilah terakhir dalam demonstrasi
teologis atau metafisik —dunia objektif, Tuhan, kausalitas, bentuk-bentuk alam
semesta— tidak kurang umum dan sudah ada sebelumnya sama seperti novelku yang
terkenal. Satu-satunya perbedaan adalah para filsuf menerbitkan tahap-tahap
peralihan dari karya mereka dalam volume-volume yang menyenangkan, sementara aku
memutuskan untuk menyingkirkan tahap-tahap tersebut." Sesungguhnya, tidak
satu lembar kerja pun yang tersisa yang menjadi saksi bisu usahanya selama
bertahun-tahun.
Metode
pertama yang dia rancang relatif sederhana. Kuasai bahasa Spanyol dengan baik,
pulihkan iman Katolik, lawan bangsa Moor atau Turki, lupakan sejarah Eropa
antara tahun 1602 dan 1918, jadilah Miguel de Cervantes. Pierre Menard
mempelajari prosedur ini (saya tahu dia sudah menguasai bahasa Spanyol abad
ke-17 yang cukup akurat) tapi mengabaikannya karena terlalu mudah. Agak
mustahil! pembaca saya akan berkata. Memang, tapi usaha itu mustahil sejak awal
dan dari semua cara mustahil untuk melaksanakannya, ini adalah yang paling
tidak menarik. Menjadi, pada abad ke-20, seorang novelis populer abad ke-17
tampak baginya sebagai suatu penurunan. Menjadi, dalam beberapa hal, Cervantes
dan mencapai Quixote tampaknya kurang sulit baginya --dan, akibatnya, menjadi
kurang menarik-- daripada terus menjadi Pierre Menard dan mencapai Quixote
melalui pengalaman Pierre Menard. (Keyakinan ini, bisa kita katakan sekilas,
membuatnya menghilangkan prolog autobiografi untuk bagian kedua Don Quixote.
Memasukkan prolog itu berarti menciptakan karakter lain —Cervantes— tapi itu
juga berarti menyajikan Quixote dalam konteks karakter itu, bukan
Menard. Menard, tentu saja, menolak kemudahan semacam itu.) "Usahaku pada
dasarnya tidak sulit," saya membaca di bagian lain suratnya. "Aku hanya
perlu abadi untuk melaksanakannya." Haruskah saya akui bahwa saya sering
membayangkan dia menyelesaikannya dan saya membaca Quixote —seluruhnya— seolah-olah
Menard yang menciptakannya? Beberapa malam yang lalu, saat membolak-balik bab
XXVI —yang tidak pernah disentuhnya— saya mengenali gaya dan sedikit suaranya
dalam frasa yang luar biasa ini: "para bidadari sungai dan Gema yang
memilukan dan lembap." Perpaduan yang membahagiakan antara kata sifat
spiritual dan fisik ini mengingatkan saya pada sebuah syair karya Shakespeare
yang kami diskusikan di suatu sore:
Dimana orang Turki yang ganas dan bersorban36....
Tapi
mengapa tepatnya Quixote? pembaca kita akan bertanya. Preferensi semacam
itu, pada orang Spanyol, tentu saja tidak bisa dijelaskan; tapi, tidak
diragukan lagi, pada seorang Simbolis dari Nîmes, yang pada dasarnya adalah
seorang pemuja Poe37, yang melahirkan Baudelaire38, yang
melahirkan Mallarmé39, yang melahirkan Valéry, yang melahirkan
Edmond Teste. Surat yang disebutkan di atas menjelaskan hal ini. "Quixote,"
Menard menjelaskan, "sangat menarik minatku, tapi tampaknya —bagaimana aku
harus mengatakannya?— tidak terelakkan. Aku tidak bisa membayangkan alam
semesta tanpa seruan Edgar Allan Poe:
Ah,ingatlah bahwa taman ini sungguh mempesona!40
atau
tanpa Bateau ivre41 atau Ancient Mariner42,
tapi aku cukup mampu membayangkannya tanpa Quixote. (Aku berbicara,
tentu saja, tentang kapasitas pribadiku dan bukan tentang resonansi historis
karya-karya itu.) Quixote adalah buku yang bergantung pada sejarah; Quixote
tidak diperlukan. Aku bisa merencanakan penulisannya, aku bisa menulisnya,
tanpa jatuh ke dalam tautologi. Ketika aku berusia sepuluh atau dua belas
tahun, aku membacanya, mungkin secara keseluruhan. Kemudian, aku membaca ulang
dengan saksama bab-bab tertentu, yang tidak akan kucoba untuk saat ini. Aku
juga sudah melalui selingan, drama, Galatea43, novel-novel
yang patut dicontoh, kesengsaraan Persiles dan Segismunda44 yang
tidak diragukan lagi melelahkan dan Viaje del Parnaso45.
Ingatan umumku tentang Quixote, yang disederhanakan oleh kelupaan dan
ketidakpedulian, bisa dengan baik menyamai gambaran yang tidak tepat dan
sebelumnya dari sebuah buku yang belum ditulis. Begitu gambaran itu (yang tidak
seorang pun bisa dengan sah menyangkalnya) dipostulatkan, sudah pasti masalahku
jauh lebih rumit daripada masalah Cervantes. Pendahuluku yang baik hati itu tidak
menolak kolaborasi kebetulan: dia menggubah karya abadinya agak à la diable46,
terbawa oleh inersia bahasa dan rekaan. Aku mengemban tugas misterius untuk
merekonstruksi secara harfiah karya spontannya. Permainan soliterku diatur oleh
dua hukum kutub. Yang pertama memungkinkan aku untuk mencoba variasi tipe
formal atau psikologis; yang kedua mengharuskan aku untuk mengorbankan
variasi-variasi itu demi teks "asli" dan menalar pemusnahan itu
dengan cara yang tidak terbantahkan... Di samping hambatan-hambatan buatan ini,
hambatan lain —yang bersifat bawaan— harus ditambahkan. Menggubah Quixote
pada awal abad ke-17 adalah usaha yang wajar, perlu, dan bahkan mungkin tidak
terelakkan; pada awal abad ke-20, hal itu hampir mustahil. Bukanlah sia-sia
bahwa tiga ratus tahun sudah berlalu, dipenuhi dengan peristiwa-peristiwa yang
luar biasa rumit. Di antara semuanya, untuk menyebutkan salah satu saja, adalah
Quixote itu sendiri."
Terlepas
dari tiga kendala itu, Quixote karya Menard yang fragmentaris lebih halus
daripada karya Cervantes. Cervantes, dengan cara yang canggung, menentang
fiksi-fiksi kekesatriaan dengan realitas provinsial yang murahan di negerinya;
Menard memilih tanah Carmen selama abad Lepanto47 dan Lope de Vega48
sebagai "realitasnya". Betapa indahnya rangkaian espagnolades49
yang akan disarankan oleh Maurice Barrès50 atau Dr. Rodriguez
Larreta! Menard menghindari mereka dengan sangat alami. Dalam karyanya tidak
ada kaum gipsi, kaum penakluk, kaum mistikus, Philip II51, atau autosda fé52. Dia mengabaikan atau menghilangkan warna lokal.
Penghinaan itu menunjukkan konsepsi baru novel sejarah. Penghinaan itu mengutuk
Salammbô53, tanpa kemungkinan banding.
Tidak
kalah menakjubkannya untuk mempertimbangkan bab-bab yang terpisah. Sebagai
contoh, mari kita telaah Bab XXXVIII dari bagian pertama, "yang membahas
wacana Don Quixote yang menarik tentang senjata dan surat." Sudah
diketahui umum bahwa Don Quixote (seperti Quevedo dalam bagian yang serupa dan
lebih baru dalam La hora de todos54) memutuskan perdebatan
yang menentang surat dan mendukung senjata. Cervantes adalah seorang mantan
tentara: keputusannya bisa dimengerti. Tapi, Don Quixote karya Pierre Menard —yang
sezaman dengan La trahison des clercs55 dan Bertrand Russell—
harus menjadi mangsa sofisme yang samar-samar seperti itu! Madame Bachelier sudah
melihat di sini sebuah subordinasi yang mengagumkan dan khas dari pihak penulis
terhadap psikologi sang pahlawan; yang lain (sama sekali tidak tajam), sebuah transkripsi
Quixote; Baroness de Bacourt, dipengaruhi oleh Nietzsche56.
Terhadap interpretasi ketiga ini (yang saya nilai tidak terbantahkan), saya
ragu berani menambahkan interpretasi keempat, yang sangat selaras dengan
kerendahan hati Pierre Menard yang nyaris ilahiah: kebiasaannya yang pasrah
atau ironis dalam menyebarkan gagasan yang justru bertolak belakang dengan
gagasan yang dia sukai. (Mari kita ingat kembali kecamannya terhadap Paul
Valéry dalam lembaran Surealis Jacques Reboul yang singkat.) Teks Cervantes dan
Menard secara verbal identik, tapi yang kedua jauh lebih kaya. (Lebih ambigu,
kata para pencelanya, tapi ambiguitas justru merupakan kekayaan.)
Membandingkan
Don Quixote karya Menard dengan karya Cervantes sungguh merupakan sebuah
pencerahan. Cervantes, misalnya, menulis (bagian satu, bab sembilan):
...
kebenaran, yang ibunya adalah sejarah, saingan waktu, penyimpan perbuatan,
saksi masa lalu, contoh dan penasihat masa kini, dan guru masa depan.
Ditulis
pada abad ke-17 oleh Cervantes, seorang "jenius awam", perincian itu
hanyalah pujian retoris terhadap sejarah. Menard, di sisi lain, menulis:
...
kebenaran, yang ibunya adalah sejarah, saingan waktu, penyimpan perbuatan,
saksi masa lalu, contoh dan penasihat masa kini, dan guru masa depan.
Sejarah,
induk dari kebenaran: gagasannya sungguh menakjubkan. Menard, seorang
kontemporer William James57, tidak mendefinisikan sejarah sebagai
penyelidikan atas realitas, melainkan sebagai asal-usulnya. Baginya, kebenaran
sejarah bukanlah apa yang sudah terjadi; melainkan apa yang kita nilai sudah
terjadi. Kalimat-kalimat terakhir —contoh dan penasihat masa kini, dan guru
masa depan— sangat pragmatis.
Kontras
gayanya juga terasa jelas. Gaya Menard yang kuno —yang memang asing— terasa
agak dibuat-buat. Berbeda dengan pendahulunya, yang fasih berbahasa Spanyol
modern pada masanya.
Tidak
ada latihan intelek yang, pada akhirnya, tidak berguna. Sebuah doktrin filsafat
berawal dari deskripsi alam semesta yang masuk akal; seiring berjalannya waktu,
dia menjadi sekadar bab —kalau bukan paragraf atau nama— dalam sejarah
filsafat. Dalam sastra, kekonyolan itu bahkan lebih terkenal. Quixote —kata
Menard kepada saya— di atas segalanya, adalah buku yang menghibur; sekarang dia
menjadi alasan untuk bersulang secara patriotik, penghinaan tata bahasa, dan
edisi de luxe58 yang cabul. Ketenaran adalah bentuk
ketidakpahaman, mungkin yang terburuk.
Tidak
ada yang baru dalam verifikasi nihilistik ini; yang unik adalah tekad yang
diambil Menard darinya. Dia memutuskan untuk mengantisipasi kesia-siaan yang
menanti setiap upaya manusia; dia memulai sebuah usaha yang sangat rumit dan,
sejak awal, sia-sia. Dia mendedikasikan keraguan dan malam-malam tanpa tidurnya
untuk mengulang-ulang sebuah buku yang sudah ada dalam bahasa yang asing. Dia
menggandakan draf demi draf, merevisi dengan gigih, dan merobek ribuan halaman
manuskrip[3]. Dia tidak mengizinkan siapa pun memeriksa draf-draf itu dan
memastikan draf-draf itu tidak bertahan setelah dia tiada. Sia-sia saya mencoba
merekonstruksinya.
Saya
sudah merenungkan bahwa dalam Quixote "terakhir" itu, kita bisa
melihat semacam palimpsest59, yang melaluinya jejak-jejak —yang
samar tapi bukannya tidak terbaca— dari tulisan "sebelumnya" teman
kita bisa terlihat secara transparan. Sayangnya, hanya Pierre Menard kedua,
yang membalikkan karya yang lain, yang bisa menggali dan menghidupkan kembali
Troya yang hilang itu....
Berpikir,
menganalisis, menciptakan (dia juga menulis kepada saya) bukanlah tindakan
anomali; semuanya adalah pernapasan normal dari intelektualitas. Mengagungkan
kinerja sesekali dari fungsi itu, menimbun pemikiran kuno dan asing, mengingat
dengan takjub apa yang dipikirkan oleh sang doktor universalis, berarti
mengakui kemalasan atau kebiadaban kita. Setiap orang seharusnya mampu memiliki
semua ide dan saya memahami bahwa di masa depan hal ini akan terjadi.
Menard
(mungkin tanpa sengaja) sudah memperkaya, melalui teknik baru, seni membaca
yang tersendat-sendat dan mendasar: teknik baru ini adalah teknik anakronisme
yang disengaja dan atribusi yang keliru. Teknik ini, yang penerapannya tidak
terbatas, mendorong kita untuk membaca Odyssey60 seolah-olah
karya tersebut merupakan karya setelah Aeneid61 dan buku Le
jardin du Centaure62 karya Madame Henri Bachelier seolah-olah
karya Madame Henri Bachelier. Teknik ini mengisi karya-karya yang paling tenang
dengan petualangan. Mengaitkan Imitatio Christi63 dengan
Louis Ferdinand Céline64 atau James Joyce65, bukankah ini
merupakan pembaruan yang memadai atas indikasi spiritualnya yang lemah?
***
Catatan kaki dari penulis:
[1] Madame Henri Bachelier juga mencantumkan terjemahan harfiah dari terjemahan
harfiah Quevedo untuk Introduction à la vie dévote Santo Fransiskus dari
Sales. Tidak ada jejak karya semacam itu di perpustakaan Menard. Itu pasti
sebuah lelucon dari teman kita, yang disalahpahami oleh perempuan itu.
[2] Saya juga punya niat sekunder untuk membuat sketsa potret pribadi Pierre
Menard. Tapi, bagaimana mungkin saya berani bersaing dengan halaman-halaman
emas yang, kabarnya, sedang disiapkan oleh Baroness de Bacourt atau dengan
pensil Carolus Hourcade yang halus dan tepat waktu?
[3] Saya ingat buku catatannya yang berbentuk segi empat, paragraf-paragrafnya yang
dicoret hitam, simbol-simbol tipografinya yang unik, dan tulisan tangannya yang
seperti serangga. Di sore hari, dia suka berjalan-jalan di tepian Nîmes; dia
akan membawa buku catatannya dan menyalakan api unggun yang meriah.
***
Kalau Anda menyukai cerpen ini, Anda mungkin juga akan menyukai cerita pendek terjemahan dari penulis yang lain di sini.
***
Catatan
kaki:
1 Calvinis: seorang Kristen
Protestan yang menganut sistem teologi Calvinisme, sebuah tradisi yang dinamai
menurut teolog Prancis abad ke-16, John Calvin. Prinsip-prinsip utamanya
meliputi kedaulatan mutlak Tuhan, otoritas Kitab Suci semata, dan kepercayaan
pada predestinasi, di mana Tuhan sudah memilih beberapa individu untuk
diselamatkan. Calvinisme menekankan anugerah Tuhan dan ketidakmampuan manusia
untuk menyelamatkan diri mereka sendiri melalui tindakan mereka sendiri.
2 Masonik: berkaitan dengan
Freemason. Freemason adalah organisasi persaudaraan sekuler tertua di dunia,
yang berasal dari abad ke-14, terdiri dari kelompok-kelompok yang memberikan
pelajaran moral, intelektual, dan spiritual melalui serangkaian tiga upacara
inisiasi.
3 Vendredis: hari Jumat (Prancis).
4 René Descartes (1596–1650):
filsuf,ilmuwan, danmatematikawan, yang secara luas dianggap sebagai tokoh
penting dalam kemunculan filsafat dan sains modern. Matematika adalah yang
terpenting bagi metode penyelidikannya, dan dia menghubungkan bidang geometri
dan aljabar menjadi geometri analitik.
5 Gottfried Wilhelm Leibniz
(1646–1716): polymath Jerman yang
aktif sebagai matematikawan, filsuf, ilmuwan, dan diplomat yang berjasa,
bersama Isaac Newton, dengan penciptaan kalkulus di samping banyak cabang
matematika lainnya, seperti aritmatika biner dan statistik.
6 John Wilkins (1614–1672):
pendeta Anglikan Inggris, filsuf alam, dan penulis, dan merupakan salah satu
pendiri Royal Society. Dia adalah Uskup Chester dari tahun 1668 hingga
kematiannya.
7 Characterica universalis:
karakter universal (Latin); bahasa universal dan formal yang dibayangkan oleh
Gottfried Leibniz untuk mengekspresikan konsep matematika, ilmiah, dan
metafisika. Leibniz berharap bisa menciptakan bahasa yang bisa digunakan dalam
kerangka perhitungan logis universal atau kalkulus rasionator.
8 Ars
magna generalis: seni besar general
(Latin); pemikiran Raymond Lully tentang sistem logika universal yang
didasarkan pada serangkaian prinsip umum yang diaktifkan dalam proses
kombinatorial menggunakan tabel dan roda logika.
9 Raymond Lully (1232–1316):
filsuf, teolog, penyair, misionaris, apologis, dan mantan ksatria Katolik
Mallorca. Diamenemukan sistem filsafat yang dikenal sebagai the Art,
yang dipahami sebagai jenis logika universal untuk membuktikan kebenaran
doktrin Kristen kepada lawan bicara dari semua agama dan kebangsaan.
10 Libro de la invencion liberal y
arte del juego del axedrez: buku penemuan liberal dan seni permainan catur
(Spanyol).
11 Rodrigo " Ruy " López de
Segura (1530–1580): pemain catur, penulis, dan pendeta Katolik Spanyol yang
risalahnya tahun 1561, Libro de la invención liberal y Arte del juego del
Axedrez, adalah salah satu buku pertama tentang catur modern di Eropa.
12 George Boole (1815–1864): matematikawan, filsuf, dan ahli logika
Inggris yang menjabat sebagai profesor matematika pertama di Queen's College,
Cork di Irlandia. Dia bekerja di bidang persamaan diferensial dan logika
aljabar, dan paling dikenal sebagai penulis The Laws of Thought (1854),
yang memuat aljabar Boolean.
13 Claude Henri de Rouvroy, Comte de
Saint-Simon (1760–1825): teoretikus dan pengusaha politik, ekonomi, dan
sosialis Prancis yang pemikirannya memiliki pengaruh besar pada politik,
ekonomi, sosiologi, dan filsafat sains.
14 André Robert Gustave Nepveu alias
Luc Durtain (1881–1959): penyair, novelis, jurnalis, penulis drama, dan
dokter Prancis.
15 Aguja de navegar cultos: kompas
untuk navigasi kaum terpelajar (Spanyol).
16 Francisco Gómez de Quevedo y
Santibáñez Villegas (1580–1645): bangsawan, politikus, dan penulis Spanyol
pada era Barok. Bersama dengan rival seumur hidupnya, Luis de Góngora, Quevedo
adalah salah satu penyair Spanyol paling terkemuka pada masa itu. Gayanya
dicirikan oleh apa yang disebut konsepsimo. Gaya ini sangat kontras dengan
culteranismo Góngora.
17 La boussole des précieux:
kompas yang berharga (Prancis).
18 Les problèmes d'un problème:
masalah dari masalah (Prancis).
19 Achilles: pahlawan Perang Troya
dalam mitologi Yunani yang dikenal sebagai yang terhebat di antara semua
prajurit Yunani. Tokoh utama dalam Iliad karya Homer, dia adalah putra Nereid
Thetis dan Peleus, raja Phthia dan Argonaut.
20 Achilles dan kura-kura:
paradoks filosofis yang diciptakan oleh Zeno dari Elea yang menantang
kemungkinan adanya gerak. Paradoks ini menggambarkan sebuah perlombaan di mana
Achilles, sang pahlawan yang gesit, tidak pernah bisa mengejar kura-kura yang
lebih lambat karena Achilles harus mencapai titik awal kura-kura terlebih
dahulu, dan pada saat itu kura-kura tersebut akan bergerak sedikit lebih jauh.
Hal ini menciptakan serangkaian jarak yang semakin mengecil dan tidak terhingga
yang harus ditempuh Achilles, yang mencegahnya menyalip kura-kura tersebut.
21 Ne craignez point, monsieur, la
tortue: jangan takut, tuan kura-kura (Prancis).
22 Bertrand Arthur William Russell
(1872–1970): filsuf, ahli logika, matematikawan, dan intelektual publik
Inggris. Dia berpengaruh pada matematika, logika, teori himpunan, dan berbagai
bidang filsafat analitik.
23 Alexandrine: istilah untuk
beberapa jenis baris puisi yang berbeda dengan struktur metrik terkait, yang
sebagian besar pada akhirnya berasal dari bahasa Prancis klasik alexandrine.
Nama baris ini berasal dari penggunaannya dalam Roman d'Alexandre
Prancis Abad Pertengahan tahun 1170, meskipun sudah digunakan beberapa dekade
sebelumnya dalam Le Pèlerinage de Charlemagne.
24 Le
cimitière marin: pemakaman laut
(Prancis).
25 Ambroise Paul Toussaint Jules
Valéry (1871–1945): penyair, penulis esai, dan filsuf Prancis. Selain puisi
dan fiksi (drama dan dialog), minatnya meliputi aforisme tentang seni, sejarah,
sastra, musik, dan peristiwa terkini.
26 Don Quixote: judul lengkapnya
adalah The Ingenious Gentleman Don Quixote of La Mancha, novel karya
Miguel de Cervantes. Awalnya diterbitkan dalam dua bagian pada tahun 1605 dan
1615, novel ini dianggap sebagai karya pendiri sastra Barat dan sering
dikatakan sebagai novel modern pertama.
27 Georg Philipp Friedrich Freiherr
von Hardenberg alias Novalis (1772–1801): aristokrat dan polimatik Jerman,
yang merupakan seorang penyair, novelis, filsuf, dan mistikus. Dia dianggap
sebagai tokoh berpengaruh dalam Romantisisme Jena.
28 Hamlet: tragedi yang ditulis
oleh William Shakespeare antara tahun 1599 dan 1601. Ini adalah drama
terpanjang Shakespeare. Berlatar di Denmark, drama ini menggambarkan Pangeran
Hamlet dan upayanya untuk membalas dendam terhadap pamannya, Claudius, yang
telah membunuh ayah Hamlet untuk merebut takhtanya dan menikahi ibu Hamlet.
29 La Cannebière: jalan raya
bersejarah di kawasan tua Marseille, Prancis.
30 Wall Street: jalan di Distrik
Keuangan di Manhattan di New York City.
31 Anakronisme: suatu unsur,
objek, atau istilah yang ditempatkan dalam waktu yang salah secara historis.
32 Plebeian: rakyat jelata.
33 Alphonse Daudet (1840–1897):
novelis Perancis. Dia adalah suami dari Julia Daudet dan ayah dari Edmée, Léon
dan Lucien Daudet.
34 Tartarin: tokoh utama dalam
novel-novel karya penulis Prancis Alphonse Daudet, Tartarin dari Tarascon
(1872), Tartarin di Pegunungan Alpen (1885), dan Pelabuhan Tarascon (1890). Dia
adalah seorang laki-laki gemuk dan mudah tertipu yang terdorong oleh dinamika
kota kecil Tarascon di Provence untuk menjalani serangkaian petualangan ke luar
negeri. Kisah-kisah tersebut ditulis sebagai parodi genre-genre heroik.
35 Miguel de Cervantes Saavedra
(1547–1616): penulis Spanyol yang secara luas dianggap sebagai penulis
terhebat dalam bahasa Spanyol dan salah satu novelis terkemuka di dunia. Dia
terkenal karena novelnya Don Quixote, sebuah karya yang dianggap sebagai novel
modern pertama.
36 Othello karya William
Shakespeare, Babak 5, Adegan 2, dalam pidato terakhir Othello sebelum dia bunuh
diri.
37 Edgar Allan Poe (1809–1849): penulis, penyair, penyunting, dan kritikus
sastra Amerika yang paling dikenal karena puisi dan cerita pendeknya, terutama
kisah-kisahnya yang melibatkan misteri dan hal- hal mengerikan.
38 Charles Pierre Baudelaire
(1821–1867): penyair Prancis,
penulis esai, penerjemah, dan kritikus seni Prancis. Puisi-puisinya digambarkan
menunjukkan penguasaan ritme dan rima, mengandung eksotisme yang diwarisi dari
kaum Romantis, dan didasarkan pada pengamatan kehidupan nyata.
39 Étienne Mallarmé atau Stéphane
Mallarmé (1842–1898): penyair dan kritikus. Dia adalah seorang Simbolis,
dan karyanya mengantisipasi dan menginspirasi beberapa aliran seni revolusioner
di awal abad ke-20, seperti Kubisme, Futurisme, Dadaisme, dan Surealisme.
40 dari puisi “To Helen” karya
Edgar Allan Poe.
41 Bateau
ivre: perahu mabuk (Prancis); judul puisi
karya Arthur Rimbaud.
42 The Rime of the Ancient Mariner:
judul puisi karya Samuel Taylor Coleridge.
43 La Galatea: buku pertama Miguel
de Cervantes yang diterbitkan pada tahun 1585.
44 Los trabajos de Persiles y
Sigismunda: novel roman karya Miguel de Cervantes.
45 Viaje del Parnaso: puisi karya
Miguel de Cervantes.
46 À la diable: seperti iblis;
sembrono (Prancis).
47 Pertempuran Lepanto: pertempuran laut
yang terjadi pada 7 Oktober 1571 ketika armada Liga Suci, sebuah koalisi
negara-negara Katolik yang dibentuk oleh Paus Pius V, menimbulkan kekalahan
telak bagi armada Kesultanan Utsmaniyah di Teluk Patras. Peristiwa ini
diabadikan dalam puisi “Lepanto” karya G. K. Chesterton.
48 Félix Lope de Vega y Carpio
(1562–1635): penulis drama, penyair, dan novelis Spanyol yang merupakan
tokoh kunci dalam Zaman Keemasan Spanyol dengan sastra Baroknya. Dalam sastra
Spanyol, Lope de Vega sering dianggap sebagai yang kedua setelah Miguel de
Cervantes.
49 Espagnolades: bergaya Spanyol (Prancis).
50 Auguste-Maurice Barrès: (1862–1923):
novelis, jurnalis, filsuf, dan politikus Prancis. Setelah menghabiskan beberapa
waktu di Italia, dia menjadi tokoh penting dalam sastra Prancis dengan
terbitnya karyanya, The Cult of the Self, pada tahun 1888.
51 Philip II (1527–1598): Raja
Spanyol dari tahun 1556, Raja Portugal dari tahun 1580, dan Raja Napoli dan
Sisilia dari tahun 1554 hingga kematiannya pada tahun 1598. Dia juga jure
uxoris Raja Inggris dan Irlandia dari pernikahannya dengan Ratu Mary I pada
tahun 1554 hingga kematiannya pada tahun 1558. Selanjutnya, dia adalah Adipati
Milan dari tahun 1540. Dari tahun 1555, dia adalah Penguasa Tujuh Belas
Provinsi di Belanda .
52 Autos
da fé: tindakan iman (Spanyol); ritual
atau penebusan dosa di depan umum yang dilakukan antara abad ke-15 dan ke-19
untuk mengutuk para bidah, orang murtad, dan khususnya orang Yahudi. Itu
dijatuhkan oleh Inkuisisi Spanyol, Portugis, atau Meksiko sebagai hukuman dan
ditegakkan oleh otoritas sipil. Bentuk paling ekstremnya adalah hukuman mati
dengan cara dibakar.
53 Salammbô: novel sejarah karya
Gustave Flaubert.
54 La hora de todos: waktu untuk
semua orang (Spanyol).
55 La
trahison des clercs: pengkhianatan kaum
intelektual (Prancis); esai atau karya filsafat Julien Benda.
56 Friedrich Wilhelm Nietzsche
(1844–1900): filsuf Jerman. Dia memulai kariernya sebagai filolog klasik,
beralih ke filsafat di awal karier akademisnya. Karya Nietzsche mencakup
polemik filosofis, puisi, kritik budaya dan fiksi, sementara menunjukkan
kesukaan pada aforisme dan ironi.
57 William James (1842–1910):
filsuf dan psikolog Amerika. Sebagai pendidik pertama yang menawarkan mata
kuliah psikologi di Amerika Serikat, dia dianggap sebagai salah satu pemikir
terkemuka di akhir abad ke-19, salah satu filsuf paling berpengaruh, dan sering
dijuluki "bapak psikologi Amerika."
58 De luxe: mewah (Prancis).
59 Palimpsest: naskah atau bahan
tulisan yang tulisan aslinya dihapus untuk memberi ruang bagi tulisan
berikutnya, tapi masih terlihat jejaknya.
60 Odyssey: salah satu dari dua
epos utama sastra Yunani kuno yang dikaitkan dengan Homer. Ini adalah salah
satu karya sastra tertua yang masih ada dan tetap populer di kalangan penikmat
sastra modern.
61 Aeneid: puisi epik Latin karya
Virgil yang menceritakan kisah legendaris Aeneas, seorang Troya yang melarikan
diri dari jatuhnya Troya dan melakukan perjalanan ke Italia, di mana dia
menjadi leluhur orang Romawi.
62 Le jardin du Centaure: taman
para Centaur (Prancis).
63 Imitatio Christi: meniru
Kristus (Latin); buku renungan Kristen karya Thomas à Kempis yang pertama kali
disusun dalam bahasa Latin Abad Pertengahan dengan judul De Imitatione
Christi sekitar tahun 1418–1427.
64 Louis-Ferdinand Céline (1894–1961):
novelis, polemikus, dan dokter Prancis. Novel pertamanya, Journey to the End
of the Night (1932), memenangkan Prix Renaudot, tapi menuai
kontroversi karena penggambaran pesimistis penulis tentang kondisi manusia dan
gaya penulisannya yang berdasarkan pada gaya bahasa kelas pekerja.
65 James Augustine Aloysius Joyce (1882–1941): novelis, penyair, dan kritikus sastra Irlandia. Dia berkontribusi pada gerakan modernis dan dianggap sebagai salah satu penulis paling berpengaruh dan penting di abad ke-20.

Comments
Post a Comment