Ishtar Turun Ke Dunia Bawah (Mitologi Babilonia)

Mitologi Babilonia

Ke Kurnugi, ke negeri yang tidak ada jalan kembali, Ishtar putri Sin bertekad untuk pergi. Putri Sin bertekad untuk pergi ke rumah gelap, tempat tinggal Erkalla, ke rumah yang tidak bisa ditinggalkan oleh siapa pun yang sudah masuk, ke jalan yang hanya bisa dilalui satu kali, ke rumah tempat mereka yang masuk tidak mendapatkan cahaya, di mana debu adalah makanan mereka, tanah liat adalah roti mereka. Mereka tidak melihat cahaya, mereka tinggal dalam kegelapan, mereka berpakaian seperti burung, dengan bulu.

Di atas pintu dan bautnya, debu sudah mengendap. lshtar, ketika dia tiba di gerbang Kurnugi, mengarahkan kata-katanya kepada penjaga gerbangnya, “Penjaga gerbang, buka gerbangmu untukku, buka gerbangmu agar aku masuk! Kalau kau tidak membuka gerbang agar aku masuk, aku akan menghancurkan pintunya dan memecahkan bautnya, aku akan menghancurkan tiang pintunya dan menjungkirbalikkan pintunya. Aku akan membangkitkan orang mati dan mereka akan memakan yang hidup, yang mati akan melebihi jumlah yang hidup!”

Sang penjaga gerbang membuat suaranya terdengar dan berbicara, dia berkata kepada Ishtar yang agung, “Berhenti, nona, jangan merusak pintunya! Biarkan aku pergi dan melaporkan kata-katamu kepada ratu Ereshkigal.”

Sang penjaga gerbang masuk dan berbicara kepada Ereshkigal, “Adikmu Ishtar yang memegang keppu yang agung, sudah turun dari Apsu, dari hadapan Ea, ke dunia bawah. Dia mendorong pintu dunia bawah dengan keras. Dia berteriak nyaring di gerbang dunia bawah.”

Ketika Ereshkigal mendengar ini, wajahnya menjadi pucat seperti tamariska yang dipotong, bibirnya menjadi gelap seperti tepian bejana kuninu. “Apa yang membawanya kepadaku? Apa yang menghasutnya untuk melawanku? Tentunya bukan karena aku minum air dengan Anunnaki, aku makan tanah liat sebagai rotiku, aku minum air berlumpur sebagai birku? Aku harus menangis untuk para pemuda yang dipaksa meninggalkan kekasihnya. Aku harus menangis untuk para gadis yang direnggut dari pangkuan kekasih mereka. Aku harus menangis untuk anak bayi yang disapih sebelum waktunya. Pergilah, penjaga gerbang, bukalah gerbangmu untuknya. Perlakukanlah dia sesuai dengan ritual kuno.”

Sang penjaga gerbang lalu kembali ke pintu gerbang. Dia membukakan gerbang untuk Ishtar. “Masuklah, nona, semoga Kutha memberimu kegembiraan, semoga istana Kurnugi senang melihatmu.”

Dia membiarkan Ishtar masuk melalui pintu pertama, tapi menanggalkan dan mengambil mahkota besar di kepalanya.

“Penjaga gerbang, mengapa kau mengambil mahkota besar di kepalaku?”

“Masuklah, nona. Begitulah ritual di dunia bawah.“

Dia membiarkan Ishtar masuk melalui pintu kedua, tapi menanggalkan dan mengambil anting-anting di telinganya.

“Penjaga gerbang, mengapa kau mengambil anting-anting di telingaku?”

“Masuklah, nona. Begitulah ritual di dunia bawah.“

Dia membiarkan Ishtar masuk melalui pintu ketiga, tapi menanggalkan dan mengambil manik-manik di lehernya.

“Penjaga gerbang, mengapa kau mengambil manik-manik di leherku?”

“Masuklah, nona. Begitulah ritual di dunia bawah.”

Dia membiarkan Ishtar masuk melalui pintu keempat, tapi menanggalkan dan mengambil peniti di dadanya.  

“Penjaga gerbang, mengapa kau mengambil peniti di dadaku?”

“Masuklah, nona. Begitulah ritual di dunia bawah.”

Dia membiarkan Ishtar masuk melalui pintu kelima, tapi menanggalkan dan mengambil ikat pinggang batu kelahiran di pinggangnya.

“Penjaga gerbang, mengapa kau mengambil ikat pinggang batu kelahiran di pinggangku?”

“Masuklah, nona. Begitulah ritual di dunia bawah.”

Dia membiarkan Ishtar masuk melalui pintu keenam, tapi menanggalkan dan mengambil gelang di pergelangan tangan dan pergelangan kakinya.

“Penjaga gerbang, mengapa kau mengambil gelang di pergelangan tangan dan pergelangan kakiku?”

“Masuklah, nona. Begitulah ritual di dunia bawah.”

Dia membiarkan Ishtar masuk melalui pintu ketujuh, tapi menanggalkan dan mengambil pakaian di tubuhnya yang membanggakan.

“Penjaga gerbang, mengapa kau mengambil pakaian di tubuhku yang membanggakan?”

“Masuklah, nona. Begitulah ritual di dunia bawah.”

Begitu Ishtar turun ke Kurnugi, Ereshkigal menatapnya dan gemetar di hadapannya. Ishtar tidak menganggapnya, tapi membungkuk di atasnya. Ereshkigal membuat suaranya terdengar dan berbicara, mengarahkan kata-katanya kepada Namtar pelayannya, “Pergilah, Namtar dari tempatmu, kirimkan enam puluh penyakit untuk melawan Ishtar: penyakit mata pada matanya, penyakit lengan pada lengannya, penyakit kaki pada kakinya, penyakit jantung pada jantungnya, penyakit kepala pada kepalanya, ke setiap bagian tubuhnya kirimkanlah penyakitmu.“

Setelah Ishtar, sang dewi, pergi ke Kurnugi, tidak ada banteng yang menghamili sapi, tidak ada keledai yang menghamili keledai betina, tidak ada pemuda yang menghamili seorang gadis. Pemuda-pemuda tidur di kamar pribadinya, gadis-gadis tidur bersama teman-temannya. Kemudian Papsukkal, menteri para dewa besar, menundukkan kepalanya, wajahnya menjadi muram, dia mengenakan pakaian berkabung, rambutnya tidak terawat. Putus asa, dia pergi dan menangis di hadapan Sin ayahnya, air matanya mengalir deras di hadapan Ea. “Ishtar sudah turun ke dunia bawah dan tidak muncul lagi. Setelah Ishtar turun ke Kurnugi tidak ada banteng yang menghamili sapi, tidak ada keledai yang menghamili keledai betina, tidak ada pemuda yang menghamili seorang gadis. Pemuda-pemuda tidur di kamar pribadinya, gadis-gadis tidur bersama teman-temannya.”

Ea, dengan kebijaksanaan di dalam hatinya, menciptakan seseorang. Ea menciptakan Asushunamir yang sangat tampan. “Kemarilah, Asushunamir, arahkan wajahmu ke gerbang Kurnugi. Tujuh gerbang Kurnugi akan terbuka di hadapanmu. Ereshkigal akan memandangmu dan senang melihatmu. Saat dia tenag, suasana hatinya akan cerah. Suruh dia bersumpah demi para dewa agung. Angkat kepalamu, perhatikan kantung air, sambil berkata, ‘Nyonya, biarkan mereka memberiku kantung air itu, agar aku bisa minum air darinya."“

Maka begitulah yang terjadi. Tapi ketika Ereshkigal mendengar ini, dia memukul pahanya dan menggigit jarinya. “Kau sudah mengajukan permintaan yang seharusnya tidak pernah diajukan! Kemarilah, Asushunamir, aku akan mengutukmu dengan kutukan yang hebat. Aku akan menetapkan untukmu takdir yang tidak akan pernah terlupakan. Roti yang dikumpulkan bajak kota akan menjadi makananmu, saluran air kota akan menjadi satu-satunya tempat minummu, bayangan tembok kota akan menjdai satu-satunya tempatmu bernaungmu, tangga ambang pintu akan menjadi satu-satunya tempat dudukmu, para pemabuk dan orang yang kehausan akan menampar pipimu. “

Ereshkigal membuat suaranya terdengar dan berbicara, dia mengarahkan kata-katanya kepada Namtar pelayannya, “Pergilah, Namtar, ketuklah pintu Egalgina, hiaslah anak tangga ambang pintunya dengan kerang, bawalah Anunnaki keluar dan dudukkan mereka di singgasana emas, percikilah Ishtar dengan air kehidupan dan bawalah dia ke hadapanku.“

Lalu Namtar pergi, mengetuk pintu Egalgina, menghias anak tangga ambang pintunya dengan kerang, membawa Anunnaki keluar dan mendudukkan mereka di singgasana emas, memerciki Ishtar dengan air kehidupan dan membawanya kepada Ereshkigal. Dia membiarkannya keluar melalui pintu pertama, dan mengembalikan padanya pakaian di tubuhnya yang membanggakan. Dia membiarkannya keluar melalui pintu kedua, dan mengembalikan gelang di pergelangan tangan dan kakinya. Dia membiarkannya keluar melalui pintu ketiga, dan mengembalikan ikat pinggang batu kelahiran di pinggangnya. Dia membiarkannya keluar melalui pintu keempat, dan mengembalikan peniti di dadanya. Dia membiarkannya keluar melalui pintu kelima, dan mengembalikan manik-manik di lehernya. Dia membiarkannya keluar melalui pintu keenam, dan mengembalikan anting-anting di telinganya. Dia membiarkannya keluar melalui pintu ketujuh, dan mengembalikan mahkota besar di kepalanya .

“Kalau dia tidak membayar tebusannya kepadamu, bawalah Tammuz, kekasih masa mudanya, ke sini. Mandikanlah Tammuz, kekasih masa mudanya, basuh dia dengan air murni, urapi dia dengan minyak manis, kenakan dia jubah merah, biarkan dia memainkan seruling lapis lazuli. Biarlah para pelacur meratap dengan lantang.”

Lalu Belili merapikan perhiasannya, pangkuannya dipenuhi batu permata. Belili mendengar kutukan untuk saudaranya, dia menyingkirkan perhiasan dari tubuhnya, batu permata yang mengisi bagian depan sapi liar. “Janganlah kau merampas saudaraku satu-satunya selamanya! Pada hari ketika Tammuz kembali, dan seruling lapis lazuli dan cincin akik ikut naik bersamanya, pelayat laki-laki dan perempuan ikut naik bersamanya, orang mati akan naik dan mencium bau persembahan asap.”

***

Kalau Anda menyukai kisah mitologi ini, Anda mungkin ingin membaca kisah mitologi Babilonia lainnya di sini; atau membandingkannya dengan versi Sumeria di sini.

***

Comments

Populer