Orang Miskin Dari Nippur (Mitologi Babilonia)

Mitologi Babilonia

Dahulu kala ada seorang laki-laki dari Nippur, miskin dan melarat, namanya Gimil-Ninurta, seorang laki-laki yang malang. Dia tinggal di kotanya Nippur dalam penderitaan yang amat sangat. Dia tidak memiliki perak, sebagaimana layaknya rakyat kebanyakan, dia tidak memiliki emas, sebagaimana layaknya manusia, dapurnya kekurangan biji-bijian murni. Perutnya terasa terbakar, dia ingin makan roti, wajahnya muram, ingin makan daging dan minum bir, Setiap hari, karena tidak ada makanan, dia tidur dalam keadaan lapar. Dia mengenakan pakaian yang tidak pernah diganti.

Dia bicara dengan dirinya sendiri yang malang, “Aku akan menanggalkan pakaianku, yang tidak pernah kuganti, aku akan membeli seekor domba jantan di pasar kotaku, Nippur.” Maka dia menanggalkan pakaiannya, yang tidak pernah diganti, dan dia membeli seekor kambing betina berumur tiga tahun di pasar kotanya, Nippur.

Dia bicara dengan dirinya sendiri yang malang, “Bagaimana kalau aku menyembelih kambing betina di halaman rumahku, tidak ada makanan, tidak ada bir? Teman-teman di lingkunganku akan mendengarnya dan marah kepadaku, keluarga dan kerabatku akan marah kepadaku. Aku akan mengambil kambing betina itu dan membawanya ke rumah walikota, aku akan menyiapkan sesuatu yang enak dan lezat untuk menggugah selera makannya.”

Gimil-Ninurta mencengkeram leher kambing betinanya, dia pergi ke gerbang walikota Nippur. Kepada Tukulti-Ellil, yang menjaga gerbang, dia mengucapkan kata-kata berikut, “Katakanlah aku ingin masuk untuk menemui walikota.”

Sang penjaga pintu mengucapkan kata-kata ini kepada tuannya, “Tuanku, seorang warga Nippur sedang menunggu di gerbang Anda, dan sebagai hadiah, dia membawakan Anda seekor kambing betina.”

Sang walikota menjadi marah kepada penjaga pintu, Tukulti-Ellil, “Mengapa seorang warga Nippur dibiarkan menunggu di gerbangku?”

Sang penjaga pintu membukakan gerbang untuk Gimil-Ninurta lalu Gimil-Ninurta datang dengan gembira ke hadapan walikota. Ketika Gimil-Ninurta datang di hadapan walikota, dia memegang leher kambing betinanya dengan tangan kirinya, sambil mengangkat tinggi tangan kanannya, dia menyapa walikota, “Semoga Ellil dan Nippur memberkati walikota, semoga Ninurta dan Nusku membuat keturunannya bertambah banyak!”

Sang walikota mengucapkan kata-kata ini kepada warga Nippur itu, “Apa kesalahanmu, sampai kau memberiku hadiah?”

Gimil-Ninurta menyampaikan keinginannya kepada walikota Nippur, “Setiap hari, karena tidak ada makanan, saya tidur dalam keadaan lapar, saya menanggalkan pakaian saya, yang tidak pernah saya ganti, dan saya membeli seekor kambing betina berumur tiga tahun di pasar kota saya, Nippur. Saya berkata kepada diri saya sendiri yang malang kata-kata ini, 'Bagaimana kalau saya menyembelih kambing betina di halaman rumah saya, tidak ada makanan, tidak ada bir? Teman-teman saya di lingkungan saya akan mendengarnya dan marah kepada saya, keluarga dan kerabat saya akan marah kepada saya. Saya akan mengambil kambing betina itu dan membawanya ke rumah wali kota, saya akan menyiapkan sesuatu yang enak dan lezat untuk menggugah selera makannya.' Itulah yang saya katakan kepada diri saya sendiri.”

Sang walikota berteriak di telinga si penjagal malam itu, “Biarlah orang-orang menikmati hidanganmu. Biarlah meja-meja disiapkan dengan mewah.”

Dia memanggil sang penjaga pintu, yang menjaga gerbang. Kepada penjaga pintu yang menjaga gerbang, dia mengatakan kata-kata ini, “Berikanlah dia, warga Nippur itu, tulang dan tulang rawan. Berikan dia bir kelas tiga untuk diminum dari kantung airmu. Usir dia dan lempar dia keluar gerbang!” Maka sang penjaga pintu memberinya, warga Nippur itu, tulang dan tulang rawan, Dia memberinya bir kelas tiga untuk diminum dari kantung airnya. Dia mengusirnya dan melemparkannya keluar gerbang.

Saat Gimil-Ninurta keluar gerbang, kepada penjaga pintu yang menjaga gerbang, dia mengatakan kata-kata ini, “Berkah para dewa atas tuanmu! Katakan kepadanya begini, 'Untuk satu kesalahan buruk yang kau lakukan kepadaku, aku akan membalasnya tiga kali!’”

Ketika walikota mendengar hal itu, dia tertawa sepanjang hari. Gimil-Ninurta berangkat menuju istana raja, karena sudah menjadi kehendak raja bahwa pangeran dan gubernurlah yang memberikan keputusan yang adil. Ketika Gimil-Ninurta sampai di hadapan raja, dia bersujud dan memberi hormat di hadapannya, sambil mengangkat tinggi tangannya, dia menyapa sang raja, “Wahai orang yang mulia, kebanggaan rakyat, penguasa yang nasibnya akan mulia! Biarlah mereka memberi saya, atas perintah Anda, satu kereta perang, agar, untuk satu hari saja, saya bisa melakukan apa pun yang saya inginkan. Untuk satu hari itu nanti, bayarannya adalah satu mina emas merah.”

Raja tidak bertanya kepadanya, “Apa keinginanmu, apakah kau akan berkeliling sepanjang hari dengan satu kereta perang?” Mereka memberinya kereta perang baru, lengkap dengan kemegahannya. Mereka melilitkan selempang di pinggangnya. Dia menaiki kereta perang baru, lengkap dengan kemegahannya, lalu dia berangkat menuju jantung Duranki. Gimil-Ninurta menangkap dua burung, Dia memasukkannya ke dalam sebuah kotak dan menyegelnya dengan segel, dia pergi ke gerbang walikota Nippur.

Sang walikota datang ke luar untuk menemuinya, “Siapakah Anda, tuanku, yang bepergian selarut ini?”

“Sang raja, tuanmu, sudah mengirimku, ke jantung Duranki. Aku membawa emas ke sini untuk Ekur, kuil Ellil.”

Sang walikota menyembelih seekor domba yang bagus untuk membuat banyak makanan untuknya. Ketika berada di dekatnya, sang walikota berkata kepadanya, “Hoahm, saya lelah sekali!”

Tapi Gimil-Ninurta duduk bersama walikota selama satu jam penuh jaga malam. Ketika, karena kelelahan, sang walikota tertidur, Gimil-Ninurta bangun diam-diam di malam hari. Dia membuka tutup kotak itu, burung-burung pun terbang ke langit. Sang walikota bangun saat fajar untuk membuka kotak itu. Tutup kotak itu terbuka, emasnya sudah hilang. Gimil-Ninurta merobek pakaiannya karena sedih, dia menyerang sang walikota, membuatnya memohon belas kasihan, dia memukulinya dari kepala sampai kaki, dia menimbulkan penderitaan kepadanya.

Sang walikota, di kakinya, berteriak ketakutan, “Tuanku, jangan menyiksa warga Nippur! Jangan sampai Anda menumpahkan darah orang yang dilindungi, yang dianggap suci oleh Ellil!” Mereka memberinya dua mina emas merah sebagai hadiah. Untuk pakaian yang sudah dirobeknya, mereka memberinya yang lain.

Gimil-Ninurta, saat dia keluar gerbang, kepada Tukulti-Ellil, yang menjaga gerbang, dia mengucapkan kata-kata ini, “Berkah para dewa atas tuanmu! Katakan kepadanya begini, 'Untuk satu kesalahan buruk yang kau lakukan kepadaku, aku sudah membalasmu satu kali, masih tersisa dua lagi.'”

Ketika sang walikota mendengar hal itu, dia merasa gelisah sepanjang hari. Gimil-Ninurta berangkat ke tukang pangkas rambut, dia mencukur semua rambutnya, dan bersikap gagah. Dia mengisi alat kauterisasi dengan sumbu, dia pergi ke gerbang walikota Nippur. Dia berkata kepada sang penjaga pintu yang menjaga gerbang, “Katakanlah aku ingin masuk untuk menemui walikota.”

“Siapakah kau, maka kau mau menemuni dia?”

“Aku seorang dokter, penduduk asli Isin, yang memeriksa pasien. Aku memberikan perawatan di mana pun ada cedera dan rasa perih.”

Ketika Gimil-Ninurta datang di hadapan sang walikota, dia menunjukkan luka memar di bagian tubuhnya yang terkena pukulan. Sang walikota berkata kepada para pembantunya, “Dokter ini memang ahli!”

“Tuanku, pengobatanku harus dilakukan dalam gelap, di tempat pribadi, di mana semuanya gelap.” Dia membawanya ke sebuah ruangan yang tidak bisa diakses, di mana tidak ada teman atau sahabatnya yang bisa menolongnya. Dia meletakkan alat kauterisasi ke dalam api, dia menancapkan lima pasak ke lantai yang padat, dia mengikatkan kepala, tangan, dan kakinya ke lantai. Dia memukulinya dari kepala sampai kaki, dia menimbulkan penderitaan kepadanya.

Gimil-Ninurta, saat dia keluar gerbang, kepada Tukulti-Ellil, yang menjaga gerbang, dia mengucapkan kata-kata ini, “Berkah para dewa atas tuanmu! Katakan kepadanya begini, 'Untuk satu kesalahan buruk yang kau lakukan kepadaku, aku sudah membalasmu dua kali, tinggal satu kali lagi.”

Gimil-Ninurta memeriksa dengan teliti, mengangkat tinggi hidungnya seperti seekor anjing. Dia memeriksa semua orang Babilonia, meneliti setiap orang dari mereka. Akhirnya dia melihat seorang pemuda, yang tidak bisa berlari lebih cepat darinya. Dia memberinya hadiah, untuk hadiahnya dia memberi pemuda itu perintah, “Pergi ke gerbang walikota Nippur, dan berteriaklah, maka semua orang akan mengerumunimu karena teriakanmu, ‘Aku mengejar orang-orang yang menuju gerbang walikota! Aku adalah orang yang membawa kambing betina!’"

Gimil-Ninurta berjongkok di bawah jembatan seperti seekor anjing. Sang walikota keluar saat pemuda itu berteriak, dia membawa semua orang di rumahnya, laki-laki dan perempuan. Mereka semua bergegas pergi mengejar pemuda itu. Sementara mereka semua mengejar pemuda itu, sang walikota keluar ke pinggir kota sendirian. Gimil-Ninurta melompat keluar dari bawah jembatan dan menangkap sang walikota. Dia menyerang sang walikota dan membuatnya memohon belas kasihan. Dia memukulinya dari kepala sampai kaki, dia menimbulkan penderitaan kepadanya. “Untuk satu kesalahan buruk yang kau lakukan kepadaku, aku sudah membalasmu tiga kali!”

Dia meninggalkannya dan pergi ke padang gurun. Sang walikota, dengan berjalan merangkak, kembali ke kota.

***

Kalau Anda menyukai kisah mitologi ini, Anda mungkin ingin membaca kisah mitologi Babilonia lainnya di sini.

***

Comments

Populer