Anzu: Tablet I (Mitologi Babilonia)

Mitologi Babilonia

Aku bernyanyi tentang putra agung raja semua negeri berpenduduk, kesayangan Mami, dewa yang perkasa, putra Ellil; aku bernyanyi tentang Ninurta yang agung, kesayangan Mami, dewa yang perkasa, putra Ellil, anak Ekur, pemimpin para Anunnaki, harapan Eninnu, Yang menyirai pdang rumput, mengairi kandang ternak, kebun, kolam, di desa dan di kota. Gelombang banjir pertempuran, penari dalam pertempuran, berselempang keberanian, sang pahlawan. Yang serangannya yang tidak kenal lelah membuat para iblis gallu yang paling ganas sekalipun takut akan serangannya. Dengarkanlah nyanyian atas kekuatan dewa yang perkasa, sang penakluk, yang mengikat gunung batu dalam amarahnya, yang menaklukkan Anzu yang menjulang tinggi dengan senjatanya, yang membunuh manusia banteng di tengah laut. Prajurit yang kuat yang membunuh dengan senjatanya, pahlawan yang perkasa yang memimpin barisan pertempuran. Sampai sekarang, tidak ada bunga aster yang dibuat untuk para Igigi; para Igigi akan berlutut di bawah kekuatan Ellil. Sungai-sungai terbentuk —Tigris, Efrat— tapi mata airnya belum mengalirkan airnya ke daratan.

Kemudian para Igigi berkumpul dari seluruh penjuru, di hadapan Ellil, ayah mereka. Para Igigi membawa laporan, “Dengarkanlah kata-kata yang bisa dipercaya ini! Di gunung Hehe, sebuah gunung berhutan, di pangkuan para Anunna, mereka melahirkan Anzu. Paruhnya adalah gergaji, gunung-gunung gemetar mendengar teriakannya. Dia lahir dari banjir besar yang melanda daratan dan menuruni gunung.”

Ketika ayah para dewa, dewa Duranki, melihatnya, dia mengambil apa yang mereka katakan tentangnya ke dalam hatinya, sang pemimpin memeriksa Anzu dengan cermat. Ellil, “Dari mana makhluk ini berasal? Siapa yang sudah melahirkan makhluk seganas ini?”

Ea menjawab pertanyaan hatinya, dia yang berpandangan jauh menyampaikan kata-katanya kepada Ellil, “Sesungguhnya air dari banjir sudah melahirkan Anzu, air suci para dewa Apsu. Bumi yang luas mengandungnya, dan dia lahir dari bebatuan gunung. Anzu yang sudah kau lihat, biarkan dia melayanimu dengan teguh! Di tempat sucimu, biarkan dia menghalangi jalan menuju ruang terdalam, selamanya.”

Sang dewa menyetujui jawaban yang diberikan kepadanya, dia mengambil tempat-tempat suci dan menugaskan semua tempat dewa menjadi tanggung jawabnya. Dia menetapkan Anzu sebagai penjaga, dan Anzu menjalankannya dengan teguh. Ellil mempercayakan kepadanya pintu masuk ke tempat suci yang sudah diselesaikannya.

Sang dewa akan mandi di air suci di hadapannya. Matanya menatap atribut-atribut kekuasaan Ellil: mahkota agungnya, jubah keilahiannya, dan tablet takdir di tangannya. Anzu sering menatap dewa Duranki, ayah para dewa, dan menetapkan tujuannya, untuk merebut kekuatan Ellil. 

“Aku akan mengambil tablet takdir para dewa untuk diriku sendiri dan mengendalikan perintah untuk semua dewa, aku akan memiliki takhta untuk diriku sendiri dan menjadi penguasa ritual! Aku akan memimpin semua dewa Igigi!”

Hatinya merencanakan serangan, di pintu masuk tempat suci, tempat dia sering memandang, dia menunggu datangnya pagi. Ketika Ellil sedang mandi di air suci, tanpa busana, mahkotanya diletakkan di singgasana, dia mengambil tablet takdir untuk dirinya sendiri, dia mengambil kekuasaan Ellil untuk dirinya sendiri, otoritas ilahi digulingkan. Anzu melesat dan terbang menuju gunungnya.

Keheningan yang mengerikan terjadi, keheningan yang mematikan merajalela. Ayah dan penasihat mereka Ellil tidak bisa berkata apa-apa, tempat suci itu memancarkan kemegahan ilahinya. Para dewa negeri berkumpul, satu demi satu, untuk menyusun rencana. An bersiap untuk berbicara, berkata kepada para dewa anak-anaknya, “O para dewa, siapa di antara kalian yang akan membunuh Anzu? Biarlah dia menjadikan namanya sebagai yang paling agung di seluruh dunia.”

Mereka memanggil sang penguasa kanal, putra An, sambil memikirkan rencana, mereka memanggil Adad sang penguasa kanal, putra An, sang penguasa kanal pikiran, katanya kepadanya, “Wahai Adad yang perkasa, Adad yang ganas, seranganmu tidak bisa ditangkis, seranglah Anzu dengan senjatamu. Biarlah namamu menjadi yang terbesar di antara semua dewa besar, kau tidak akan memiliki yang setara di antara para dewa, saudara-saudaramu. Biarlah ada kuil-kuil bagimu, biarlah mereka dibangun. Tempat-tempat suci bagimu akan dibangun di empat penjuru dunia, tempat-tempat sucimu akan datang ke Ekur. Tunjukkanlah dirimu yang utama di hadapan para dewa, karena namamu adalah 'Yang Mahakuasa'.”

Adad menjawab perintah itu, mengarahkan kata-katanya kepada An, ayahnya, “Ayahku, siapakah yang akan bergegas pergi ke gunung yang tidak bisa dijangkau? Siapakah putramu yang bisa mengalahkan Anzu? Karena dia sudah mendapatkan tablet takdir untuk dirinya sendiri, dia sudah mengambil kekuatan Ellil: ritual ditinggalkan! Anzu terbang dan bersembunyi! Ucapannya sudah menggantikan ucapan dewa Duranki! Dia hanya perlu memerintah, dan siapa pun yang dikutuknya akan berubah menjadi tanah liat! Mendengar ucapannya, para dewa akan gemetar!”

Mendengar perkataannya para dewa menjadi putus asa, dia berbalik, dia menolak untuk pergi. Mereka lalu memanggil Girra, anak sulung Annunitum. Sambil memikirkan rencana, dia berkata kepadanya, “Wahai Girra yang perkasa, Girra yang ganas, seranganmu tidak bisa ditangkis, seranglah Anzu dengan senjatamu. Biarlah namamu menjadi yang terbesar di antara semua dewa besar, kau tidak akan memiliki yang setara di antara para dewa, saudara-saudaramu. Biarlah ada kuil-kuil bagimu, biarlah mereka dibangun. Tempat-tempat suci bagimu akan dibangun di empat penjuru dunia, tempat-tempat sucimu akan datang ke Ekur. Tunjukkanlah dirimu yang utama di hadapan para dewa, karena namamu adalah 'Yang Mahakuasa'.”

Girra menjawab perintah itu, mengarahkan kata-katanya kepada An, ayahnya, “Ayahku, siapakah yang akan bergegas pergi ke gunung yang tidak bisa dijangkau? Siapakah putramu yang bisa mengalahkan Anzu? Karena dia sudah mendapatkan tablet takdir untuk dirinya sendiri, dia sudah mengambil kekuatan Ellil: ritual ditinggalkan! Anzu terbang dan bersembunyi! Ucapannya sudah menggantikan ucapan dewa Duranki! Dia hanya perlu memerintah, dan siapa pun yang dikutuknya akan berubah menjadi tanah liat! Mendengar ucapannya, para dewa akan gemetar!”

Mendengar perkataannya para dewa menjadi putus asa, dia berbalik, dia menolak untuk pergi. Mereka lalu memanggil Shara, anak sulung Ishtar. Sambil memikirkan rencana, dia berkata kepadanya, “Wahai Shara yang perkasa, Shara yang ganas, seranganmu tidak bisa ditangkis, seranglah Anzu dengan senjatamu. Biarlah namamu menjadi yang terbesar di antara semua dewa besar, kau tidak akan memiliki yang setara di antara para dewa, saudara-saudaramu. Biarlah ada kuil-kuil bagimu, biarlah mereka dibangun. Tempat-tempat suci bagimu akan dibangun di empat penjuru dunia, tempat-tempat sucimu akan datang ke Ekur. Tunjukkanlah dirimu yang utama di hadapan para dewa, karena namamu adalah 'Yang Mahakuasa'.”

Shara menjawab perintah itu, mengarahkan kata-katanya kepada An, ayahnya, “Ayahku, siapakah yang akan bergegas pergi ke gunung yang tidak bisa dijangkau? Siapakah putramu yang bisa mengalahkan Anzu? Karena dia sudah mendapatkan tablet takdir untuk dirinya sendiri, dia sudah mengambil kekuatan Ellil: ritual ditinggalkan! Anzu terbang dan bersembunyi! Ucapannya sudah menggantikan ucapan dewa Duranki! Dia hanya perlu memerintah, dan siapa pun yang dikutuknya akan berubah menjadi tanah liat! Mendengar ucapannya, para dewa akan gemetar!”

Mendengar perkataannya para dewa menjadi putus asa, dia berbalik, dia menolak untuk pergi. Karena sudah kehabisan akal, para dewa berhenti membuat usul. Para lgigi menjadi putus asa di tempat mereka duduk, gelisah. Dewa kebijaksanaan, yang tinggal di kedalaman, yang memiliki banyak akal, sedang merancang sebuah ide dalam pikirannya yang cerdik. Ea merancang kebijaksanaan dalam hatinya, apa yang ada dalam pikirannya dia katakan kepada An, “Biarkan aku memberi perintah dan menemukan dewa itu, kemudian aku akan menunjuk penakluk Anzu di majelis. Aku sendiri yang akan mencari di antara para dewa dan memilih dari majelis penakluk Anzu.”

Ketika para dewa Igigi mendengar kata-katanya itu, para dewa Igigi berkumpul dan memberi penghormatan kepadanya. Dia yang berpandangan jauh memperdengarkan suaranya dan berbicara, mengarahkan kata-katanya kepada Anu dan Dagan, “Biarlah mereka memanggil ke sini nyonya para dewa, Belet-ili, saudara perempuan para dewa agung, orang yang banyak akal, penasihat para dewa saudara-saudaranya. Biarlah mereka berbicara tentang kebesarannya yang luar biasa di majelis para dewa, biarlah semua dewa menghormatinya dalam perkumpulan mereka. Lalu aku akan memberitahunya gagasan yang ada di hatiku.”

Lalu mereka memanggil ke sana nyonya para dewa, Belet-ili, saudara perempuan para dewa agung, orang yang banyak akal, penasihat para dewa saudara-saudaranya. Mereka berbicara tentang kebesarannya yang luar biasa di majelis para dewa, para dewa menghormatinya dalam perkumpulan mereka. Ea menyampaikan gagasan yang ada di lubuk hatinya yang terdalam, “Dulu kami memanggilmu 'Mami', sekarang biarlah 'Nyonya Semua Dewa' menjadi namamu. Berikanlah kami yang perkasa, kekasihmu yang luar biasa, yang berdada bidang, panglima dalam pertempuran. Berikanlah kami Ninurta, kekasihmu yang luar biasa, yang berdada bidang, panglima dalam pertempuran. Biarlah dia menjadi penguasa di majelis para dewa, biarlah dia menunjukkan kehebatan kepada para dewa, agar namanya menjadi besar, biarlah namanya diagungkan di semua negeri yang berpenduduk, biarlah ada kuil-kuil baginya, biarlah mereka dibangun. Tempat-tempat suci baginya akan dibangun di empat penjuru dunia, tempat-tempat sucinya akan datang ke Ekur.”

***

Kalau Anda menyukai kisah mitologi ini, Anda mungkin ingin membaca kelanjutannya di sini; atau membaca kisah mitologi Babilonia lainnya di sini.

***

Comments

Populer