Orang Miskin Dari Nippur (Mitologi Babilonia)
Dia bicara
dengan dirinya sendiri yang malang, “Aku akan menanggalkan pakaianku, yang
tidak pernah kuganti, aku akan membeli seekor domba jantan di pasar kotaku,
Nippur.” Maka dia menanggalkan pakaiannya, yang tidak pernah diganti, dan dia
membeli seekor kambing betina berumur tiga tahun di pasar kotanya, Nippur.
Dia bicara
dengan dirinya sendiri yang malang, “Bagaimana kalau aku menyembelih kambing
betina di halaman rumahku, tidak ada makanan, tidak ada bir? Teman-teman di
lingkunganku akan mendengarnya dan marah kepadaku, keluarga dan kerabatku akan
marah kepadaku. Aku akan mengambil kambing betina itu dan membawanya ke rumah
walikota, aku akan menyiapkan sesuatu yang enak dan lezat untuk menggugah selera
makannya.”
Gimil-Ninurta
mencengkeram leher kambing betinanya, dia pergi ke gerbang walikota Nippur. Kepada
Tukulti-Ellil, yang menjaga gerbang, dia mengucapkan kata-kata berikut, “Katakanlah
aku ingin masuk untuk menemui walikota.”
Sang
penjaga pintu mengucapkan kata-kata ini kepada tuannya, “Tuanku, seorang warga
Nippur sedang menunggu di gerbang Anda, dan sebagai hadiah, dia membawakan Anda
seekor kambing betina.”
Sang
walikota menjadi marah kepada penjaga pintu, Tukulti-Ellil, “Mengapa seorang
warga Nippur dibiarkan menunggu di gerbangku?”
Sang
penjaga pintu membukakan gerbang untuk Gimil-Ninurta lalu Gimil-Ninurta datang
dengan gembira ke hadapan walikota. Ketika Gimil-Ninurta datang di hadapan
walikota, dia memegang leher kambing betinanya dengan tangan kirinya, sambil
mengangkat tinggi tangan kanannya, dia menyapa walikota, “Semoga Ellil dan
Nippur memberkati walikota, semoga Ninurta dan Nusku membuat keturunannya bertambah
banyak!”
Sang
walikota mengucapkan kata-kata ini kepada warga Nippur itu, “Apa kesalahanmu,
sampai kau memberiku hadiah?”
Gimil-Ninurta
menyampaikan keinginannya kepada walikota Nippur, “Setiap hari, karena tidak
ada makanan, saya tidur dalam keadaan lapar, saya menanggalkan pakaian saya,
yang tidak pernah saya ganti, dan saya membeli seekor kambing betina berumur
tiga tahun di pasar kota saya, Nippur. Saya berkata kepada diri saya sendiri
yang malang kata-kata ini, 'Bagaimana kalau saya menyembelih kambing betina di
halaman rumah saya, tidak ada makanan, tidak ada bir? Teman-teman saya di
lingkungan saya akan mendengarnya dan marah kepada saya, keluarga dan kerabat
saya akan marah kepada saya. Saya akan mengambil kambing betina itu dan
membawanya ke rumah wali kota, saya akan menyiapkan sesuatu yang enak dan lezat
untuk menggugah selera makannya.' Itulah yang saya katakan kepada diri saya
sendiri.”
Sang
walikota berteriak di telinga si penjagal malam itu, “Biarlah orang-orang menikmati
hidanganmu. Biarlah meja-meja disiapkan dengan mewah.”
Dia
memanggil sang penjaga pintu, yang menjaga gerbang. Kepada penjaga pintu yang
menjaga gerbang, dia mengatakan kata-kata ini, “Berikanlah dia, warga Nippur
itu, tulang dan tulang rawan. Berikan dia bir kelas tiga untuk diminum dari kantung
airmu. Usir dia dan lempar dia keluar gerbang!” Maka sang penjaga pintu
memberinya, warga Nippur itu, tulang dan tulang rawan, Dia memberinya bir kelas
tiga untuk diminum dari kantung airnya. Dia mengusirnya dan melemparkannya
keluar gerbang.
Saat Gimil-Ninurta keluar gerbang, kepada penjaga pintu yang menjaga gerbang, dia mengatakan kata-kata ini, “Berkah para dewa atas tuanmu! Katakan kepadanya begini, 'Untuk satu kesalahan buruk yang kau lakukan kepadaku, aku akan membalasnya tiga kali!’”
Ketika
walikota mendengar hal itu, dia tertawa sepanjang hari. Gimil-Ninurta berangkat
menuju istana raja, karena sudah menjadi kehendak raja bahwa pangeran dan
gubernurlah yang memberikan keputusan yang adil. Ketika Gimil-Ninurta sampai di
hadapan raja, dia bersujud dan memberi hormat di hadapannya, sambil mengangkat
tinggi tangannya, dia menyapa sang raja, “Wahai orang yang mulia, kebanggaan
rakyat, penguasa yang nasibnya akan mulia! Biarlah mereka memberi saya, atas
perintah Anda, satu kereta perang, agar, untuk satu hari saja, saya bisa
melakukan apa pun yang saya inginkan. Untuk satu hari itu nanti, bayarannya
adalah satu mina emas merah.”
Raja
tidak bertanya kepadanya, “Apa keinginanmu, apakah kau akan berkeliling sepanjang
hari dengan satu kereta perang?” Mereka memberinya kereta perang baru, lengkap
dengan kemegahannya. Mereka melilitkan selempang di pinggangnya. Dia menaiki
kereta perang baru, lengkap dengan kemegahannya, lalu dia berangkat menuju
jantung Duranki. Gimil-Ninurta menangkap dua burung, Dia memasukkannya ke dalam
sebuah kotak dan menyegelnya dengan segel, dia pergi ke gerbang walikota
Nippur.
Sang
walikota datang ke luar untuk menemuinya, “Siapakah Anda, tuanku, yang bepergian
selarut ini?”
“Sang
raja, tuanmu, sudah mengirimku, ke jantung Duranki. Aku membawa emas ke sini
untuk Ekur, kuil Ellil.”
Sang
walikota menyembelih seekor domba yang bagus untuk membuat banyak makanan untuknya.
Ketika berada di dekatnya, sang walikota berkata kepadanya, “Hoahm, saya lelah
sekali!”
Tapi
Gimil-Ninurta duduk bersama walikota selama satu jam penuh jaga malam. Ketika,
karena kelelahan, sang walikota tertidur, Gimil-Ninurta bangun diam-diam di
malam hari. Dia membuka tutup kotak itu, burung-burung pun terbang ke langit. Sang
walikota bangun saat fajar untuk membuka kotak itu. Tutup kotak itu terbuka,
emasnya sudah hilang. Gimil-Ninurta merobek pakaiannya karena sedih, dia
menyerang sang walikota, membuatnya memohon belas kasihan, dia memukulinya dari
kepala sampai kaki, dia menimbulkan penderitaan kepadanya.
Sang
walikota, di kakinya, berteriak ketakutan, “Tuanku, jangan menyiksa warga
Nippur! Jangan sampai Anda menumpahkan darah orang yang dilindungi, yang
dianggap suci oleh Ellil!” Mereka memberinya dua mina emas merah sebagai hadiah.
Untuk pakaian yang sudah dirobeknya, mereka memberinya yang lain.
Gimil-Ninurta,
saat dia keluar gerbang, kepada Tukulti-Ellil, yang menjaga gerbang, dia
mengucapkan kata-kata ini, “Berkah para dewa atas tuanmu! Katakan kepadanya
begini, 'Untuk satu kesalahan buruk yang kau lakukan kepadaku, aku sudah
membalasmu satu kali, masih tersisa dua lagi.'”
Ketika
sang walikota mendengar hal itu, dia merasa gelisah sepanjang hari. Gimil-Ninurta
berangkat ke tukang pangkas rambut, dia mencukur semua rambutnya, dan bersikap
gagah. Dia mengisi alat kauterisasi dengan sumbu, dia pergi ke gerbang walikota
Nippur. Dia berkata kepada sang penjaga pintu yang menjaga gerbang, “Katakanlah
aku ingin masuk untuk menemui walikota.”
“Siapakah
kau, maka kau mau menemuni dia?”
“Aku
seorang dokter, penduduk asli Isin, yang memeriksa pasien. Aku memberikan
perawatan di mana pun ada cedera dan rasa perih.”
Ketika
Gimil-Ninurta datang di hadapan sang walikota, dia menunjukkan luka memar di
bagian tubuhnya yang terkena pukulan. Sang walikota berkata kepada para
pembantunya, “Dokter ini memang ahli!”
“Tuanku,
pengobatanku harus dilakukan dalam gelap, di tempat pribadi, di mana semuanya
gelap.” Dia membawanya ke sebuah ruangan yang tidak bisa diakses, di mana tidak
ada teman atau sahabatnya yang bisa menolongnya. Dia meletakkan alat
kauterisasi ke dalam api, dia menancapkan lima pasak ke lantai yang padat, dia
mengikatkan kepala, tangan, dan kakinya ke lantai. Dia memukulinya dari kepala
sampai kaki, dia menimbulkan penderitaan kepadanya.
Gimil-Ninurta,
saat dia keluar gerbang, kepada Tukulti-Ellil, yang menjaga gerbang, dia
mengucapkan kata-kata ini, “Berkah para dewa atas tuanmu! Katakan kepadanya
begini, 'Untuk satu kesalahan buruk yang kau lakukan kepadaku, aku sudah
membalasmu dua kali, tinggal satu kali lagi.”
Gimil-Ninurta
memeriksa dengan teliti, mengangkat tinggi hidungnya seperti seekor anjing. Dia
memeriksa semua orang Babilonia, meneliti setiap orang dari mereka. Akhirnya
dia melihat seorang pemuda, yang tidak bisa berlari lebih cepat darinya. Dia
memberinya hadiah, untuk hadiahnya dia memberi pemuda itu perintah, “Pergi ke
gerbang walikota Nippur, dan berteriaklah, maka semua orang akan mengerumunimu
karena teriakanmu, ‘Aku mengejar orang-orang yang menuju gerbang walikota! Aku
adalah orang yang membawa kambing betina!’"
Gimil-Ninurta
berjongkok di bawah jembatan seperti seekor anjing. Sang walikota keluar saat
pemuda itu berteriak, dia membawa semua orang di rumahnya, laki-laki dan
perempuan. Mereka semua bergegas pergi mengejar pemuda itu. Sementara mereka
semua mengejar pemuda itu, sang walikota keluar ke pinggir kota sendirian. Gimil-Ninurta
melompat keluar dari bawah jembatan dan menangkap sang walikota. Dia menyerang sang
walikota dan membuatnya memohon belas kasihan. Dia memukulinya dari kepala
sampai kaki, dia menimbulkan penderitaan kepadanya. “Untuk satu kesalahan buruk
yang kau lakukan kepadaku, aku sudah membalasmu tiga kali!”
Dia
meninggalkannya dan pergi ke padang gurun. Sang walikota, dengan berjalan merangkak,
kembali ke kota.
***
Kalau Anda menyukai kisah mitologi ini, Anda mungkin ingin membaca kisah mitologi Babilonia lainnya di sini.
***

Comments
Post a Comment