Polinka (Polinka ~ Anton Chekhov)
Polinka, seorang perempuan cati dan agak kurus yang ibunya adalah seorang penjahit, berdiri di tengah toko sambil mencari-cari seseorang. Seorang anak laki-laki beralis tebal berjalan ke arahnya dan bertanya, memandanginya penuh rasa ingin tahu, "Apa yang bisa saya bantu, Nyonya?"
"Nikolay Timofeitch yang selalu melayani saya," jawab Polinka.
Nikolay Timofeitch, seorang pemuda tampan berkulit gelap, berpakaian
modis, dengan rambut ikal dan pin besar di cravat1-nya, sudah menyiapkan tempat
di konter dan menjulurkan badannya, melihat ke arah Polinka dengan sebuah
senyum.
"Pagi, Pelagea Sergeevna!" dia berseru dengan suara bariton
hangat yang menyenangkan. "Apa yang bisa saya lakukan untuk Anda?"
"Selamat pagi!" kata Polinka, lalu menghampirinya. "Kau
lihat, aku kembali lagi.... Tunjukkan padaku beberapa gimp2,
tolong."
"Gimp --untuk apa?"
"Untuk rumbai bodice3 --untuk mengikat seluruh gaun,
sebenarnya."
"Tentu saja."
Nickolay Timofeitch meletakkan beberapa jenis gimp di hadapan Polinka; dia melihat ke rumbai-rumbai yang tergeletak dan mulai menawar.
"Oh, ayolah, satu rubel tidak mahal, Sayang," kata sang penjaga toko dengan
nada persuasif dan senyum mengejek. "Ini rumbai Perancis, sutra asli.... Kami punya yang biasa, kalau Anda suka, yang
lebih berat. Empat puluh lima kopek satu yard-nya; tentu saja,
kualitasnya tidak sama."
"Aku mau korset dengan manik-manik, dengan kancing gimp juga," kata Polinka,
membungkuk di atas gimp-gimp itu dan
mendesah untuk beberapa alasan. "Dan apa kau punya motif manik-manik yang
cocok?"
"Ada."
Polinka masih membungkuk di atas meja konter dan bertanya dengan lembut, "Kenapa kau pulang lebih cepat hari Kamis itu, Nikolay Timofeitch?"
"Hm! Sangat aneh kau menyadarinya," kata sang penjaga
toko, menyeringai. "Kau begitu serius dengan pelajar tampan itu... aneh
kau masih sempat memperhatikan hal itu!"
Polinka merona merah dan membisu. Dengan jari-jari yang gugup gemetar
sang penjaga toko menutup kotaknya, dan tanpa memilah menumpuk rumbai-rumbai
itu satu di atas yang lain. Lalu hening.
"Aku juga mau beberapa renda dengan manik-manik," kata Polinka,
mengangkat matanya dengan perasaan bersalah pada sang penjaga toko.
"Yang seperti apa? Hitam atau berwarna? Renda dengan manik-manik di
atas tulle4 adalah rumbai-rumbai yang sedang mode."
"Berapa harganya?"
"Yang hitam mulai delapan puluh kopek dan yang berwarna mulai dua setengah rubel. Aku tidak akan pernah datang dan menemuimu
lagi," Nikolay Timofeitch menambahkan dengan nada pelan.
"Kenapa?"
"Kenapa? Sederhana
saja. Kau harus mencari tahu
sendiri. Kenapa aku harus membahayakan diriku sendiri? Ini adalah perkara yang aneh! Apa kau mengira menyenangkan buatku melihat pelajar itu
berjalan denganmu? Aku melihat semuanya dan aku mengerti. Sejak musim gugur dia sudah jalan denganmu dan kau pergi berjalan-jalan
dengannya hampir setiap hari; dan ketika dia bersamamu, kau menatapnya seolah-olah dia adalah seorang malaikat. Kau jatuh cinta
padanya; tidak ada yang mengalahkannya di matamu. Nah, baiklah,
kalau begitu, tidak ada gunanya bicara."
Polinka tetap bungkam dan menggerak-gerakkan jarinya di meja konter
malu-malu.
"Aku melihat semuanya," sang penjaga toko meneruskan.
"Alasan apa yang membuatku mau datang dan menemuimu? Aku punya harga diri.
Tidak semua orang suka jadi penjaga nyamuk. Apa yang Anda inginkan?"
"Mama menyuruhku untuk mencari banyak bahan, tapi aku lupa. Aku mau
beberapa rumbai bulu juga."
"Yang seperti apa yang Anda mau?"
"Yang terbaik, sesuatu yang modis."
"Yang paling modis sekarang adalah bulu burung asli. Kalau Anda mau
warna yang paling modis, warna bunga heliotrope
atau kanak --warna ungu tua dengan
sedikit warna kuning di dalamnya. Kami punya banyak pilihan. Dan ke mana arah
hubungan ini, aku benar-benar tidak paham. Kau sedang jatuh cinta, dan
bagaimana itu akan berakhir?"
Sepotong kain berwarna merah jatuh di wajah Nikolay Timofeitch di dekat matanya. Dia meremas rumbai bulu lembut itu dengan tangannya dan bergumam, "Apa kau pikir dia akan mengawinimu --begitu? Sebaiknya kau lupakan saja semua angan-anganmu itu. Pelajar dilarang kawin. Dan apa kau kira dia datang menemuimu dengan niat baik? Bagus kalau begitu! Wah, pelajar-pelajar tampan itu tidak melihat kita sebagai manusia... mereka cuma menemui penjaga toko dan tukang jahit untuk menertawakan kebodohan mereka dan minum-minum. Mereka malu untuk minum di rumah dan gedung-gedung mewah, tapi dengan orang sederhana yang tidak berpendidikan seperti kita, mereka tidak peduli apa pun yang dipikirkan orang; mereka akan berdiri tegak. Ya! Baiklah, rumbai bulu yang mana yang akan Anda ambil? Dan kalau dia jalan denganmu dan bepergian denganmu, kita tahu apa yang dia cari... Ketika dia sudah jadi dokter atau pengacara dia akan mengingatmu: 'Ah,' dia akan bilang, 'Aku dulu punya kenangan yang indah! Aku penasaran di mana dia sekarang?' Bahkan sekarang aku yakin dia sedang pamer di depan teman-temannya bahwa dia sedang mengincar seorang tukang jahit kecil."
Polinka duduk dan termenung di atas tumpukan kotak putih.
"Tidak, aku tidak akan mengambil rumbai bulu," dia mendesah. "Mama lebih baik memilih sendiri; aku
bisa salah pilih. Aku mau enam yard rumbai untuk mantel, yang empat puluh kopek
se-yard-nya. Untuk mantel yang sama aku mau kancing batok kelapa, berlubang,
supaya bisa dijahit dengan kencang...."
Nikolay Timofeitch membungkus rumbai-rumbai dan kancing. Polinka
menatapnya dengan rasa bersalah dan jelas berharap pemuda itu terus bicara,
tapi dia tetap diam dengan cemberut sambil membungkus rumbai-rumbai bulu itu.
"Aku tidak boleh lupa beberapa kancing untuk gaun," kata
Polinka lagi setelah hening sebentar, mengusap bibir pucatnya dengan
saputangan.
"Yang seperti apa?"
"Ini untuk istri pemilik toko, jadi beri aku sesuatu
yang agak mencolok."
"Ya, kalau untuk istri pemilik toko, Anda sebaiknya
mengambil sesuatu yang cerah. Ini beberapa kancing. Kombinasi warna --merah,
biru, dan warna keemasan yang trendi. Sangat mencolok. Orang yang lebih berkelas lebih suka warna hitam kusam dengan pinggiran terang. Tapi aku
tidak paham. Apa kau tidak bisa melihat sendiri? Ke mana perjalanan ini
mengarah?"
"Aku tidak tahu," bisik Polinka, lalu dia membungkuk di atas
kancing-kancing itu; "Aku tidak tahu apa yang terjadi padaku, Nikolay Timofeitch."
Seorang penjaga toko kekar berkumis memaksa berjalan di belakang punggung Nikolay Timofeitch, mendesaknya ke meja konter, dengan raut wajah gagah, berteriak, "Mari-mari, Nyonya, mampirlah ke toko kami. Kami punya tiga macam kaus: yang polos, yang ada rajutannya, dan yang dihiasi manik-manik! Yang mana yang bisa saya tunjukkan kepada Anda?"
Pada saat yang sama seorang perempuan gemuk melewati Polinka, berkata dengan suara yang penuh, dalam, bernada bass, "Mereka harus mulus, dengan cap mereknya, tolong."
"Pura-pura mencari," bisik Nikolay Timofeitch, membungkuk di
depan Polinka dengan senyum yang dipaksakan. "Astaga, kau terlihat pucat
dan sakit; kau benar-benar berubah. Dia akan mencampakkanmu, Pelagea
Sergeevna! Atau kalau dia mengawinimu, itu bukan karena cinta tapi karena
nafsu; dia akan mengincar hartamu. Dia akan menghadiahi dirinya sendiri dengan
rumah mewah dari maharmu, lalu merasa malu bersamamu. Dia akan menjauhkanmu
dari teman-temannya dan tamu-tamu, karena kau tidak berpendidikan. Dia akan
memanggilmu 'istriku yang bodoh.' Kau tidak akan tahu bagaimana caranya
bersikap dalam lingkaran pergaulan dokter atau pengacara. Buat mereka, kau cuma
seorang tukang jahit, makhluk yang bodoh."
"Nikolay Timofeitch!" seseorang berteriak dari ujung toko.
"Perempuan muda di sini mau tiga yard pita dengan strip logam. Apa kita
punya?"
Nikolay Timofeitch berbalik, nyengir dan berteriak, "Ya, kita punya! Pita dengan strip garis logam, ottoman dengan strip satin, dan satin dengan strip moire5!"
"Oh ya, ngomong-omong, aku tidak boleh lupa, Olga memintaku
mencarikannya sepasang korset!" kata Polinka.
"Ada air mata di matamu," kata Nikolay Timofeitch cemas.
"Untuk apa itu? Pergilah ke bagian korset, aku akan menutupimu --ini jadi
tidak enak."
Dengan senyum yang dipaksakan dan sikap yang bebas dan santai, sang penjaga toko cepat mengarahkan Polinka ke bagian korset dan
menyembunyikannya dari pandangan orang di balik tumpukan kotak.
"Korset macam apa yang Anda mau?" dia bertanya dengan suara
keras, lalu berbisik, "Hapus air matamu!"
"Aku mau... aku mau... ukuran empat puluh delapan senti. Cuma saja
dia mau satu, bergaris... dengan tulang ikan paus asli.... Aku harus bicara
denganmu, Nikolay Timofeitch. Datanglah hari ini!"
"Bicara? Soal apa? Tidak ada lagi yang perlu dibicarakan."
"Kau adalah satu-satunya orang yang... peduli padaku, dan
aku sudah tidak punya orang untuk diajak bicara selain dirimu."
"Ini bukan dari ilalang atau baja, tapi tulang ikan paus asli....
Apa yang akan kita bicarakan? Tidak ada gunanya bicara. Kau akan berjalan-jalan
dengannya hari ini, kukira?"
"Ya; aku... aku."
"Lalu apa gunanya bicara? Bicara tidak akan membantu.... Kau sedang jatuh cinta, bukan?"
"Iya...," Polinka berbisik ragu-ragu, dan air mata mengalir
deras dari matanya.
"Apa yang harus kukatakan?" gumam Nikolay Timofeitch, mengangkat
bahunya dengan gugup dan wajahnya
memucat. "Tidak perlu bicara.... Hapus air matamu, itu saja. Aku... aku
tidak minta apa-apa."
Di saat yang bersamaan seorang penjaga toko yang tinggi, kurus, mendatangi tumpukan kotak itu, dan berkata kepada pelanggannya, "Mari saya tunjukkan beberapa garter6 elastis bagus yang tidak mengganggu sirkulasi, diakui oleh departemen kesehatan."
Nikolay Timofeitch menutupi Polinka, dan, berusaha menyembunyikan emosinya dan emosinya sendiri, mengerutkan wajahnya untuk tersenyum dan berkata lantang, "Ada dua jenis renda, Nyonya: katun dan sutra! Oriental, Inggris, Valenciennes, rajutan, torchon7, semuanya katun. Dan rococo, soutache8, Cambray, adalah sutra.... Demi Tuhan, hapus air matamu! Mereka datang kemari!"
Dan melihat air mata Polinka masih mengalir dia berkata lebih keras dari sebelumnya, "Spanyol, Rococo, soutache, Cambray... stoking, thread9, katun, sutra...."
***
Kalau Anda menyukai cerpen ini, Anda mungkin juga akan menyukai cerita pendek Anton Chekhov yang lain di sini; atau cerita pendek terjemahan dari penulis yang lain di sini.
***
Catatan kaki:
1 Cravat: dasi model lama; lebih mirip syal atau hiasan
leher.
2 Gimp: sebuah ornamen anyaman datar atau tali bundar
yang diakai sebagai renda atau rumbai-rumbai.
3 Bodice: bagian atas pakaian perempuan; bagian yang
ketat dari sebuah gaun.
4 Tulle: material seperti jaring; dipakai untuk
membuat cadar atau gaun.
5 Moire: motif dari dua pola --biasanya garis-garis--
yang ditumpuk (superimpose) jadi satu.
6 Garter: pengikat kaus kaki supaya tidak turun.
7 Torchon: kain kasar dengan motif geometris.
8 Southace: sejenis tali pita yang dipakai untuk menghias
seragam militer.
9 Thread: kain tipis dari katun atau nilon.

Comments
Post a Comment