Atum Menciptakan Para Dewa (Mitologi Mesir)

Mitologi Mesir

Dahulu, sebelum ada langit, bumi, dan manusia, seluruh alam masih berupa kekacauan. Hanya ada Nun, lautan purba tanpa bentuk dan tanpa batas. Lautan tanpa batas Nun yang bergelombang memunculkan tonjolan tanah yang pertama –benben-- lalu Atum Kheprer muncul dari lautan dan bangkit di atas bukit itu, di dalam rumah suci di Heliapolis.

Atum berkata, “Aku sendirian dengan Nun dalam keletihan, dan tidak bisa menemukan tempat untuk berdiri atau duduk, karena Heliopolis belum didirikan agar aku bisa tinggal di dalamnya, dan singgasanaku belum disusun agar aku bisa duduk di atasnya.”

Atum lalu menggenggam falusnya untuk membangkitkan hasrat dalam dirinya lalu menciptakan Shu, dewa udara. Lalu Atum meludah untuk menciptakan Tefnut, dewi kelembapan. Atum melingkarkan kedua lengannya di sekitar mereka, seperti simbol ka, agar jiwa ilahi Atum hadir di dalam diri mereka.

Lalu mereka menempatkan persembahan di antara mereka, lalu mereka menempatkan persembahan di antara para dewa di Rawa Persembahan. Mereka mengucapkan mantra empat kali: “Persembahan, naiklah ke surga; persembahan, turunlah ke bumi; untuk kehidupan abadi.”

Atum berkata, “Tefnut adalah putriku yang hidup, ‘Kebenaran’ adalah namanya, dan dia akan tinggal bersama saudara laki-lakinya Shu, ‘Yang Hidup’ adalah namanya. Aku tinggal dengan kedua anakku yang masih muda, aku berada di tengah-tengah mereka, dan aku berbaring dan tinggal bersama putriku, Ma’at. Keduanya mengikuti tubuhku, satu di dalam aku dan satu di belakangku, aku berdiri di hadapan mereka berdua, lengan mereka merangkulku.”

Nun berkata kepada Atum, “Ciumlah putrimu Ma'at, dekatkan dia di hidungmu, agar hatimu hidup, karena dia tidak akan jauh darimu. Ma'at adalah putrimu dan Shu yang namanya hidup adalah putramu. Makanlah dari putrimu Ma'at, sementara putramu Shu akan membangkitkanmu.”

Tapi Atum berkata, “Aku sendirian dengan Nun dalam keletihan, dan tidak bisa menemukan tempat untuk berdiri atau duduk, karena Heliopolis belum didirikan agar aku bisa tinggal di dalamnya, dan singgasanaku belum disusun agar aku bisa duduk di atasnya, dan Nut belum diciptakan agar dia berada di atasku.”

Shu berkata, “Akulah Shu yang diciptakan oleh Atum, dan pakaianku adalah udara kehidupan. Akulah yang membuat langit menjadi terang setelah gelap, warnaku yang menyenangkan adalah udara yang keluar dari mulut Atum, dan awan badai di langit adalah aliranku, hujan es dan kegelapan adalah keringatku. Panjang langit adalah langkahku, lebar bumi adalah tempat tinggalku. Akulah Kekekalan, yang melahirkan para dewa Ennead, diciptakan dari ludah Atum yang keluar dari tubuhnya ketika dia menggunakan tangannya.”

Lalu Shu dan Tefnut bersama-sama mereka menciptakan Nut, dewi langit, dan Geb, dewa bumi. Nut dan Geb berbaring dan berpelukan erat satu sama lain lalu mereka melahirkan Osiris, Seth, Isis, dan Nephthys. Atum lalu memerintahkan Shu untuk memisahkan Nut dan Geb. Maka Shu memisahkan Nut dan Geb, satu di atas dan satu di bawah, lalu Shu menopang Nut di atas Geb.

Atum berkata, “Aku sendirian dengan Nun dalam keletihan, dan para dewa-dewa Ennead tak berdaya, tapi Geb telah mengangkat hatiku, dia memelihara hatiku, dia mengumpulkan anggota-anggota tubuhku yang sangat lelah.”

***

Kalau Anda menyukai kisah mitologi dari Mesir ini, Anda mungkin ingin membaca membaca kisah mitologi lain dari Babilonia di sini.

***

Comments

Populer