Gilgamesh Dan Banteng Surga (Mitologi Sumeria)
Ninsun, ibunya yang melahirkannya, berkata,
“Tuanku, basuhlah tubuhmu di sungai di dekat taman yang ditumbuhi pohon juniper,
cucilah kapak perunggu milikku di sungai di dekat taman yang ditumbuhi pohon juniper,
tebanglah beberapa batang pohon yang tumbuh di sana untuk menghias tamanmu, dan
cukurlah bulu domba adikmu, Pestur, di sungai di dekat taman yang ditumbuhi
pohon juniper.”
Gilgamesh lalu duduk di atas perahunya dan
memasuki taman yang ditumbuhi pohon juniper. Gilgamesh membasuh tubuhnya
di sungai di dekat taman yang ditumbuhi pohon juniper, mencuci kapak
perunggu milik Ninsun di sungai di dekat taman yang ditumbuhi pohon juniper,
menebang beberapa batang pohon yang tumbuh di sana untuk menghias tamannya, dan
mencukur bulu domba adiknya, Pestur, di sungai di dekat taman yang ditumbuhi
pohon juniper.
Di pelataran agung, sang gadis melihat sang pahlawan, di pelataran Abzu,
Inanna yang suci melihat Gilgamesh. Inanna lalu berkata, “Bantengku yang liar,
kawanku, aku tidak akan membiarkanmu pergi! Gilgamesh, kawanku, aku tidak akan
membiarkanmu pergi! Aku tidak akan membiarkanmu pergi untuk menjatuhkan vonis
di jiparku yang suci! Aku tidak akan membiarkanmu pergi untuk menegakkan
keadilan di Eanna yang dicintai An! Gilgamesh, semoga kau menjadi pengantinku,
semoga aku menjadi pengantinmu!"
Sang raja mendengarkan perkataan Inanna, lalu berkata kepada Ninsun,
ibunya yang melahirkannya, “O, ibu yang melahirkanku, ketika aku sedang
membasuh tubuhku di sungai di dekat taman yang ditumbuhi pohon juniper,
mencuci kapak perunggu milikmu di sungai di dekat taman yang ditumbuhi pohon juniper,
menebang beberapa batang pohon yang tumbuh di sana untuk menghias tamanku, dan
mencukur bulu domba adikku, Pestur, di sungai di dekat taman yang ditumbuhi
pohon juniper, gadis Inanna melihatku dari pelataran abzu.”
“Inanna yang suci berkata kepadaku, ‘Bantengku yang liar, kawanku, aku
tidak akan membiarkanmu pergi! Gilgamesh, kawanku, aku tidak akan membiarkanmu
pergi! Aku tidak akan membiarkanmu pergi untuk menjatuhkan vonis di jiparku yang
suci! Aku tidak akan membiarkanmu pergi untuk menegakkan keadilan di Eanna yang
dicintai An! Gilgamesh, semoga kau menjadi pengantinku, semoga aku menjadi
pengantinmu!’”
Ketika dia berbicara demikian kepada ibu yang melahirkannya, ibu yang
melahirkannya menjawab Gilgamesh, “Jangan biarkan hadiahnya masuk ke dalam
rumahmu. Sentuhan lembutnya akan melemahkan lenganmu yang gagah berani. Katakan
kepada gadis Inanna, ‘Aku tidak akan mencoba mengambil alih bagian Inanna di jipar-nya.
Ninegal tidak akan membiarkanku pergi karena kekuatanku yang gagah berani.
Aku tidak akan menutupi lenganku yang gagah berani dengan pakaian yang indah.
Tapi gadis Inanna, jangan halangi jalanku! Aku akan adalah menangkap banteng
gunung, untuk mengisi kandang sapimu. Aku akan menangkap domba gunung, untuk
mengisi kandang dombamu. Aku akan mengisi perbendaharaanmu dengan perak dan
akik.’”
Gilgamesh lalu berbicara kepada Inanna, "Aku tidak akan mencoba
mengambil alih bagian Inanna di jipar-nya. Ninegal tidak akan
membiarkanku pergi karena kekuatanku yang gagah berani. Aku tidak akan menutupi
lenganku yang gagah berani dengan pakaian yang indah. Tapi gadis Inanna, jangan
halangi jalanku! Aku akan adalah menangkap banteng gunung, untuk mengisi kandang
sapimu. Aku akan menangkap domba gunung, untuk mengisi kandang dombamu. Aku
akan mengisi perbendaharaanmu dengan perak dan akik."
Inanna sang ratu surga lalu pergi ke hadapan An, sang ratu berbicara
sambil mendengus, Inanna berbicara sambil mendengus, “Di pelataran agung, aku
melihat sang pahlawan, di pelataran Abzu, aku melihat Gilgamesh. aku lalu
berkata, ‘Bantengku yang liar, kawanku, aku tidak akan membiarkanmu pergi!
Gilgamesh, kawanku, aku tidak akan membiarkanmu pergi! Aku tidak akan
membiarkanmu pergi untuk menjatuhkan vonis di jiparku yang suci! Aku
tidak akan membiarkanmu pergi untuk menegakkan keadilan di Eanna yang dicintai
An! Gilgamesh, semoga kau menjadi pengantinku, semoga aku menjadi
pengantinmu!’"
“Lalu Gilgamesh berbicara kepadaku, ‘Aku tidak akan mencoba mengambil
alih bagian Inanna di jipar-nya. Ninegal tidak akan membiarkanku
pergi karena kekuatanku yang gagah berani. Aku tidak akan menutupi lenganku
yang gagah berani dengan pakaian yang indah. Tapi gadis Inanna, jangan halangi
jalanku! Aku akan adalah menangkap banteng gunung, untuk mengisi kandang
sapimu. Aku akan menangkap domba gunung, untuk mengisi kandang dombamu. Aku
akan mengisi perbendaharaanmu dengan perak dan akik.’"
“Biarlah ayahku, An yang agung, memberiku Banteng Surga, sehingga aku bisa membunuh tuannya, biarlah ayahku, An yang agung, memberiku Gugalanna, sehingga aku bisa membunuh Gilgamesh.”
An yang agung menjawab kepada Inanna yang suci, "Anakku, Gugalanna
tidak akan memiliki padang rumput, karena padang rumputnya berada di cakrawala.
Gadis Inanna, Gugalanna hanya bisa merumput di tempat matahari terbit. Jadi aku
tidak bisa memberikan Banteng Surga kepadamu!"
“Anakku, apa gunanya ini? Banteng Surga akan melahap padang rumput dan
menelanjangi tanah Uruk, meminum air sungai dalam tegukan besar dan
menghabiskan air di kanal Engilua. Dia akan mematahkan pohon palem Uruk, saat
dia membengkokkannya agar pas di mulutnya. Ketika dia berdiri, Banteng Surga
akan menenggelamkan Uruk, Gugalanna akan menenggelamkan Kullaba.”
Inanna yang suci menjawabnya, "Biarlah Banteng Surga melahap padang
rumput dan menelanjangi tanah Uruk, meminum air sungai dalam tegukan besar dan
menghabiskan air di kanal Engilua. Biarlah dia mematahkan pohon palem Uruk,
saat dia membengkokkannya agar pas di mulutnya. Ketika dia berdiri, biarlah
Banteng Surga menenggelamkan Uruk, biarlah Gugalanna menenggelamkan Kullaba.
Kalau tidak, aku akan berteriak dan membuat suaraku mencapai langit dan
bumi!"
Sang raja, An yang agung lalu menjawab Inanna yang suci, "Aku akan
memberinya Banteng Surga. Dia akan membuat suaranya mencapai langit dan
bumi, Inanna akan membuat suaranya mencapai langit dan bumi. Suaranya akan
menutupi mereka seperti pakaian wol, suaranya akan menyebar di atas mereka
seperti pakaian linen. Siapa yang bisa berbicara padanya? Siapa yang bisa
berbicara padanya? Aku akan memberinya Gugalanna.”
Gadis Inanna mencengkeram tali kekang Gugalanna dengan tambatan lapis
lazuli. Inanna yang suci membawa Banteng Surga turun ke Uruk. Banteng Surga
melahap padang rumput dan menelanjangi tanah Uruk, meminum air sungai dalam
tegukan besar dan menghabiskan air di kanal Engilua. Dia mematahkan pohon palem
Uruk, saat dia membengkokkannya agar pas di mulutnya. Ketika dia berdiri,
Banteng Surga menenggelamkan Uruk, Gugalanna menenggelamkan Kullaba.
Gilgamesh berbicara kepada musisinya Lugal-gabajal, "Musisiku,
Lugal-gabagal, mainkan lagumu, setel senarmu! Beri aku bir untuk diminum! Isi
lagi kendi perungguku!”
Lugal-gabagal menjawab kepada tuannya, Gilgamesh, "Tuanku, kau boleh
makan dan minum -- tapi bagiku, apa urusanku dengan hal ini?"
“Tuanku Gilgamesh, gadis Inanna membawa turun Banteng Surga ke Uruk.
Banteng Surga melahap padang rumput dan menelanjangi tanah Uruk, meminum air
sungai dalam tegukan besar dan menghabiskan air di kanal Engilua. Dia
mematahkan pohon palem Uruk, saat dia membengkokkannya agar pas di mulutnya.
Ketika dia berdiri, Banteng Surga menenggelamkan Uruk, Gugalanna menenggelamkan
Kullaba.”
Gilgamesh berbicara kepada Banteng Surga, "Gugalanna, mereka akan
melemparkan mayatmu di jalan-jalan sepi, dan melemparkan isi perutmu di
lapangan luas. Mereka akan menyerahkan bangkaimu kepada tukang daging, dan aku
akan membagikan dagingmu dalam keranjang kepada anak-anak janda di kotaku. Aku
akan membuat botol dari kedua tandukmu untuk menuangkan minyak yang baik bagi
Inanna di Eanna."
Inanna mengawasi dari atas benteng pertahanan kota. Banteng itu meraung
di tengah debu, dan Gilgamesh berjalan di depan banteng itu sementara Enkidu
memanjat tali. Penduduk kota mereka datang, Banteng itu menutupi mereka dengan
debu, seperti anak sapi muda yang tidak terbiasa dengan kuk. Enkidu berdiri di
belakang Banteng itu dan berputar, lalu dia berbicara kepada tuannya Gilgamesh,
"Tuanku yang agung, angkat tongkat jabatanmu, kau yang lahir dari garis
keturunan bangsawan, kemegahan para dewa, banteng ganas yang siap bertempur,
yang dihormati sebagai tuan besar Gilgamesh dari Uruk! Ibumu benar-benar
terampil dalam melahirkan anak, dan pengasuhmu benar-benar terampil dalam
menyusui anak-anaknya!”
Ketika Enkidu berbicara demikian kepada Gilgamesh, Gilgamesh sendiri
memukul tengkorak banteng itu dengan kapaknya yang beratnya tujuh talenta.
Banteng itu menjulang tinggi, begitu tinggi hingga kehilangan keseimbangannya.
Banteng itu berhamburan seperti hujan, menyebar seperti hasil panen.
Sang raja memegang pisaunya di tangannya, seperti seorang koki ahli. Dia
melempar Inanna dengan pahanya, membuatnya lari seperti seekor merpati, dan
menghancurkan benteng-benteng pertahanan kota itu. Berdiri di dekat kepala si
Banteng, sang raja menangis tersedu-sedu, "Sama seperti aku bisa
menghancurkanmu, aku juga akan melakukan hal yang sama padanya."
Sambil berbicara, dia melemparkan mayatnya di jalan-jalan sepi, dan
melemparkan isi perutnya di lapangan luas. Dia menyerahkan bangkainya kepada
tukang daging, dan dia membagikan dagingnya dalam keranjang kepada anak-anak
janda di kotanya. Dia membuat botol dari kedua tanduknya untuk menuangkan
minyak yang baik bagi Inanna di Eanna.
Atas kematian Gugalanna, sang Banteng Surga, Inanna yang suci, terpujilah engkau!
***
Kalau Anda menyukai kisah mitologi ini, Anda mungkin ingin membaca kisah mitologi Sumeria lainnya di sini; atau Anda justru ingin membandingkannya dengan versi Babilonia di sini.
***

Comments
Post a Comment