Ishtar Turun Ke Dunia Bawah (Mitologi Babilonia)
Di
atas pintu dan bautnya, debu sudah mengendap. lshtar, ketika dia tiba di
gerbang Kurnugi, mengarahkan kata-katanya kepada penjaga gerbangnya, “Penjaga
gerbang, buka gerbangmu untukku, buka gerbangmu agar aku masuk! Kalau kau tidak
membuka gerbang agar aku masuk, aku akan menghancurkan pintunya dan memecahkan
bautnya, aku akan menghancurkan tiang pintunya dan menjungkirbalikkan pintunya.
Aku akan membangkitkan orang mati dan mereka akan memakan yang hidup, yang mati
akan melebihi jumlah yang hidup!”
Sang
penjaga gerbang membuat suaranya terdengar dan berbicara, dia berkata kepada
Ishtar yang agung, “Berhenti, nona, jangan merusak pintunya! Biarkan aku pergi
dan melaporkan kata-katamu kepada ratu Ereshkigal.”
Sang penjaga gerbang masuk dan berbicara kepada Ereshkigal, “Adikmu Ishtar yang memegang keppu yang agung, sudah turun dari Apsu, dari hadapan Ea, ke dunia bawah. Dia mendorong pintu dunia bawah dengan keras. Dia berteriak nyaring di gerbang dunia bawah.”
Ketika
Ereshkigal mendengar ini, wajahnya menjadi pucat seperti tamariska yang
dipotong, bibirnya menjadi gelap seperti tepian bejana kuninu. “Apa yang
membawanya kepadaku? Apa yang menghasutnya untuk melawanku? Tentunya bukan
karena aku minum air dengan Anunnaki, aku makan tanah liat sebagai rotiku, aku
minum air berlumpur sebagai birku? Aku harus menangis untuk para pemuda yang
dipaksa meninggalkan kekasihnya. Aku harus menangis untuk para gadis yang
direnggut dari pangkuan kekasih mereka. Aku harus menangis untuk anak bayi yang
disapih sebelum waktunya. Pergilah, penjaga gerbang, bukalah gerbangmu
untuknya. Perlakukanlah dia sesuai dengan ritual kuno.”
Sang
penjaga gerbang lalu kembali ke pintu gerbang. Dia membukakan gerbang untuk Ishtar.
“Masuklah, nona, semoga Kutha memberimu kegembiraan, semoga istana Kurnugi
senang melihatmu.”
Dia
membiarkan Ishtar masuk melalui pintu pertama, tapi menanggalkan dan mengambil
mahkota besar di kepalanya.
“Penjaga
gerbang, mengapa kau mengambil mahkota besar di kepalaku?”
“Masuklah,
nona. Begitulah ritual di dunia bawah.“
Dia
membiarkan Ishtar masuk melalui pintu kedua, tapi menanggalkan dan mengambil
anting-anting di telinganya.
“Penjaga
gerbang, mengapa kau mengambil anting-anting di telingaku?”
“Masuklah,
nona. Begitulah ritual di dunia bawah.“
Dia
membiarkan Ishtar masuk melalui pintu ketiga, tapi menanggalkan dan mengambil
manik-manik di lehernya.
“Penjaga
gerbang, mengapa kau mengambil manik-manik di leherku?”
“Masuklah,
nona. Begitulah ritual di dunia bawah.”
Dia
membiarkan Ishtar masuk melalui pintu keempat, tapi menanggalkan dan mengambil
peniti di dadanya.
“Penjaga
gerbang, mengapa kau mengambil peniti di dadaku?”
“Masuklah,
nona. Begitulah ritual di dunia bawah.”
Dia
membiarkan Ishtar masuk melalui pintu kelima, tapi menanggalkan dan mengambil
ikat pinggang batu kelahiran di pinggangnya.
“Penjaga
gerbang, mengapa kau mengambil ikat pinggang batu kelahiran di pinggangku?”
“Masuklah,
nona. Begitulah ritual di dunia bawah.”
Dia
membiarkan Ishtar masuk melalui pintu keenam, tapi menanggalkan dan mengambil
gelang di pergelangan tangan dan pergelangan kakinya.
“Penjaga
gerbang, mengapa kau mengambil gelang di pergelangan tangan dan pergelangan
kakiku?”
“Masuklah,
nona. Begitulah ritual di dunia bawah.”
Dia
membiarkan Ishtar masuk melalui pintu ketujuh, tapi menanggalkan dan mengambil
pakaian di tubuhnya yang membanggakan.
“Penjaga
gerbang, mengapa kau mengambil pakaian di tubuhku yang membanggakan?”
“Masuklah,
nona. Begitulah ritual di dunia bawah.”
Begitu
Ishtar turun ke Kurnugi, Ereshkigal menatapnya dan gemetar di hadapannya.
Ishtar tidak menganggapnya, tapi membungkuk di atasnya. Ereshkigal membuat
suaranya terdengar dan berbicara, mengarahkan kata-katanya kepada Namtar pelayannya,
“Pergilah, Namtar dari tempatmu, kirimkan enam puluh penyakit untuk melawan
Ishtar: penyakit mata pada matanya, penyakit lengan pada lengannya, penyakit
kaki pada kakinya, penyakit jantung pada jantungnya, penyakit kepala pada
kepalanya, ke setiap bagian tubuhnya kirimkanlah penyakitmu.“
Setelah
Ishtar, sang dewi, pergi ke Kurnugi, tidak ada banteng yang menghamili sapi, tidak
ada keledai yang menghamili keledai betina, tidak ada pemuda yang menghamili
seorang gadis. Pemuda-pemuda tidur di kamar pribadinya, gadis-gadis tidur
bersama teman-temannya. Kemudian Papsukkal, menteri para dewa besar,
menundukkan kepalanya, wajahnya menjadi muram, dia mengenakan pakaian
berkabung, rambutnya tidak terawat. Putus asa, dia pergi dan menangis di
hadapan Sin ayahnya, air matanya mengalir deras di hadapan Ea. “Ishtar sudah
turun ke dunia bawah dan tidak muncul lagi. Setelah Ishtar turun ke Kurnugi tidak
ada banteng yang menghamili sapi, tidak ada keledai yang menghamili keledai
betina, tidak ada pemuda yang menghamili seorang gadis. Pemuda-pemuda tidur di
kamar pribadinya, gadis-gadis tidur bersama teman-temannya.”
Ea,
dengan kebijaksanaan di dalam hatinya, menciptakan seseorang. Ea menciptakan Asushunamir
yang sangat tampan. “Kemarilah, Asushunamir, arahkan wajahmu ke gerbang
Kurnugi. Tujuh gerbang Kurnugi akan terbuka di hadapanmu. Ereshkigal akan
memandangmu dan senang melihatmu. Saat dia tenag, suasana hatinya akan cerah.
Suruh dia bersumpah demi para dewa agung. Angkat kepalamu, perhatikan kantung
air, sambil berkata, ‘Nyonya, biarkan mereka memberiku kantung air itu, agar
aku bisa minum air darinya."“
Maka
begitulah yang terjadi. Tapi ketika Ereshkigal mendengar ini, dia memukul
pahanya dan menggigit jarinya. “Kau sudah mengajukan permintaan yang seharusnya
tidak pernah diajukan! Kemarilah, Asushunamir, aku akan mengutukmu dengan
kutukan yang hebat. Aku akan menetapkan untukmu takdir yang tidak akan pernah
terlupakan. Roti yang dikumpulkan bajak kota akan menjadi makananmu, saluran
air kota akan menjadi satu-satunya tempat minummu, bayangan tembok kota akan menjdai
satu-satunya tempatmu bernaungmu, tangga ambang pintu akan menjadi satu-satunya
tempat dudukmu, para pemabuk dan orang yang kehausan akan menampar pipimu. “
Ereshkigal
membuat suaranya terdengar dan berbicara, dia mengarahkan kata-katanya kepada
Namtar pelayannya, “Pergilah, Namtar, ketuklah pintu Egalgina, hiaslah anak
tangga ambang pintunya dengan kerang, bawalah Anunnaki keluar dan dudukkan mereka
di singgasana emas, percikilah Ishtar dengan air kehidupan dan bawalah dia ke
hadapanku.“
Lalu
Namtar pergi, mengetuk pintu Egalgina, menghias anak tangga ambang pintunya dengan
kerang, membawa Anunnaki keluar dan mendudukkan mereka di singgasana emas, memerciki
Ishtar dengan air kehidupan dan membawanya kepada Ereshkigal. Dia membiarkannya
keluar melalui pintu pertama, dan mengembalikan padanya pakaian di tubuhnya
yang membanggakan. Dia membiarkannya keluar melalui pintu kedua, dan
mengembalikan gelang di pergelangan tangan dan kakinya. Dia membiarkannya
keluar melalui pintu ketiga, dan mengembalikan ikat pinggang batu kelahiran di
pinggangnya. Dia membiarkannya keluar melalui pintu keempat, dan mengembalikan
peniti di dadanya. Dia membiarkannya keluar melalui pintu kelima, dan
mengembalikan manik-manik di lehernya. Dia membiarkannya keluar melalui pintu
keenam, dan mengembalikan anting-anting di telinganya. Dia membiarkannya keluar
melalui pintu ketujuh, dan mengembalikan mahkota besar di kepalanya .
“Kalau
dia tidak membayar tebusannya kepadamu, bawalah Tammuz, kekasih masa mudanya, ke
sini. Mandikanlah Tammuz, kekasih masa mudanya, basuh dia dengan air murni,
urapi dia dengan minyak manis, kenakan dia jubah merah, biarkan dia memainkan
seruling lapis lazuli. Biarlah para pelacur meratap dengan lantang.”
Lalu
Belili merapikan perhiasannya, pangkuannya dipenuhi batu permata. Belili
mendengar kutukan untuk saudaranya, dia menyingkirkan perhiasan dari tubuhnya,
batu permata yang mengisi bagian depan sapi liar. “Janganlah kau merampas
saudaraku satu-satunya selamanya! Pada hari ketika Tammuz kembali, dan seruling
lapis lazuli dan cincin akik ikut naik bersamanya, pelayat laki-laki dan
perempuan ikut naik bersamanya, orang mati akan naik dan mencium bau
persembahan asap.”
***
Kalau Anda menyukai kisah mitologi ini, Anda mungkin ingin membaca kisah mitologi Babilonia lainnya di sini; atau membandingkannya dengan versi Sumeria di sini.
***

Comments
Post a Comment