Enki Dan Ninmah (Mitologi Sumeria)
Pada saat
itu, seorang yang memiliki kebijaksanaan yang luar biasa, pencipta semua dewa
agung, Enki berbaring di tempat tidurnya, tertidur di engur yang dalam,
di air bawah tanah, tempat yang bagian dalamnya tidak diketahui oleh dewa lain.
Para dewa berkata sambil menangis, "Dialah penyebab ratapan ini!"
Namma, ibu purba yang melahirkan para dewa agung, membawa air mata para dewa
kepada sang dewa yang berbaring tidur, kepada anaknya, "Apakah kau
benar-benar tidur di sana, Anakku? Atau kau hanya berpura-pura? Para dewa,
ciptaanmu, sedang menghancurkan tanah liat. Bangunlah dari tempat tidurmu dan
lakukanlah keahlianmu yang berasal dari kebijaksanaanmu dan ciptakan pengganti
bagi para dewa sehingga mereka bisa terbebas dari beban pekerjaan mereka!"
Atas
perkataan ibunya Namma, Enki bangkit dari tempat tidurnya. Di Hal-an-kug,
kamarnya untuk merenung, dia menepuk pahanya dengan kesal. Geshtu yang bijak
dan cerdas, yang bijaksana, yang memiliki keterampilan, perancang segala
sesuatu menghidupkan dewi kelahiran. Enki, mengulurkan lengannya ke atasnya dan
mengalihkan perhatiannya kepadanya. Dan setelah Enki, sang pencipta, sudah
merenungkan masalah tersebut, dia berkata kepada ibunya Namma, "Ibu,
makhluk yang kau katakan itu akan benar-benar tercipta. Tugaskan dia untuk
melakukan pekerjaan para dewa. Kau harus meremas tanah liat dari puncak abzu,
dewi kelahiran akan menggigit tanah liat dan kau akan membuat bentuknya.
Biarkan Ninmah bertindak sebagai pembantumu, dan biarkan Ninimma, Shuzianna,
Ninmada, Ninbarag, Ninmug dan Ninguna berdiri di sampingmu saat kau melahirkan.
Ibu, setelah kau menetapkan takdirnya, biarkan Ninmah menyuruhnya untuk
melakukan pekerjaan para dewa."
Enki
membawa kegembiraan ke dalam hati mereka. Dia menyiapkan pesta untuk ibunya,
Namma, dan untuk Ninmah. Semua dewi kelahiran yang agung memakan alang-alang
dan roti yang lembut. An, Enlil, dan Nudimmud menggoda anak-anak suci. Semua
dewa agung memujinya, "O penguasa yang memiliki pemahaman luas, siapa yang
sebijaksana dirimu? Enki, penguasa yang agung, siapa yang bisa menyamai
tindakanmu? Seperti seorang ayah jasmani, kau yang memiliki mes untuk
menentukan takdir, sesungguhnya kau adalah mes."
Enki dan Ninmah minum bir, hati mereka menjadi gembira, lalu Ninmah berkata kepada Enki, "Tubuh manusia bisa baik atau buruk dan apakah aku akan membuat takdir baik atau buruk untuk mereka itu tergantung pada kemauanku."
Enki menjawab Ninmah, "Aku akan mengimbangi takdir apa pun -- baik atau buruk -- yang kau putuskan."
Ninmah mengambil tanah liat dari puncak abzu
di tangannya dan dia membentuk dari tanah liat itu pertama-tama seorang
laki-laki yang tidak bisa menekuk tangannya yang lemah dan terentang. Enki
melihat ke arah laki-laki yang tidak bisa menekuk tangannya yang lemah dan
terentang itu, dan menetapkan takdirnya: dia mengangkatnya menjadi pelayan
raja.
Kedua, Ninmah
menciptakan seseorang yang memantulkan cahaya dari kulitnya, seorang laki-laki
dengan mata yang terus-menerus menghindar dari silaunya. Enki memandang orang
yang memantulkan cahaya dari kulitnya, seorang laki-laki dengan mata yang
terus-menerus menghindar dari silaunya itu, dan menetapkan takdirnya untuk
menguasai seni musik, memilihnya untuk berdiri di hadapan tuan yang agung dan
kaya raya.
Ketiga, Ninmah
membuat seseorang yang memiliki kaki yang tidak bisa digunakan karena patah dan
lumpuh. Kakinya tidak bisa diobati, dan dia tidak bisa tampil di istana. Enki
melihat orang itu, yang memiliki kaki yang tidak bisa digunakan karena patah
dan lumpuh, dan menetapkan nasibnya: dia mengangkatnya menjadi penasihat raja.
Keempat, Ninmah
menciptakan seseorang yang tidak bisa menahan kencingnya. Enki melihat orang
yang tidak bisa menahan kencingnya itu dan memandikannya dengan air ajaib dan
mengusir iblis namtar dari tubuhnya.
Kelima, Ninmah
menciptakan seorang perempuan yang tidak bisa melahirkan. Enki melihat
perempuan yang tidak bisa melahirkan itu, dan menetapkan takdirnya: dia
memutuskan bahwa perempuan itu paling cocok untuk bekerja di rumah pelacuran.
Keenam,
orang terakhir yang Ninmah ciptakan adalah satu makhluk tanpa penis maupun
vagina di tubuhnya. Enki memandang makhluk tanpa penis maupun vagina di
tubuhnya itu dan memberinya nama 'Nibru', dan menetapkan takdirnya sebagai
seorang kasim dan untuk berdiri di hadapan raja.
Ninmah
yang frustrasi melemparkan tanah liat ke tanah. Enki sudah menunjukkan
kebijaksanaan dan kepintarannya kepada istrinya. Dia mampu menentukan takdir
untuk setiap individu yang cacat. Dia mampu memperbaiki atau mengatasi cacat
apa pun dalam ciptaannya. Tuan besar Enki berkata kepada Ninmah, "Aku
sudah menetapkan takdir makhluk ciptaan-ciptaanmu dan memberi mereka makanan
sehari-hari. Sekarang aku akan menciptakan seseorang untukmu, dan kau harus
menetapkan takdir bagi mereka yang baru lahir!"
Enki
mengambil tanah liat dari bawah tempat mereka minum dan merancang sebuah bentuk
dengan kepala, dan mulut di tengahnya, dan berkata kepada Ninmah, "Tuang
air mani ke dalam rahim seorang perempuan, dan perempuan itu akan melahirkan
dari rahimnya." Ninmah berdiri di samping makhluk yang baru lahir itu dan
perempuan itu melahirkan seorang yang bernama Umul. Bayi yang baru dilahirkan
itu memiliki penyakit di sekujur tubuhnya, kepalanya sakit, matanya sakit,
lehernya sakit. Dia hampir tidak bisa bernapas, tulang rusuknya rapuh,
paru-parunya sakit, jantungnya sakit, ususnya sakit. Dengan tangannya dan
kepalanya yang terkulai, dia tidak bisa memasukkan roti ke dalam mulutnya,
tulang belakang dan kepalanya lemah. Pinggulnya yang patah dan kakinya yang
goyah tidak bisa membawanya ke ladang.
Enki
berkata kepada Ninmah, "Untuk makhluk ciptaan-ciptaanmu aku sudah
menetapkan takdir, aku sudah memberi mereka makanan sehari-hari. Sekarang, kau
harus menetapkan takdir untuk makhluk ciptaanku, berikan dia makanan
sehari-harinya juga." Ninmah menatap Umul dan menoleh kepadanya. Dia
mendekati Umul dan bertanya kepadanya tapi dia tidak bisa bicara. Ninmah
memberinya roti untuk dimakan tapi dia tidak bisa meraihnya. Dia tidak bisa
berdiri, dia tidak bisa duduk, dia bahkan tidak bisa berbaring. Ninmah menjawab
Enki, "Manusia yang sudah kau ciptakan dan kau berikan padaku untuk
ditetapkan takdirnya tidak hidup maupun mati. Dia tidak bisa menopang dirinya
sendiri.”
Enki
menjawab Ninmah, "Aku sudah menetapkan takdir bagi laki-laki pertama yang
tangannya lemah, aku memberinya roti. Aku sudah menetapkan takdir bagi orang
yang memantulkan cahaya dari kulitnya, aku memberinya roti. Aku sudah
menetapkan takdir bagi orang yang kakinya patah dan lumpuh, aku memberinya
roti. Aku sudah menetapkan takdir bagi orang yang tidak bisa menahan
kencingnya, aku memberinya roti. Aku sudah menetapkan takdir bagi perempuan
yang tidak bisa melahirkan, aku memberinya roti. Aku sudah menetapkan takdir
bagi makhluk yang tidak memiliki penis maupun vagina di tubuhnya, aku
memberinya roti. Saudariku, tentu saja kau bisa menetapkan takdir untuk yang
satu ini.”
Ninmah
menjawab Enki, “Tidak, aku tidak bisa melihat takdir bagi Umul.” Melihat
makhluk di pangkuannya yang tidak hidup atau mati, Ninhursag menjadi marah dan
mulai mengumpat suaminya. "Lihatlah, kau tidak tinggal di surga, kau tidak
tinggal di bumi, kau tidak keluar untuk melihat seluruh negeri. Di tempat yang
tidak kau tinggali kecuali di tempat rumahku dibangun, perkataanmu tidak bisa
didengar. Di tempat yang tidak kau tinggali kecuali di tempat kotaku dibangun,
aku sendirian terdiam. Kotaku hancur, rumahku hancur, anakku sudah ditawan. Aku
seorang pelarian yang harus meninggalkan Ekur, bahkan aku tidak bisa melarikan
diri dari tanganmu."
Enki
menjawab Ninmah, " Aku tidak bisa menyangkal apa pun yang sudah kau
katakan tentangku.” Enki menerima penghinaan itu sebagai haknya, tapi dia
sedikit bersimpati pada istrinya yang sudah dia kalahkan dalam permainan itu.
“Singkirkan Umul dari pangkuanmu. Aku akan menyingkirkan semua kekurangannya
dan dia akan membantu membangun rumahku. Biarkan semua orang tahu bahwa kau
adalah perempuan yang bijak, biarkan Enkum dan Ninkum memberi
tahu semua orang tentang hal ini.”
Ninmah
tidak bisa menyaingi penguasa agung Enki. Terpujilah Enki!
***
Kalau Anda menyukai kisah mitologi ini, Anda mungkin ingin membaca kisah mitologi Sumeria lainnya di sini.
***

Comments
Post a Comment