Seorang Laki-Laki Yang Sangat Tua Dengan Sayap Yang Sangat Besar (A Very Old Man With Enormous Wings ~ Gabriel Garcia Marquez)
Takut dengan pemandangan itu, Pelayo berlari untuk mencari Elisenda, istrinya, yang menaruh kompres pada anak mereka yang sakit, lalu dia membawanya ke belakang halaman. Mereka berdua
memandang tubuh jatuh yang diam itu membisu pingsan. Pakaiannya seperti gelandangan. Hanya beberapa helai rambut yang tersisa di kepalanya yang botak dan sangat sedikit
gigi di dalam mulutnya, dan kondisinya yang menyedihkan sebagai seorang laki-laki
yang sangat tua yang basah kuyup sudah melenyapkan kesannya sebagai orang suci
yang mungkin
dia punya. Sayap besarnya, kotor dan
setengah gundul, terjebak dalam lumpur. Mereka
menatapnya begitu lama dan begitu dekat sehingga Pelayo dan Elisenda segera mengatasi rasa terkejut mereka dan pada akhirnya merasa dia sudah akrab. Lalu mereka memberanikan diri bicara kepadanya, dan dia menjawab dalam sebuah bahasa yang tidak
bisa dimengerti
dengan suara seorang
pelaut yang kuat. Begitulah cara mereka mengabaikan ketidaknyamanan karena keberadaan sayapnya dan dengan cukup cerdas menyimpulkan bahwa
dia adalah seseorang yang terbuang dari semacam kapal asing yang rusak oleh badai. Selanjutnya, mereka memanggil seorang perempuan tetangga yang tahu segala
sesuatu tentang hidup dan mati untuk melihatnya, dan yang dibutuhkannya hanya melihat satu kali untuk menunjukkan kepada
mereka kesalahan mereka.
“Dia seorang malaikat,” katanya
kepada mereka. “Dia pasti datang untuk menjemput anak kalian, tapi laki-laki malang ini sudah sangat tua sampai hujan menjatuhkannya.”
Besoknya semua orang tahu bahwa seorang malaikat berdaging-dan-berdarah disekap di rumah Pelayo. Berlawanan dengan keputusan perempuan bijak tetangga, bahwa malaikat yang selamat
di saat-saat seperti itu adalah pelarian yang selamat dari konspirasi surga, mereka tidak punya hati untuk memukulinya sampai mati. Pelayo mengawasinya sepanjang sore dari dapur, bersenjatakan tongkat juru sitanya, dan sebelum tidur dia menyeretnya keluar dari lumpur dan
mengurungnya bersama-sama ayam di kandang kawat. Tengah malam, ketika hujan berhenti, Pelayo dan
Elisenda masih membunuhi kepiting. Beberapa saat kemudian anak mereka terbangun tanpa demam dan dengan nafsu untuk makan. Lalu mereka merasa harus bermurah hati dan memutuskan untuk menggeletakkan malaikat itu di atas rakit dengan air segar
dan perbekalan untuk tiga hari dan menyerahkannya pada takdir di laut lepas. Tapi ketika
mereka keluar halaman saat cahaya pertama fajar datang, mereka menemukan seluruh tetangga di depan kandang ayam bersenang-senang dengan
malaikat itu, tanpa hormat sedikit pun, melemparinya apa saja untuk dimakan dari bukaan kawat di kandang seolah-olah dia
bukan
makhluk supranatural melainkan seekor hewan sirkus.
Bapa Gonzaga datang sebelum pukul tujuh, cemas dengan berita yang aneh. Pada saat itu penonton yang lebih sopan daripada penonton saat fajar juga sudah berkumpul dan mereka membuat bermacam-macam dugaan mengenai masa depan sang tahanan. Yang paling sederhana
di antara mereka berpikir bahwa dia harus diangkat jadi walikota dunia. Yang pikirannya lebih tegas merasa bahwa dia harus dipromosikan jadi jenderal bintang lima untuk
memenangkan semua perang. Yang visioner berharap dia bisa dijadikan pejantan untuk mengubah ras manusia menjadi orang bijak bersayap yang bisa mengurus alam semesta. Tapi Bapa Gonzaga, sebelum menjadi
seorang pastor, adalah seorang penebang kayu yang kuat. Berdiri di dekat kandang kawat, dia langsung bicara soal agama dan meminta mereka membuka
pintu supaya dia bisa melihat dari dekat laki-laki malang yang lebih terlihat seperti seekor ayam jompo raksasa di antara ayam-ayam yang memesona. Dia terbaring di sudut
mengeringkan sayapnya yang terbuka di bawah sinar matahari di antara kulit buah dan sarapan sisa makanan yang ketika bangun pagi dilemparkan
kepadanya. Makhluk
asing di dunia yang tidak sopan, dia hanya mengangkat mata uniknya dan menggumamkan sesuatu dalam bahasanya ketika Bapa Gonzaga pergi ke kandang itu dan mengucapkan selamat pagi kepadanya dalam
bahasa Latin. Sang
pastor paroki
punya kecurigaan bahwa orang itu penipu ketika dia melihat bahwa orang itu tidak mengerti bahasa Tuhan
atau tahu cara untuk menyambut wakilNya. Lalu dia melihat bahwa dilihat dari
dekat orang itu sangat manusiawi: bau tubuhnya tak tertahankan, sisi belakang
sayapnya dipenuhi parasit dan bulu utamanya dihancurkan angin darat, dan tidak ada apapun tentangnya yang menunjukkan dirinya
sebagai malaikat yang bermartabat dan membanggakan. Lalu dia keluar dari kandang itu dan dalam khotbah singkat
memperingatkan orang-orang yang penasaran terhadap risiko untuk menjadi bodoh. Dia mengingatkan mereka bahwa setan punya kebiasaan buruk memanfaatkan
trik karnaval untuk membingungkan mereka yang tidak waspada. Dia berpendapat bahwa kalau sayap bukanlah unsur penting dalam menentukan perbedaan antara elang dengan pesawat terbang, maka mereka juga bukan unsur penting
untuk menentukan seseorang sebagai malaikat. Begitupun, dia berjanji untuk menulis surat kepada uskupnya sehingga yang terakhir itu akan menulis surat kepada primat1-nya
lalu yang
terakhir itu
akan menulis
surat kepada Paus untuk mendapatkan putusan
akhir dari pengadilan tertinggi.
Kehati-hatiannya jatuh pada hati
yang bersih. Kabar tentang malaikat yang ditahan menyebar dengan sangat cepat sehingga dalam
beberapa jam halaman itu sesibuk pasar dan mereka harus memanggil tentara dengan bayonet terhunus untuk membubarkan massa yang bisa merobohkan rumah itu. Elisenda, seluruh tulang punggungnya bengkok karena menyapu begitu banyak sampah pasar, lalu mendapat ide untuk memasang pagar di halaman dan menarik bayaran lima sen untuk melihat sang malaikat.
Mereka yang penasaran datang dari jauh.
Sebuah karnaval keliling datang dengan akrobat terbang yang
berdengung di atas kerumunan beberapa kali,
tapi tidak ada yang memperhatikannya karena sayapnya bukan sayap malaikat, melainkan sayap siluman kelelawar. Orang-orang cacat yang paling tidak beruntung
di dunia datang untuk
mencari kesembuhan: seorang perempuan miskin yang sejak kecil sudah menghitung detak jantungnya dan sudah kehabisan angka; seorang laki-laki Portugis yang tidak bisa tidur
karena suara bintang-bintang mengganggunya; seseorang yang berjalan dalam tidur yang bangun di
malam hari untuk membatalkan semua hal
yang
dilakukannya ketika terjaga; dan banyak orang lain
dengan penyakit yang tidak kalah serius. Di tengah gangguan kapal karam yang membuat bumi bergetar itu, Pelayo dan Elisenda senang
dengan kesibukannya, karena dalam waktu kurang dari
seminggu mereka sudah memenuhi kamar mereka dengan uang dan antrian peziarah yang menunggu giliran untuk masuk masih panjang sampai ke ujung cakrawala.
Malaikat itu adalah
satu-satunya yang tidak ikut beraksi. Dia menghabiskan waktunya mencoba membuat dirinya nyaman di kandang pinjamannya, dibuat pusing dengan panas lampu minyak dan
lilin sakramen yang sepanas neraka yang ditaruh di sepanjang kandang kawat. Awalnya mereka memberinya makan kapur barus, yang menurut pendapat perempuan bijak
tetangga, adalah makanan khusus malaikat. Tapi dia menolaknya, sama seperti dia menolak makan siang paroki yang dibawakan
seorang peniten2, dan mereka tidak pernah tahu apakah karena dia
seorang malaikat atau karena dia seorang laki-laki tua sehingga pada akhirnya dia tidak memakan apapun
kecuali kecuali bubur terong. Kekuatan
supranaturalnya sepertinya adalah kesabaran. Terutama pada hari-hari pertama, ketika ayam-ayam mematukinya, mencari parasit bintang yang
menjamur di sayapnya, dan mereka yang lumpuh menarik bulu-bulunya untuk disentuhkan di bagian tubuh mereka yang rusak, bahkan mereka yang paling
pemaaf melemparinya dengan batu, mencoba untuk membuatnya bangkit supaya mereka bisa melihatnya berdiri. Satu-satunya saat ketika mereka berhasil membuatnya bangkit adalah ketika mereka menyelomotnya dengan besi panas untuk mencap binatang, karena dia tidak bergerak selama berjam-jam sehingga mereka berpikir kalau dia sudah mati. Dia terbangun
kaget, mengomel dalam bahasa yang tidak mereka kenal dan dengan air mata di matanya, lalu dia mengepakkan sayapnya
beberapa kali, yang membuat angin puyuh kotoran ayam dan debu bulan dan badai kepanikan yang sepertinya tidak datang dari
dunia ini. Walaupun banyak yang berpikir bahwa reaksinya bukan karena marah tapi karena sakit, sejak saat itu mereka
berhati-hati untuk tidak mengganggunya, karena orang banyak mengerti bahwa sikap pasifnya bukan datang dari seorang
pahlawan yang sedang beristirahat tapi dari seorang penjahat yang tertangkap .
Bapa Gonzaga menahan kecerobohan orang banyak dengan mengatakan hal-hal yang
membosankan sambil menunggu datangnya putusan final atas nasib sang tahanan. Tapi surat dari Roma tidak menunjukkan kalau mereka merasa hal itu penting. Mereka menghabiskan waktu dengan mencari tahu apakah tahanan itu punya pusar, apakah bahasanya punya hubungan dengan bahasa Aram, berapa kali dia bisa berdiri di ujung jarum3, atau apakah dia bukan cuma orang Norwegia yang punya sayap. Surat-surat tidak penting itu datang dan pergi sampai kiamat kalau kesengsaraan sang pastor ditakdirkan tidak punya akhir.
Kebetulan pada hari-hari itu, di antara begitu banyak
atraksi karnaval lainnya, datang juga ke kota itu pertunjukan keliling
seorang perempuan yang berubah menjadi laba-laba karena durhaka kepada orangtuanya. Tiket masuk untuk melihatnya tidak lebih murah daripada tiket
untuk menonton sang malaikat, tapi orang-orang diizinkan untuk mengajukan segala macam pertanyaan
tentang kondisinya yang absurd dan untuk memeriksanya dari atas sampai bawah sehingga tidak akan ada yang meragukan kebenaran keanehan itu. Dia adalah seekor tarantula menakutkan berukuran sebesar seekor
biri-biri dan dengan kepala seorang gadis yang sedih. Yang paling menyayat hati, bagaimanapun, bukan bentuknya yang aneh, tapi kesedihan ketika dia menceritakan dengan detail kemalangannya. Selagi masih dianggap anak dia menyelinap keluar
dari rumah orangtuanya untuk pergi ke pesta dansa, dan ketika dia pulang lewat hutan setelah berdansa sepanjang malam tanpa izin,
sebuah petir yang menakutkan membelah langit jadi dua dan melalui celahnya muncul kilat belerang yang mengubahnya menjadi laba-laba.
Satu-satunya makanannya adalah bakso yang oleh seseorang berhati baik dilemparkan ke dalam mulutnya. Tontonan seperti itu, dipenuhi dengan begitu banyak kebenaran tentang sifat manusia dan pelajaran yang
menakutkan, sepertinya mengalahkan tanpa susah payah malaikat angkuh yang berkenan
untuk mengunjungi umat manusia. Selain itu, beberapa
mukjizat dari malaikat itu justru terlihat seperti gangguan mental, seperti orang
buta yang tidak sembuh matanya tapi justru
tumbuh tiga gigi baru, atau orang lumpuh yang tetap tidak bisa berjalan tapi hampir
memenangkan lotre, dan penderita kusta yang dari lukanya tumbuh bunga matahari. Mukjizat yang menghibur itu, yang tampak lebih seperti mengejek alih-alih menyenangkan, sudah merusak reputasi sang malaikat dan perempuan yang berubah menjadi laba-laba
akhirnya menghancurkannya. Itulah yang menyebabkan Bapa Gonzaga sembuh dari insomnianya dan halaman Pelayo kembali
kosong seperti ketika hujan turun selama tiga hari dan kepiting berjalan-jalan di kamar tidur.
Sang pemilik rumah tidak
punya alasan untuk bersedih. Dengan uang yang mereka dapat mereka membangun
rumah dua lantai dengan balkon dan kebun dan jaring tinggi sehingga kepiting
tidak bisa masuk selama musim dingin, dan dengan jeruji di jendelanya malaikat
juga tidak bisa masuk. Pelayo juga membuat perumahan di dekat kota dan berhenti
dari pekerjaannya sebagai juru sita selamanya, dan Elisenda membeli beberapa
sepatu jinjit satin dengan hak yang tinggi dan banyak gaun sutra warna-warni,
gaun yang dikenakan pada hari Minggu oleh perempuan-perempuan cantik di masa
itu. Kandang ayam adalah satu-satunya hal yang tidak diberi perhatian. Kalau
mereka mencucinya dengan karbol dan berurai air mata karena getah mur di
dalamnya begitu sering, itu bukan dalam rangka untuk menghormati sang malaikat
tapi untuk melenyapkan bau kotoran ayam yang masih menggantung di mana-mana
seperti hantu dan mengubah rumah baru mereka jadi rumah lama. Awalnya, ketika
anak mereka belajar berjalan, mereka berhati-hati supaya dia tidak terlalu
dekat dengan kandang ayam. Tapi kemudian mereka mulai kehilangan ketakutan
mereka dan terbiasa dengan baunya, dan sebelum gigi kedua anak mereka tumbuh
dia masuk ke kandang ayam untuk bermain, ke tempat kawat-kawat bersliweran.
Malaikat itu tidak lebih ramah kepadanya dibandingkan dengan manusia lain, tapi
dia bisa menerima makhluk jahat yang cerdik itu dengan kesabaran seekor anjing
yang tidak punya imajinasi. Mereka berdua terkena cacar air pada waktu yang
bersamaan. Dokter yang merawat anak itu tidak bisa menahan godaan untuk
mendengarkan jantung sang malaikat, dan dia menemukan begitu banyak siulan di
jantungnya dan begitu banyak suara di ginjalnya yang membuatnya mustahil untuk
hidup. Yang paling mengejutkannya, bagaimanapun, adalah soal sayapnya. Sayapnya
tampak begitu alami sebagai organ tubuh manusia sehingga dia tidak mengerti
kenapa orang lain tidak memilikinya juga.
Ketika anak itu mulai
sekolah, itu sudah agak lama sejak matahari dan hujan membuat kandang ayam itu
roboh. Sang malaikat pergi menyeret dirinya sendiri ke sana kemari seperti
gelandangan sekarat. Mereka akan mendorongnya keluar dari kamar tidur dengan sapu
dan sesaat kemudian menemukannya di dapur. Dia sepertinya berada di begitu
banyak tempat pada saat yang sama sehingga mereka mulai berpikir bahwa malaikat
itu menggandakan dirinya, bahwa dia mereproduksi dirinya sendiri di seluruh
rumah, dan Elisenda yang jengkel dan cemberut berteriak bahwa betapa mengerikan
hidup di neraka yang penuh dengn malaikat. Dia hampir tidak bisa makan dan mata
uniknya juga menjadi berkabut sehingga dia menabrak tiang. Yang dia punya
tinggallah kanula telanjang dari bulu terakhirnya. Pelayo melemparkan selimut
kepadanya dan dengan murah hati membiarkannya tidur di dalam gudang, lalu
menyadari bahwa malamnya tubuh sang malaikat panas, dan mengigau dengan lidah
berbelit seorang Norwegia tua. Itu adalah salah satu dari beberapa kesempatan
mereka menjadi takut, karena mereka pikir dia akan mati dan bahkan perempuan
bijak tetangganya tidak mampu memberi mereka saran apa yang harus dilakukan
dengan seorang malaikat yang mati.
Tapi dia bukan hanya
bertahan di musim dingin terburuk, tapi terlihat membaik bersama datangnya
hari-hari cerah pertama. Dia tetap tidak bergerak selama beberapa hari di ujung
halaman, tempat tidak ada orang yang akan melihatnya, dan pada awal bulan Desember
beberapa helai bulu kaku, besar, mulai tumbuh di sayapnya, bulu seekor gagak,
yang terlihat lebih seperti beban karena umurnya yang sudah sangat tua. Tapi
dia pasti sudah tahu alasan perubahan tersebut, karena dia sangat berhati-hati
supaya tidak ada yang memperhatikannya, supaya tidak ada yang mendengar suara
senandung laut yang kadang-kadang dia nyanyikan di bawah bintang-bintang. Suatu
pagi Elisenda sedang memotong beberapa siung bawang merah untuk makan siang
ketika angin yang sepertinya datang dari laut lepas berhembus ke dapur. Lalu
dia pergi ke jendela dan melihat malaikat itu dalam usaha pertamanya untuk
terbang. Dia begitu canggung sehingga kukunya membuat jalur di kebun sayur dan
dia berada di titik akan menabrak gudang dengan kepakan canggungnya yang
tergelincir di bawah cahaya matahari pagi dan tidak bisa menemukan pegangan di
udara. Tapi dia berhasil naik. Elisenda menghela napas lega, untuk dirinya
sendiri dan untuk sang malaikat, ketika dia melihatnya melewati rumah terakhir,
menahan dirinya dengan kepakan sayap seekor burung pemakan bangkai yang pikun.
Dia terus mengawasinya bahkan ketika dia memotong bawang dan terus melihatnya
sampai tidak mungkin lagi baginya untuk melihatnya, karena kemudian sang
malaikat tidak lagi menjadi gangguan dalam hidupnya kecuali sebuah titik
imajiner di cakrawala di atas laut.
***
Kalau Anda menyukai cerpen ini, Anda mungkin juga akan menyukai cerita pendek terjemahan dari penulis yang lain di sini.
***
Catatan kaki:
1 Primat: uskup agung.
2 Peniten: orang yang melakukan pengakuan dosa.
3 Berdiri di ujung jarum: pertanyaan "berapa banyak malaikat
yang bisa berdiri (atau menari) di ujung jarum" dipakai orang untuk
mengkritik orang-orang seperti Duns Scotus dan Thomas Aquinas yang mencoba
mencari hubungan filosofis antara dunia dengan mukjizat yang dimiliki oleh para
malaikat.

Comments
Post a Comment