Anzu: Tablet III (Mitologi Babilonia)
Pertempuran
penuh gejolak berlangsung, gelombang panas berkobar, debu beterbangan, pertarungan
sampai mati terjadi. Tatapan tajam menyala, kebingungan melanda, badai menyebar
ke empat arah, senjata-senjata dipukul dengan pukulan-pukulan mematikan, sebuah
pertarungan yang mengerikan, keduanya bermandikan keringat pertempuran.
Lalu
Anzu menjadi lelah, di tengah badai dia menjatuhkan sayapnya, Ninurta
mengarahkan anak panahnya ke belakang, dia memotong sayapnya, melemparkannya ke
kanan dan kiri. Begitu Anzu melihat bulunya, kata-kata ajaib miliknya pun
terhapus. Ketika dia berteriak, “Bulu kembalilah menjadi sayap!” anak panah bersiul
ke arahnya. Anak panah itu menembus dadanya, anak panah itu menembus
jantung dan paru-parunya.
Dia
membunuh gunung-gunung, mendatangkan kekacauan dan menyerbu wilayah
terdalamnya, Ninurta membunuh gunung-gunung, mendatangkan kekacauan dan
menyerbu wilayah terdalam mereka, kemarahannya melanda bumi yang luas, dia
menyerbu wilayah terdalam pegunungan, dia membunuh Anzu yang jahat! Prajurit
Ninurta mengambil kembali tablet takdir para dewa di tangannya, dan angin pun
menerbangkan bulu-bulu Anzu sebagai tanda kabar gembira tentangnya.
Dagan melihat tanda itu dan bersukacita, dia memanggil semua dewa dan dengan gembira dia berkata, “Dia yang kuat sudah membunuh Anzu di gunungnya, dia sudah merebut kembali apa yang menjadi milik An dan Dagan."
"Kemarilah! Biarkan dia datang kepada kita, biarkan dia bersukacita, biarkan dia menari, biarkan dia merayakan. Biarkan dia berdiri bersama para dewa, saudara-saudaranya, dan mendengar rahasia mereka, rahasia para dewa. Biarkan Ellil pergi bersama para dewa saudara-saudaranya dan memberikan dia otoritas ilahi bersama para dewa.”
Ea bersiap
untuk berbicara, mengarahkan kata-katanya kepada Dagan, “Ketika darah kehidupan
diperas keluar, dia menguliti Anzu, mengambil kulitnya. Ketika dia membunuh
Anzu yang jahat di pedalaman pegunungan, sang prajurit Ninurta mengambil
kembali tablet takdir para dewa di tangannya. Panggil dia, dan biarkan dia
datang kepadamu, biarkan dia menaruh tablet takdir di pangkuanmu.”
Ellil
bersiap untuk berbicara, mengarahkan kata-katanya kepada Nusku, menterinya, “Nusku,
keluarlah, bawa Birdu ke hadapanku!”
Lalu Nusku
pergi keluar, dia membawa Birdu ke hadapan Ellil. Ellil bersiap untuk
berbicara, mengarahkan kata-katanya kepada Birdu, “Birdu, aku akan mengutusmu,
aku akan mengirimmu kepada Ninurta. Ulangi kepada Ninurta apa yang kukatakan, dan
semua yang kukatakan kepadamu, ulangi kepadanya, ‘Para dewa mendengar bahwa yang
kuat sudah membunuh Anzu di gunungnya, dia sudah merebut kembali apa yang
menjadi milik An dan Dagan. Kemarilah! Biarkan dia datang kepada kita, biarkan
dia bersukacita, biarkan dia menari, biarkan dia merayakan. Biarkan dia berdiri
bersama para dewa, saudara-saudaranya, dan mendengar rahasia mereka, rahasia
para dewa. Biarkan Ellil pergi bersama para dewa saudara-saudaranya dan memberikan
dia otoritas ilahi bersama para dewa.’”
Ninurta
bersiap untuk berbicara, mengarahkan kata-katanya kepada Birdu, “Wahai Birdu, utusan
para dewa, mengapa kau datang ke sini dengan begitu tergesa-gesa?”
Birdu
bersiap untuk berbicara, dia mengulangi kepada Ninurta apa yang dikatakan Ellil
kepadanya, “Ayahmu Ellil sudah mengirmku kepadamu dan mengatakan kepadamu, ‘Para
dewa mendengar bahwa yang kuat sudah membunuh Anzu di gunungnya, dia sudah
merebut kembali apa yang menjadi milik An dan Dagan. Kemarilah! Biarkan dia
datang kepada kita, biarkan dia bersukacita, biarkan dia menari, biarkan dia
merayakan. Biarkan dia berdiri bersama para dewa, saudara-saudaranya, dan
mendengar rahasia mereka, rahasia para dewa. Biarkan Ellil pergi bersama para
dewa saudara-saudaranya dan memberikan dia otoritas ilahi bersama para dewa.’”
Ninurta
bersiap untuk berbicara, mengarahkan kata-katanya kepada Birdu, “Mengapa aku
harus mengembalikan tablet takdir kepada Ellil? Aku akan mengambil tablet
takdir para dewa untuk diriku sendiri dan mengendalikan perintah untuk semua
dewa, aku akan memiliki takhta untuk diriku sendiri dan menjadi penguasa
ritual! Aku akan memimpin semua dewa Igigi!”
Ea
yang berpandangan jauh lalu bersiap untuk berbicara, mengarahkan kata-katanya kepada
Ninurta, “Wahai prajurit, kau bisa menghancurkan gunung dengan kekuatanmu, kau sudah
mengalahkan Anzu, kau bisa membunuh kekuatannya, kau bisa mengalahkan kekuatan
Anzu yang terbang tinggi! Karena kau gagah berani dan mampu menghancurkan
gunung, kau sudah membuat semua musuh tunduk di hadapan ayahmu, Ellil. O
Ninurta, kau sudah memperoleh kekuasaan penuh, setiap otoritas ilahi, siapakah
di antara para dewa yang sudah memperoleh kekuasaan ilahi di bumi? Kebesaran sudah
diberikan kepadamu, podium para dewa takdir.”
“Mereka
memanggil Nissaba untuk membuat gambar subimu, mereka menyebut namamu di alur Ningirsu.
Mereka menunjukmu untuk menggembalakan bangsa-bangsa, mereka menyebut namamu
sebagai Duku, penjaga tahta kerajaan. Mereka menyebut namamu sebagai Hurabtil
di Elam, mereka menyebut namamu sebagai Shushinak di Susa. Mereka menyebut namamu
sebagai dewa pengetahuan rahasia di antara para dewa di E-Ibbi-Anu. Mereka
menyebut namamu sebagai Pabilsag di Egalmah, mereka menyebut namamu sebagai Ninazu
di Egidda.”
“Duranki
adalah tempat kelahiranmu. Mereka menyebut namamu sebagai Ishtaran di Der, mereka
menyebut namamu sebagai Zababa di Kish. Keberanianmu jauh lebih besar daripada
semua dewa lainnya, keilahianmu tidak tertandingi. Dengan sepenuh hati aku
memujimu! Mereka menyebut namamu sebagai Lugalbanda di Isin. Dalam Egishkalamma
mereka menyebut namamu sebagai Lugalmarada. Mereka menyebut namamu sebagai 'Prajurit
Tishpak' di Esikilla, mereka menyebut namamu sebagai Sagkud di Bube, mereka
menyebut namamu sebagai Pisangunuk di Kullab. Di Adab, kita Belet-Ili ibumu,
mereka menyebut namamu sebagai Panigarra, penguasa perbatasan. Di dalam Eakkil,
mereka menyebut namamu sebagai Papsukkal. Nama-namamu sangat agung dan dihormati
para dewa.”
Ninurta
menyadari kesalahannya dan menyerahkan tablet takdir kepada Ellil, dia
bersukacita, menari, dan merayakannya. Dia berdiri bersama para dewa,
saudara-saudaranya, dan mendengar rahasia mereka, rahasia para dewa. Ellil bersama
para dewa saudara-saudaranya dan memberikan dia otoritas ilahi bersama para
dewa. Kuil-kuil dibangun baginya. Tempat-tempat sucinya dibangun di seluruh
empat penjuru dunia, tempat-tempat sucinya datang ke Ekur.
***
Kalau Anda kebetulan 'tersesat' di sini, Anda mungkin ingin membaca kisah mitologi ini dari awal di sini; atau membandingkannya dengan versi Sumeria di sini.
***

Comments
Post a Comment