Laki-Laki Bertubuh Besi

Laki-Laki Bertubuh Besi

Saya sedang merusak tubuh saya ketika perempuan itu datang kepada saya dan membawakan bagian-bagian tubuh baru untuk  mengganti  bagian  tubuh saya yang sudah saya rusak. Perempuan itu akan memaksa saya untuk mengganti bagian tubuh saya yang sudah rusak dengan bagian-bagian  tubuh  baru yang dibawanya. Setelah perempuan itu pergi, saya akan kembali merusak tubuh saya. Tapi perempuan itu akan datang lagi dengan bagian-bagian tubuh baru dan memaksa saya lagi untuk mengganti bagian tubuh saya yang sudah rusak. Begitu terus menerus, berulang-ulang kali.

Saya tidak tahu darimana perempuan itu datang atau darimana dia tahu tentang saya atau mengapa dia datang kepada saya. Perempuan itu datang begitu saja ke gudang ini, tempat saya sering menghabiskan waktu dengan merusak tubuh saya sendiri. Yang lebih mengherankan adalah bagian-bagian tubuh yang dibawanya. Tidak mudah untuk menemukan bagian tubuh saya karena saya adalah satu-satunya laki-laki bertubuh besi di kota ini. Perempuan itu bahkan tahu dengan persis bagian tubuh saya yang sudah rusak.

Ya, saya adalah seorang laki-laki bertubuh besi. Satu-satunya laki-laki bertubuh besi di kota ini. 

Jangan berpikir bahwa saya dibuat di sebuah pabrik besi. Saya juga dilahirkan dari seorang ibu, walaupun selepas melahirkan saya, ibu saya itu meninggal dunia. Mungkin ibu saya tidak kuat melahirkan seonggok bayi yang tidak terbuat dari daging. Tubuh saya memang sepenuhnya besi. Melahirkan besi, tidak ada perempuan yang bisa. Kecuali ibu saya. Mungkin juga ibu saya begitu tertekan melihat anaknya, saya, bertubuh besi.

Ayah saya hanya seorang petani semangka. Dia tentu tidak tahu apa-apa tentang besi. Menurut perkiraan saya, ayah saya itu menaruh dendam pada saya. Bagaimanapun, sayalah yang menyebabkan istrinya, ibu saya, meninggal dunia. Ayah saya sering memukuli saya dengan alat-alat pertaniannya. Cangkul, sekop, garu,dan lainnya. Bahkan ayah saya pernah memukul saya dengan sabitnya, dengan sisi tajamnya menghadap ke tubuh saya.

Tapi saya tidak pernah merasakan sakit walaupun ayah saya mengerahkan seluruh tenaganya untuk memukul saya. Tubuh saya terbuat dari besi. Yang lebih aneh, tubuh saya membesar setiap kali ayah saya memukul saya. Awalnya tidak ada yang menyadari hal ini, termasuk saya dan ayah saya. Tapi lama-lama ayah saya mengetahui hal ini. Setelah mengetahui bahwa tubuh saya membesar setiap kali dia memukul saya, ayah saya akhirnya berhenti memukul saya.

Selanjutnya saya tumbuh besar dengan sendirinya. Saya juga manusia seperti orang lain, walaupun tubuh saya seluruhnya besi. Saya lahir dari seorang ibu. Tapi saya tidak pernah punya teman. Sulit sekali bagi seorang anak dengan tubuh besi untuk bisa bermain dengan anak lain yang seluruh tubuhnya terbuat dari daging. Saya lebih sering melukai tubuh mereka. Kalau sudah begitu, orang tua mereka akan melarang anak-anaknya bermain dengan saya. Yang lebih menyakitkan, mereka kemudian menyebut saya monster.

Hal ini terus berlanjut sampai saya sebesar sekarang. Saya tidak bisa mendekati perempuan karena saya bertubuh besi. Saya juga menyukai perempuan walaupun mereka terbuat dari daging. Bahkan saya tidak bisa menyembunyikan perasaan suka saya terhadap mereka. Setiap saya berada dekat dengan perempuan yang saya sukai, tubuh saya akan mengeluarkan suara berdentang. Seperi suara logam yang diadu dengan logam lain. Tapi saya tahu bahwa saya hanya akan melukai tubuh mereka seperti saya melukai tubuh teman-teman saya dulu. Saya sering membantu ayah  saya  di  ladang.  Sekedar  membersihkan  ladang atau membalik tanah untuk ditanami semangka. Tapi ayah saya, menurut perkiraan saya, tidak pernah benar-benar melupakan dendamnya kepada saya. Saya sudah membunuh istrinya, ibu saya. Ayah saya tidak pernah menyuruh saya membantunya. Saya juga tidak pernah menunggu disuruh untuk membantu ayah saya. Saya lakukan saja. Ayah saya juga tidak pernah melarang.

Hidup sendirian tentu tidak mengenakkan. Tapi saya tidak bisa apa-apa. Lama kelamaan saya mulai memikirkan hal ini. Terus terang, hal ini sangat mengganggu saya. Tentu saja saya pernah mencoba bunuh diri, tapi tidak mudah melakukan bunuh diri bagi seorang laki-laki bertubuh besi. Tidak ada tali yang kuat untuk saya menggantung diri. Racun serangga hanya membuat beberapa bagian tubuh saya berkarat. Saya tidak akan mati karena berkarat. Memotong nadi saya tidak bisa, saya tidak punya nadi. Saya seorang laki-laki bertubuh besi. Saya jadi lebih sering melamun. Kemudian saya menemukan tempat terbaik untuk melakukan hal itu, di gudang. Ayah saya menyimpan alat-alat pertaniannya di sana. Begitulah, saya kemudian mulai merusak tubuh saya sendiri. Saya berharap saya bisa mati dengan cara ini. Tapi memang tidak mudah. Saya harus merusak tubuh saya satu per satu, bagian per bagian.

Suatu hari perempuan itu pun muncul. Dia datang dengan bagian-bagian tubuh yang terbuat dari besi, persis sama dengan bagian tubuh saya yang sudah rusak. Perempuan itu lalu memaksa saya untuk mengganti bagian tubuh saya yang sudah rusak dengan bagian-bagian tubuh baru yang dibawanya. Saya ingin menolak, tapi tubuh saya mulai berdentang. Seperti suara logam yang diadu dengan logam lain. Perempuan itu hanya tersenyum mendengar suara berdentang dari tubuh saya, lalu pergi.

Perempuan itu hanya akan datang kalau ada bagian tubuh saya yang rusak. Saya pernah berhenti merusak tubuh saya. Saya pikir, tidak akan ada perempuan yang menyukai laki-laki dengan tubuh rusak. Tapi perempuan itu juga berhenti mendatangi saya. Maka saya mulai merusak tubuh saya lagi. Dan perempuan itu pun datang lagi dengan bagian-bagian tubuh baru. Lalu tubuh saya pun akan berdentang lagi. Begitulah, sekarang saya merusak tubuh saya hanya supaya perempuan itu datang lagi.

Saya mulai berani berharap. Saya mulai memikirkan untuk menikahi perempuan itu. Tapi saya tidak pernah berhenti membayangkan bentuk anak saya nantinya. Saya bertanya-tanya seperti apakah nanti bentuk anak yang dihasilkan dari seorang laki-laki bertubuh besi dengan perempuan yang terbuat dari daging. Mungkin separuh tubuhnya akan terbuat dari besi dan separuh lagi daging. Saya terus menebak-nebak bagian tubuh mana dari anak saya yang nantinya terbuat dari daging.

Di luar dugaan saya, perempuan itu ternyata tidak menolak untuk hidup bersama saya di gudang ini. Dia tidak akan pergi lagi. Perempuan itu akan terus ada di sini bersama saya, walaupun saya tidak merusak tubuh saya. Tapi perempuan itu tidak mau saya nikahi. Tidak ada pendeta yang mau menikahkan kami, seorang laki-laki bertubuh besi dengan seorang perempuan yang terbuat dari daging. Masuk akal.

Saya tidak pernah berani menyentuh tubuh perempuan itu, walaupun tubuh saya terus saja berdentang. Seperti suara logam yang diadu dengan logam lain. Perempuan itu memasak buat saya. Dia menyediakan makanan buat saya dan tidak pernah menuntut saya untuk menyentuh tubuhnya layaknya sepasang lakilaki dan perempuan yang tinggal satu atap. Bagaimanapun, kami belum menikah.

Suatu hari perempuan itu meminta saya membuat bagian tubuh dari besi. Tentu saja saya heran. Tubuh saya tidak ada yang rusak. Saya tidak memerlukan bagian tubuh baru. Tapi saya kerjakan juga permintaannya. Setelah bagian tubuh itu jadi, perempuan itu meminta ijin pada saya untuk pergi ke luar kota. Perempuan itu membawa bagian tubuh yang baru saya buat. Saya semakin heran, semakin bertanya-tanya.

Permintaan perempuan itu semakin sering. Hampir setiap hari. Kadang saya membuat sepasang kaki, kadang sebuah dada, kadang punggung, bahkan satu hari saya membuat sebuah kepala. Rasa heran saya semakin menjadi-jadi. Ketika perempuan itu akan pergi, saya sengaja menyembunyikan bagian tubuh yang sudah saya buat. Saya paksa dia untuk menceritakan keanehan-keanehan sikapnya belakangan ini.

Perempuan itupun akhirnya mau bercerita. Ternyata perempuan itu memiliki seorang suami di kota lain. Laki-laki lain yang juga bertubuh besi, sama seperti saya. Saya kemudian tahu kenapa perempuan itu tidak mau saya nikahi. Bagianbagian tubuh yang dulu dibawanya untuk saya, ternyata buatan suaminya. Sekarang, ketika perempuan itu hidup bersama saya di gudang ini, suaminya mulai merusak tubuhnya sendiri.

Perempuan itu berjanji bahwa ini adalah kali terakhir dia meminta saya membuatkan bagian-bagian tubuh untuk suaminya. Katanya, dia tidak akan lagi mengganggu saya. Perempuan itu akan kembali ke kota lain untuk tinggal bersama suaminya. Hanya dengan begitu suaminya mau berhenti merusak tubuhnya sendiri.

Tubuh saya akhirnya berhenti berdentang. Berhenti mengeluarkan suara seperti suara logam yang diadu dengan logam lain. Tubuh saya mulai berkarat di beberapa tempat. Tali-tali tergantung di seluruh gudang. Sepertinya baru saja putus. Saya duduk di sebuah sudut gudang yang paling gelap, paling dingin, dan mulai merusak tubuh saya lagi.

***

Kalau Anda menyukai cerpen ini, Anda mungkin juga akan menyukai cerita pendek saya yang lain di sini; atau cerita pendek terjemahan dari penulis lain di sini.

***

Comments

Populer