Anzu: Tablet II (Mitologi Babilonia)

Mitologi Babilonia

Ketika Mami mendengar kata-kata Ea ini, dia yang memiliki kebesaran yang luar biasa, Belet-ili, menyetujuinya. Mendengar ucapannya, para dewa bergembira, mereka berkumpul dan memberi penghormatan kepadanya. 

Dalam pertemuan para dewa, dia memanggil yang perkasa dari para dewa, putranya, Ninurta, yang sangat dicintainya, dia perintahkan, dengan berkata kepadanya, 

“Di hadapan An dan Dagan yang mulia, mereka sudah berdiskusi dalam sidang tentang apa yang terjadi dengan wewenang ilahi mereka. Para Igigi, aku melahirkan mereka semua, aku memberikan kehidupan kepada para dewa, satu dan semuanya, aku adalah Mami! Aku menunjuk kekuasaan kepada saudaraku, An, sebagai raja surga. Anzu sudah mengganggu kerajaan yang aku tunjuk, dia sudah menolak ayahmu, mencuri ritual dan menggunakannya untuk kepentingannya sendiri.”

“Serbu jalannya, tetapkan batas waktu, buatlah cahaya keluar untuk dewa-dewa yang kuciptakan. Luncurkan seranganmu yang dahsyat, buatlah angin jahatmu bertiup kencang melawannya. Tangkaplah Anzu yang menjulang tinggi, seranglah tanah tempat dia dilahirkan, hancurkan tempat tinggalnya. Biarkan seranganmu yang mengerikan terus mengamuk kepadanya, biarkan angin puyuh dengan tegas menghalanginya. Tarik busurmu, biarkan anak panahmu membawa racun. Kirimkan kabut, agar dia tidak bisa mengenali wajahmu. Wujudmu harus terus berubah, seperti iblis gallu. Biarkan sinarmu melampauinya, lakukan lompatan yang tinggi dan seranglah.”

“Miliki cahaya yang lebih kuat daripada yang dikeluarkan Shamash. Buatlah siang berubah menjadi kegelapan baginya. Bunuhlah Anzu dan biarlah angin membawa bulunya kemari sebagai kabar gembira, ke kuil Ekur, kepada ayahmu Ellil. Maka kerajaan akan kembali memasuki Ekur, maka upacara akan kembali bagi ayah yang sudah melahirkanmu. Maka kuil-kuil akan dibangun bagimu. Maka tempat-tempat sucimu akan dibangun di seluruh empat penjuru dunia, tempat-tempat sucimu akan datang ke Ekur. Tunjukkanlah dirimu yang utama di hadapan para dewa, karena namamu adalah 'Yang Mahakuasa'.”

Sang pahlawan mendengarkan kata-kata ibunya. Dengan penuh amarah, dia berjalan menuju gunungnya. Sang penguasa mengerahkan tujuh pertempuran, sang prajurit mengerahkan tujuh angin jahat, yang menari-nari di atas tanah, tujuh pusaran angin. Dia mengumpulkan barisan tempur, berperang dengan formasi yang mengerikan; bahkan angin kencang pun sunyi di sisinya, siap untuk bertarung.

Di lereng gunung, Anzu dan Ninurta bertemu. Anzu menatapnya dan gemetar karena marah, menampakkan giginya seperti iblis umu; cahayanya jubahnya yang menakutkan menyelimuti gunung, dia meraung seperti singa dalam kemarahan yang tiba-tiba. Dengan amarah yang meluap-luap, dia berteriak kepada sang prajurit, “Aku sudah mencabut setiap ritual dan akulah yang bertanggung jawab atas semua perintah para dewa! Siapa kau, berani datang berperang melawanku? Jelaskan dirimu.”

Dia bergegas ke arahnya saat tantangan ditujukan kepadanya, sang prajurit Ninurta menjawab Anzu, “Aku adalah Ninurta, putra dewa Duranki, penopang bumi yang luas, Ea, raja takdir! Aku datang untuk bertarung denganmu, dan aku akan menghancurkanmu!”

Ketika Anzu mendengar tantangannya, dia melepaskan teriakannya yang melengking dari dalam gunung. Kegelapan turun, permukaan gunung diselimuti, Shamash, cahaya para dewa, menjadi gelap. Ninurta meraung seperti singa, suranya berbaur dengan teriakan perang Anzu. Bentrokan antar barisan tempur sudah dekat, senjata banjir berkumpul, baju zirah mereka berbenturan, berlumuran darah. Awan kematian sedang turun, anak panah sambar-menyambar seperti kilat, pertarungan terus berlanjut dengan gemuruh di antara mereka.

Ninurta, putra sulung Mami yang luar biasa, harapan An dan Dagan, kekasih Ea, memasang anak panah ke busur, dari pegangan busurnya dia melepaskan anak panah kepada Anzu. Anak panah itu tidak mendekati Anzu tapi berbalik! Itu Anzu, dia berteriak menentangnya, “Kau, anak panah yang datang, kembalilah ke rumpun buluhmu! Rangka busur, kembalilah ke hutanmu! Tali busur: kembalilah ke perut domba jantan! Bulu-bulu, kembalilah ke burung-burung!” Karena dia memegang tablet takdir para dewa di tangannya, tali busur mengeluarkan anak panah, tapi tidak mendekati tubuhnya. Pertempuran berakhir, serangannya tertahan, senjatanya sudah gagal, di dalam pegunungan mereka tidak menaklukkan Anzu.

Ninurta lalu berteriak dan memberi perintah kepada Sharur, senjatanya yang agung, “Beritahukanlah kepada Ea yang berpandangan jauh tindakan-tindakan yang sudah kau lihat! Tuan Ninurta sedang mendekati Anzu dan Ninurta sang prajurit terbungkus debu pertempuran. Dia memasang anak panah ke busur, dari pegangan busurnya dia melepaskan anak panah kepada Anzu. Anak panah itu tidak mendekati Anzu tapi berbalik! Itu Anzu, dia berteriak menentangnya, ‘Kau, anak panah yang datang, kembalilah ke rumpun buluhmu! Rangka busur, kembalilah ke hutanmu! Tali busur: kembalilah ke perut domba jantan! Bulu-bulu, kembalilah ke burung-burung!” Karena dia memegang tablet takdir para dewa di tangannya, tali busur mengeluarkan anak panah, tapi tidak mendekati tubuhnya. Pertempuran berakhir, serangannya tertahan, senjatanya sudah gagal, di dalam pegunungan mereka tidak menaklukkan Anzu.”

Sharur memberi hormat, menerima perintah, lalu menyampaikan pesan pertempuran kepada Ea sang pemimpin, dia mengulangi kepada Ea apa yang dikatakan tuannya kepadanya, “Tuan Ninurta sedang mendekati Anzu dan Ninurta sang prajurit terbungkus debu pertempuran. Dia memasang anak panah ke busur, dari pegangan busurnya dia melepaskan anak panah kepada Anzu. Anak panah itu tidak mendekati Anzu tapi berbalik! Itu Anzu, dia berteriak menentangnya, ‘Kau, anak panah yang datang, kembalilah ke rumpun buluhmu! Rangka busur, kembalilah ke hutanmu! Tali busur: kembalilah ke perut domba jantan! Bulu-bulu, kembalilah ke burung-burung!” Karena dia memegang tablet takdir para dewa di tangannya, tali busur mengeluarkan anak panah, tapi tidak mendekati tubuhnya. Pertempuran berakhir, serangannya tertahan, senjatanya sudah gagal, di dalam pegunungan mereka tidak menaklukkan Anzu.”

Ea yang berpandangan jauh itu mendengarkan perkataan putranya, berseru dan memberi perintah kepada Sharur, “Ulangi kepada tuanmu apa yang kukatakan, dan semua yang kukatakan kepadamu, ulangi kepadanya, ‘Jangan biarkan pertempuran mengendur, raihlah kemenanganmu! Buatlah Anzu kelelahan sehingga dia melepaskan sayapnya saat badai menghantam. Arahkan anak panahmu ke belakang, potong sayap-sayapnya, dan lemparkan ke kanan dan ke kiri. Ketika dia melihat sayapnya, itu akan menghilangkan kata-kata ajaib miliknya. Ketika dia berteriak ‘bulu kembalilah menjadi sayap’, jangan takut, tarik busurmu dengan kencang, biarkan anak panahmu terbang seperti kilat.”

“Bunuhlah Anzu dan biarlah angin membawa bulunya kemari sebagai kabar gembira, ke kuil Ekur, kepada ayahmu Ellil. Maka kerajaan akan kembali memasuki Ekur, maka upacara akan kembali bagi ayah yang sudah melahirkanmu. Maka kuil-kuil akan dibangun bagimu. Maka tempat-tempat sucimu akan dibangun di seluruh empat penjuru dunia, tempat-tempat sucimu akan datang ke Ekur. Tunjukkanlah dirimu yang utama di hadapan para dewa, karena namamu adalah 'Yang Mahakuasa'.”

Sharur memberi hormat, menerima perintah, lalu menyampaikan pesan pertempuran dari Ea, dia mengulangi kepada Ninurta apa yang dikatakan Ea kepadanya, “Jangan biarkan pertempuran mengendur, raihlah kemenanganmu! Buatlah Anzu kelelahan sehingga dia melepaskan sayapnya saat badai menghantam. Arahkan anak panahmu ke belakang, potong sayap-sayapnya, dan lemparkan ke kanan dan ke kiri. Ketika dia melihat sayapnya, itu akan menghilangkan kata-kata ajaib miliknya. Ketika dia berteriak ‘bulu kembalilah menjadi sayap’, jangan takut, tarik busurmu dengan kencang, biarkan anak panahmu terbang seperti kilat.”

“Bunuhlah Anzu dan biarlah angin membawa bulunya kemari sebagai kabar gembira, ke kuil Ekur, kepada ayahmu Ellil. Maka kerajaan akan kembali memasuki Ekur, maka upacara akan kembali bagi ayah yang sudah melahirkanmu. Maka kuil-kuil akan dibangun bagimu. Maka tempat-tempat sucimu akan dibangun di seluruh empat penjuru dunia, tempat-tempat sucimu akan datang ke Ekur. Tunjukkanlah dirimu yang utama di hadapan para dewa, karena namamu adalah 'Yang Mahakuasa'.”

***

Kalau Anda kebetulan 'tersesat' di sini, Anda mungkin ingin membaca kisah mitologi ini dari awal di sini; atau membaca kelanjutannya di sini.

***

Comments

Populer