Enki Dan Ninhursag (Mitologi Sumeria)
Di
Dilmun, burung gagak belum menggaok, ayam hutan belum berkokok. Singa belum
membunuh, serigala belum membawa domba, anjing belum diajari membuat
anak-anaknya meringkuk, babi belum belajar bahwa biji-bijian bisa dimakan.
Ketika seorang janda menabur gandum di atap, burung-burung belum memakan gandum
itu. Burung dara belum menyelipkan kepalanya di bawah sayapnya. Di tempat itu
tidak ada nyanyian elulam, tidak ada ratapan, tidak ada laki-laki atau
perempuan tua, tidak ada gandum atau malt atau kegiatan apa pun.
Ninhursag tidak merasa puas. Kota Dilmun belum subur, belum memiliki air tawar sehingga dia mengeluh kepada Enki, “Kau sudah memberikan sebuah kota, tapi kota ini tidak memiliki dermaga sungai, ladang, tanah pertanian atau parit. Apa gunanya bagi kita?”
Enki
menjawab Ninhursag, “Ketika Utu, dewa matahari, naik ke surga, pada saat itu
air tawar akan mengalir dari tempat perayaan kuil Nanna yang tinggi dan
cemerlang, air itu akan mengalir di bawah tanah dari Sumeria. Dan dari muara
yang mengalir di bawah tanah, air itu akan mengalir ke kota, kotamu akan dialiri
air tawar. Air akan naik ke cekungan-cekungan besar, dan kotamu akan minum
banyak darinya. Kolam-kolam air asin menjadi kolam-kolam air tawar. Kotamu akan
menjadi pusat perdagangan karena dermaga besarnya, Dilmun akan menjadi tempat
yang makmur bagi negeri ini dan bagi Sumeria.”
"Negeri Tukric akan menyerahkan
kepadamu emas dari Harali, lapis lazuli dan lainnya. Negeri Meluhha akan memuat
carnelian berharga, kayu mec dari Magan dan kayu abba terbaik ke
dalam kapal-kapal besar untukmu. Negeri Marhasi akan memberimu batu-batu
berharga, topas. Negeri Magan akan memberimu tembaga yang kuat, dolerit, batu u
dan batu jintan. Negeri Laut akan memberimu kayu hitamnya sendiri dari
seorang raja. Negeri 'Tenda' akan memberimu wol warna-warni yang indah. Negeri
Elam menyerahkan kepadamu wol pilihan, upetinya. Istana Urim, mimbar takhta
kerajaan, akan memuat ke dalam kapal-kapal besar untukmu wijen, pakaian yang indah,
dan kain yang bagus. Laut yang luas akan memberimu kekayaannya."
Pada hari itu, di bawah matahari, ketika Utu naik ke
surga, air tawar mengalir dari tempat perayaan kuil Nanna yang tinggi dan
cemerlang, dari muara yang mengalir di bawah tanah, air segar mengalir keluar
dari tanah untuknya. Air naik ke cekungan-cekungan yang
besar. Kota itu minum banyak air dari sana. Dilmun minum banyak air dari sana.
Kolam-kolam air asinnya benar-benar menjadi kolam-kolam air tawar.
Ladang-ladangnya, tanah pertaniannya, dan parit-paritnya benar-benar
menghasilkan gandum untuknya. Kota itu benar-benar menjadi pusat perdagangan
karena dermaga besarnya. Dilmun benar-benar menjadi tempat yang makmur bagi
negeri itu dan bagi Sumeria. Pada saat itu, pada hari itu, di bawah matahari,
demikianlah yang sungguh terjadi.
Di
rawa-rawa, sang bijaksana, mengalihkan perhatiannya kepada Nintur, sang permaisuri.
Enki, sang bijaksana, kepada Nintur, sang permaisuri, memasukkan lingganya ke
dalam tanggul, menancapkan lingganya ke hamparan alang-alang. Sang dewi agung
menarik lingganya ke samping dan berteriak, "Jangan ada seorang pun yang
membawaku ke rawa."
Enki
berseru, "Demi nafas kehidupan surga, aku memohon kepadamu. Berbaringlah
untukku di rawa, berbaringlah untukku di rawa, itu akan menyenangkan."
Enki memberikan air maninya untuk Damgalnuna. Dia menuangkan air mani ke dalam
rahim Ninhursag dan dia mengandung air mani di dalam rahimnya, air mani Enki.
Tapi satu bulannya adalah satu hari, tapi dua bulannya
adalah dua hari, tapi tiga bulannya adalah tiga hari, tapi empat bulannya
adalah empat hari, tapi lima bulannya adalah lima hari, tapi enam bulannya
adalah enam hari, tapi tujuh bulannya adalah tujuh hari, tapi delapan bulannya
adalah delapan hari, tapi sembilan bulannya adalah sembilan hari. Ketika tiba
saatnya, seperti minyak murni, seperti minyak yang melimpah, Nintur, sang permaisuri,
melahirkan Ninnisig.
Satu kali Ninnisig pergi ke tepi sungai. Enki bisa
melihat ke sana dari rawa. Dia berkata kepada menterinya Isimud, "Apakah gadis
yang cantik itu tidak boleh dicium? Apakah Ninnisig yang cantik itu tidak boleh
dicium?"
Menterinya
Isimud menjawabnya, "Apakah gadis yang cantik itu tidak boleh dicium?
Apakah Ninnisig yang cantik itu tidak boleh dicium? Tuanku akan berlayar,
biarkan aku yang mengemudi."
Pertama-tama dia meletakkan kakinya di perahu,
kemudian dia turun ke darat. Dia mendekap gadis itu di dada, menciumnya, Enki
menuangkan air mani ke dalam rahimnya dan dia mengandung air mani di dalam
rahimnya, air mani Enki. Tapi satu bulannya adalah satu hari, tapi dua bulannya
adalah dua hari, tapi sembilan bulannya adalah sembilan hari. Ketika tiba
saatnya, seperti minyak murni, seperti minyak yang melimpah, Ninnisig,
melahirkan Ninkura.
Pada gilirannya Ninkura pergi ke tepi sungai. Enki
bisa melihat ke sana dari rawa. Dia
berkata kepada menterinya Isimud, "Apakah gadis yang cantik itu tidak
boleh dicium? Apakah Ninkura yang cantik itu tidak boleh dicium?"
Menterinya
Isimud menjawabnya, "Ciumlah gadis yang cantik itu. Ciumlah Ninkura yang cantik
itu. Tuanku akan berlayar, biarkan aku yang mengemudi."
Pertama-tama dia meletakkan kakinya di perahu,
kemudian dia turun ke darat. Dia mendekap gadis itu di dada, menciumnya, Enki
menuangkan air mani ke dalam rahimnya dan dia mengandung air mani di dalam
rahimnya, air mani Enki. Tapi satu bulannya adalah satu hari, tapi sembilan
bulannya adalah sembilan hari. Ketika tiba saatnya, seperti minyak murni,
seperti minyak yang melimpah, Ninkura, melahirkan Ninimma.
Dia membesarkan anak itu dan membuatnya tumbuh besar.
Ninimma kemudian pergi ke tepi sungai. Enki sedang menarik perahunya dan bisa
melihat ke atas sana. Dia menatap Ninimma di tepi sungai dan berkata kepada
menterinya Isimud, "Apakah aku pernah mencium seseorang seperti gadis yang
cantik itu? Apakah aku pernah bercinta dengan seseorang seperti Ninimma yang cantik
itu?"
Menterinya
Isimud menjawabnya, "Tuanku akan berlayar, biarkan aku yang mengemudi."
Pertama-tama dia meletakkan kakinya di perahu,
kemudian dia turun ke darat. Dia mendekap gadis itu di dada, berbaring di
selangkangannya, bercinta dengan gadis itu dan menciumnya. Enki menuangkan air
mani ke dalam rahim Ninimma dan dia mengandung air mani di dalam rahimnya, air
mani Enki.
Bagi perempuan itu, satu bulannya adalah satu hari,
tapi dua bulannya adalah dua hari, tapi tiga bulannya adalah tiga hari, tapi
empat bulannya adalah empat hari, tapi lima bulannya adalah lima hari, tapi
enam bulannya adalah enam hari, tapi tujuh bulannya adalah tujuh hari, tapi
delapan bulannya adalah delapan hari, tapi sembilan bulannya adalah sembilan
hari. Ketika tiba saatnya, seperti minyak murni, seperti minyak yang melimpah,
Ninimma, melahirkan Uttu, perempuan yang dimuliakan.
Ketika suatu hari Uttu berdiri di tepi sungai,
Ninhursag datang kepadanya dan berkata kepada Uttu, "Dengarkan, aku punya
beberapa nasihat untukmu, semoga kau memperhatikan nasihatku. Biarkan aku
berbicara kepadamu dan semoga kau memperhatikan kata-kataku. Dari rawa,
seseorang bisa melihat ke atas sini, Enki bisa melihat ke atas sini, dia akan memperhatikanmu.
Jangan biarkan dia menikahimu tanpa hadiah yang pantas, seperti yang dia
lakukan pada ibumu."
Uttu mengikuti nasihat Ninhursag. Dia kembali ke
rumahnya, dan Enki, yang sedang memperhatikannya, mengikutinya. Saat Enki
mengetuk pintu, Uttu tahu apa yang diinginkannya dan berseru, “Bawakan aku
mentimun dan apel dengan tangkai yang mencuat keluar, bawakan aku anggur dalam
tandannya. Lalu kau boleh masuk, dan kau boleh memegang tali kekangku.”
Enki
lalu mengisi tanggul-tanggul dengan air, dia mengisi kanal-kanal dengan air,
dia mengisi tanah-tanah kosong dengan air. Sang tukang kebun dalam
kegembiraannya bangkit dari tanah dan memeluknya, "Apakah engkau yang
menyiram taman itu?" Dia memberikan persembahan kepada Enki, dan
memberinya mentimun dan apel dengan tangkai yang mencuat keluar, dan anggur
dalam tandannya.
Enki
lalu membuat wajahnya menarik dan mengambil tongkat di tangannya. Enki berhenti
di rumah Uttu, mengetuk pintu rumahnya dan memaksa, "Buka, buka."
Gadis
itu bertanya, "Siapa kau?"
Dia
menjawab, "Aku tukang kebun. Izinkan aku memberimu mentimun, apel, dan
anggur sebagai tanda persetujuanmu."
Dengan
gembira Uttu membuka pintu. Enki memberi Uttu, perempuan yang dimuliakan,
mentimun dan apel dengan tangkai yang mencuat, memberinya anggur dalam
tandannya. Gadis itu lalu menuangkan bir untuknya dalam takaran ban yang
besar.
Uttu,
perempuan yang dimuliakan, melambaikan tangan kepadanya. Enki membangkitkan
gairah Uttu. Dia mendekapnya di dada, berbaring di selangkangannya, membelai
pahanya, membelainya dengan tangan. Dia mendekapnya di dada, berbaring di
selangkangannya, bercinta dengan gadis itu dan menciumnya. Enki menuangkan air
mani ke dalam rahim Uttu dan dia mengandung air mani di dalam rahimnya, air
mani Enki.
Tapi tidak lama kemudian, Uttu, gadis cantik itu,
berteriak, "Celakalah pahaku." Dia berteriak, "Celakalah
tubuhku. Celakalah hatiku."
Ninhursag
mendengar kesusahannya dan dia segera datang. Ninhursag mengeluarkan air mani
dari pahanya. Dia menanam tanaman 'pohon', dia menanam
tanaman 'madu', dia menanam tanaman 'sayur', dia menanam rumput esparto, dia
menanam tanaman atutu, dia menanam tanaman actaltal, dia menanam
tanaman amharu.
Enki bisa melihat ke atas sana dari dalam rawa. Dia
berkata kepada menterinya Isimud, "Aku belum menetapkan takdir bagi
tanaman-tanaman itu. Apa yang ini? Apa yang itu?"
Menterinya,
Isimud, punya jawaban untuknya. "Tuanku, tanaman 'pohon'," katanya,
memotongnya untuknya dan Enki memakannya.
"Tuanku,
tanaman 'madu'," katanya, mencabutnya untuknya dan Enki memakannya.
"Tuanku,
tanaman 'sayur'," katanya, memotongnya untuknya dan Enki memakannya.
"Tuanku, rumput esparto," katanya, mencabutnya untuknya dan Enki
memakannya.
"Tuanku,
tanaman atutu," katanya kepadanya, memotongnya untuknya dan Enki
memakannya.
"Tuanku,
tanaman actaltal," katanya kepadanya, mencabutnya untuknya dan Enki
memakannya.
"Tuanku,
tanaman amharu," katanya kepadanya, mencabutnya untuknya dan Enki
memakannya.
Enki
menetapkan takdir bagi tanaman-tanaman itu, membuat mereka mengetahuinya di
dalam hati mereka.
Ketika Ninhursag melihat ini, dia menjadi marah. Dia
sudah menciptakan tanaman-tanaman tersebut, tapi Enki yang menetapkan takdir
mereka! Ninhursag mengutuk nama Enki, "Sampai hari kematiannya, aku tidak
akan pernah memandangnya dengan mata yang memberi kehidupan."
Kehidupan
Enki terancam, kesehatannya terganggu, dan para dewa putus asa karena Enki dan saudaranya
berselisih. Para Anunna duduk di atas tanah dengan putus asa. Ninhursag sudah
mengundurkan diri dan tidak ada satu pun dewa yang tahu bagaimana cara
membujuknya. Tapi seekor rubah yang bisa bicara berbicara kepada Enlil, "Kalau
aku bisa membawa Ninhursag kepadamu, apa hadiahku?"
Enlil
menjawab rubah itu, "Kalau kau membawa Ninhursag kepadaku, aku akan
mendirikan dua pohon birch untukmu di kotaku dan kau akan terkenal."
Rubah itu lalu mempersiapkan diri. Pertama-tama dia mengurapi
tubuhnya, mengibaskan bulunya, lalu mengoleskan celak di matanya. Rubah itu berkata kepada Ninhursag, "Aku sudah ke Nibru,
tapi Enlil tidak bisa membantuku. Aku sudah ke Urim, tapi Nanna tidak bisa
membantuku. Aku sudah ke Larsa, tapi Utu tidak bisa membantuku. Aku sudah ke Uruk,
tapi Inanna tidak bisa membantuku. Aku mencari perlindungan kepada seseorang
yang bisa membantuku.”
Ninhursag
setuju untuk kembali dan bergegas pergi ke kuil para dewa. Ninhursag
menanggalkan pakaiannya dan menyuruh Enki duduk di dekat vaginanya.
Ninhursag bertanya, "Saudaraku, bagian tubuh mana
yang sakit?"
"Ubun-ubunku
(ugu-dili) sakit."
Dia
membawa penyakit itu ke dalam rahimnya dan melahirkan Abu darinya.
"Saudaraku,
bagian tubuh mana yang sakit?"
"Rambutku
(siki) sakit."
Dari
sana dia melahirkan Ninsikila.
"Saudaraku,
bagian tubuh mana yang sakit?"
"Hidungku
(giri) sakit."
Dari
sana dia melahirkan Ningirida.
"Saudaraku,
bagian tubuh mana yang sakit?"
"Mulutku
(ka) sakit."
Dari
sana dia melahirkan Ninkasi.
"Saudaraku, bagian tubuh mana yang sakit?"
"Tenggorokanku
(zi) sakit."
Dari
sana dia melahirkan Nanshe.
"Saudaraku,
bagian tubuh mana yang sakit?"
"Lenganku
(a) sakit."
Dari
sana dia melahirkan Azimua.
"Saudaraku,
bagian tubuh mana yang sakit?"
"Tulang
rusukku (ti) sakit."
Dari
sana dia melahirkan Ninti.
"Saudaraku,
bagian tubuh mana yang sakit?"
"Sisi-sisiku
(zag) sakit."
Dari
sana dia melahirkan Ensag.
Demikianlah Enki disembuhkan, dan empat orang anak
laki-laki dan empat orang anak perempuan lahir bagi mereka. Masing-masing nama
mereka terkait dengan bagian tubuh tempat mereka dilahirkan.
Ninhursag
tidak membuang waktu untuk mengumumkan takdir bagi mereka kali ini. Dia berkata,
"Bagi anak-anak yang sudah kulahirkan, semoga berkah untuk mereka tidak akan
kurang. Abu akan menjadi penguasa rumput, Ninsikila akan menjadi penguasa
Magan, Ningirida akan menikahi Ninazu, Ninkasi akan menjadi yang memuaskan
hati, Nanshe akan menikahi Nindara, Azimua akan menikahi Ningishzida, Ninti
akan menjadi perempuan bulan ini, dan Ensag akan menjadi penguasa Dilmun."
***
Kalau Anda menyukai kisah mitologi ini, Anda mungkin ingin membaca kisah mitologi Sumeria lainnya di sini.
***

Comments
Post a Comment