Ptah, Yang Pertama Dan Yang Satu (Mitologi Mesir)
Di dalam hatinya, Ptah membayangkan Atum, sang benih awal Heliopolis, lalu Atum muncul melalui lidahnya. Lalu bayangan Horus muncul di dalam pikiran Ptah, lalu bayangan Thoth muncul di dalam pikiran Ptah, lalu dewa-dewa Ennead muncul melalui lidahnya.
Kekuatan
muncul di dalam hati, melalui lidah, dan di seluruh anggota tubuh Ptah. Hati
dan pikiran Ptah ada di dalam semua tubuh dan lidah di setiap mulut semua dewa,
semua manusia, semua kawanan, semua binatang melata, dan apa pun yang hidup.
Ptah memikirkan apa pun yang diinginkan hatinya dan memerintah apa pun yang
diinginkan lidahnya.
Para
imam di Memphis berkata, “Ptah adalah dewa yang melahirkan para dewa, semua
dewa dan segala yang ada telah datang dari hati dan lidah Ptah. Ptah-Nun, ayah
yang melahirkan Atum; Ptah-Naunet, ibu yang melahirkan Atum; Ptah-Agung,
Nefer-Tem di hidung Ra setiap hari.”
Para
Ennead muncul di hadapannya sebagai hati, ucapan yang berwibawa, gigi, air
mani, bibir, dan tangan Atum. Para Ennead ini muncul melalui air mani dan
jari-jarinya. Sesungguhnya, para Ennead itu adalah gigi dan bibir di dalam
mulut Ptah, yang menyebutkan nama-nama segala sesuatu, yang darinya Shu dan
Tefnut muncul sebagai dirinya, dan yang melahirkan semua Ennead.
Setelah
dewa-dewa Ennead diciptakan, Ptah membayangkan dunia manusia. Ptah memikirkan
kota yang akan menjadi pusat dunia, dia menamainya Men-Nefer. Dia menetapkan
nome-nome di dalamnya, dia menempatkan para dewa di kuil-kuil mereka, dia
menetapkan persembahan mereka, dia mendirikan kuil-kuil mereka. Dia membentuk
tubuh mereka sesuai dengan keinginannya. Demikianlah para dewa memasuki tubuh
mereka, dari setiap jenis kayu, setiap jenis batu, setiap jenis tanah liat,
dalam setiap jenis benda yang tumbuh di atasnya, tempat mereka terbentuk.
Lalu
Ptah menempatkan singgasananya di sana, di atas tanah purba yang muncul pertama
kali dari kegelapan air. Dia menjadi Ptah-Tatenen, “Ptah yang Bangkit dari
Tanah Pertama”. Demikianlah semua dewa dan ka mereka berkumpul
kepadanya, puas dan bersatu dengan Dewa Dua Negeri.
***
Tahta
Agung yang memberikan sukacita bagi hati para dewa di Istana Ptah adalah
lumbung Tatenen, penguasa segala kehidupan, yang melaluinya kemakmuran Dua
Negeri disediakan. Isis dan Nephthys memandang, memperhatikan, dan merawat
tubuh Osiris di rumah Seker karena dia sudah tenggelam di dalam airnya. Seth
sudah menenggelamkannya.
Lalu
Geb memerintahkan para Ennead untuk berkumpul di hadapannya, dia akan menjadi
hakim di antara Horus dan Seth. Geb memanggil Horus dan Seth untuk datang ke
hadapannya, dia membuka mulutnya dan berkata kepada Horus dan Seth,
“Berdamailah. Hidup akan menyenangkan bagimu ketika ada perdamaian di antara
kalian berdua. Dialah yang akan mengeringkan air matamu.”
Geb membuka
mulutnya dan berkata kepada Seth, “Pergilah ke tempat kelahiranmu.”
Seth membuka
mulutnya dan menjawab Geb, “Aku akan pergi ke Mesir Hulu.”
Geb
kemudian membuka mulutnya dan berkata kepada Horus, “Pergilah ke tempat ayahmu
ditenggelamkan.”
Horus
membuka mulutnya dan menjawab Geb, “Aku akan pergi ke Mesir Hilir.”
Lalu
Geb membuka mulutnya dan berkata kepada Horus dan Seth, “Aku sudah memisahkan
kalian berdua.”
Begitulah
Geb mengakhiri perselisihan di antara Horus dan Seth. Dia mengangkat Seth
sebagai raja Mesir Hulu di tanah Mesir Hulu, di tempat kelahirannya di Su, dan
Seth menguasai satu wilayah. Dia mengangkat Horus sebagai raja di Mesir Hilir
di tanah Mesir Hilir, di tempat ayahnya ditenggelamkan, dan Horus menguasai
satu wilayah. Mereka berdamai atas Dua Negeri di Ayan.
Buluh
dari tanah Mesir Hulu dan papirus dari tanah Mesir Hilir ditempatkan di pintu
ganda rumah Ptah, Horus dan Seth berdamai dan bersatu. Mereka berdamai agar
tidak ada lagi pertengkaran di antara keduanya. Inilah “Keseimbangan Dua
Negeri” di mana Mesir Hulu dan Mesir Hilir sudah ditimbang.
***
Kalau Anda menyukai kisah mitologi ini, Anda mungkin ingin membaca membaca kisah mitologi lain dari Masir di sini.
***

Comments
Post a Comment