Inanna Dan Shukaletuda (Mitologi Sumeria)
Sang ratu
berdiri di antara banteng-banteng liar di kaki gunung, dia memiliki kekuatan
ilahi sepenuhnya. Inanna berdiri di antara rusa-rusa jantan di puncak gunung,
dia memiliki kekuatan ilahi sepenuhnya. Sekarang, apa yang dikatakan seseorang
kepada yang lain? Apa lagi yang bisa ditambahkan seseorang kepada yang lain
secara terperinci?
Kemudian
Inanna meninggalkan surga, meninggalkan bumi, dan naik ke pegunungan. Dia
meninggalkan Eanna di Uruk dan naik ke pegunungan. Dia meninggalkan giguna di
Zabalam dan naik ke pegunungan. Saat dia naik dari Eanna, Inanna mengenakan
jubahnya dan naik ke pegunungan. Sekarang, apa yang dikatakan seseorang kepada
yang lain? Apa lagi yang bisa ditambahkan seseorang kepada yang lain secara
terperinci?
Enki
berkata kepada seekor burung gagak, "Gagak, aku akan memberimu perintah.
Perhatikan perintahku. Pertama, potong dan kunyah celak untuk pendeta mantra
Eridu dengan minyak dan air yang bisa ditemukan dalam mangkuk lapis lazuli dan
ditempatkan di ruang belakang kuil. Kemudian tanam mereka di parit di petak
sayuran untuk daun bawang, lalu kau harus mencabutnya.” Sekarang, apa yang
dikatakan seseorang kepada yang lain? Apa lagi yang bisa ditambahkan seseorang
kepada yang lain secara terperinci?
Burung
gagak itu memperhatikan dengan saksama perintah tuannya. Dia memotong dan
mengunyah celak untuk pendeta mantra Eridu dengan minyak dan air yang bisa
ditemukan dalam mangkuk lapis lazuli dan ditempatkan di ruang belakang kuil.
Dia menanamnya di parit di petak sayuran untuk daun bawang, lalu mencabutnya.
Tanaman yang tumbuh di petak sayuran untuk daun bawang, anehnya mencuat
seperti tangkai daun bawang -- siapa yang pernah melihat hal seperti itu
sebelumnya? Seekor burung gagak, melakukan pekerjaan manusia, membuat blok
penyeimbang shadouf terbentur dan diam, membuat blok penyeimbang shadouf
terbentur dan bangkit -- siapa yang pernah melihat hal seperti itu sebelumnya?
Kemudian
burung gagak itu bangkit dari keanehan ini, dan memanjat pohon kurma dengan
tali. Dia menggosok celak yang sudah dijejalkannya ke paruhnya ke putik pohon
kurma, pohon yang tumbuh selamanya -- siapa yang pernah melihat hal seperti itu
sebelumnya? Daunnya yang bersisik mengelilingi jantung palemnya. Daun palemnya
yang kering berfungsi sebagai bahan tenun. Tunasnya seperti garis berkilau
tukang ukur, mereka cocok ditanam di kebun raja. Cabang-cabangnya digunakan di
istana raja untuk membersihkan. Kurmanya, yang ditumpuk di dekat jelai yang
dimurnikan, cocok untuk kuil para dewa agung. Seekor burung gagak, melakukan
pekerjaan manusia, membuat blok penyeimbang shadouf terbentur dan diam, membuat
blok penyeimbang shadouf terbentur dan bangkit -- siapa yang pernah melihat hal
seperti itu sebelumnya? Atas perintah tuannya, burung gagak itu melangkah ke
dalam abzu. Sekarang, apa yang dikatakan seseorang kepada yang lain? Apa
lagi yang bisa ditambahkan seseorang kepada yang lain secara terperinci?
Shukaletuda
adalah namanya. Dia adalah seorang putra dari Igi-sigsig, Dia menyirami
petak-petak kebun dan membangun sumur di antara tanaman, tapi tidak ada satu
pun tanaman yang tersisa di sana, tidak satu pun, lalu dia mencabutnya dari
akar-akarnya dan menghancurkannya. Lalu apa yang dibawa oleh angin badai? Angin
itu meniupkan debu gunung ke matanya. Ketika dia mencoba menyeka sudut matanya
dengan tangannya, dia mengeluarkan sebagiannya, tapi tidak bisa mengeluarkan
semuanya. Dia mengangkat matanya ke tanah yang lebih rendah dan melihat para
dewa yang agung dari tanah tempat matahari terbit. Dia mengangkat matanya ke
dataran tinggi dan melihat para dewa yang agung dari tanah tempat matahari
terbenam. Dia melihat iblis yang menyendiri. Dia mengenali dewa yang menyendiri
dari penampilannya. Dia melihat seseorang yang sepenuhnya memiliki kekuatan
ilahi. Dia melihat seseorang yang takdirnya sudah ditetapkan oleh para dewa.
Dalam petak itu -- bukankah dia sudah mendekatinya lima atau sepuluh kali
sebelumnya? -- di tempat itu berdiri sebuah pohon yang rindang. Pohon yang
rindang itu adalah pohon poplar Efrat yang rindang. Kerindangannya tidak
berkurang di pagi hari, dan tidak berubah baik di siang hari maupun di sore
hari.
Suatu
ketika, sesudah Inanna mengelilingi surga, sesudah dia mengitari bumi, sesudah
dia mengitari Elam dan Subir, sesudah dia mengitari cakrawala surga yang saling
terkait, sang ratu menjadi sangat lelah sehingga ketika dia tiba di sana dia
berbaring di dekat akarnya. Shukaletuda memperhatikannya dari samping petaknya.
Inanna mengenakan kain cawat dari tujuh kekuatan ilahi di atas alat kelaminnya.
Inanna mengenakan ikat pinggang dari tujuh kekuatan ilahi di atas alat
kelaminnya Shukaletuda membuka kain cawat dari tujuh kekuatan ilahi dan
membuatnya berbaring di tempat peristirahatannya. Dia berhubungan dengannya dan
menciumnya di sana. Sesudah dia berhubungan dengannya dan menciumnya, dia
kembali ke samping petaknya. Ketika hari sudah fajar dan Utu sudah bangun,
Inanna yang suci memeriksa dirinya sendiri dengan saksama.
Lalu
Inanna mempertimbangkan apa yang harus dilakukan karena hal itu. Dia mengisi
sumur-sumur di negeri itu dengan darah, sehingga kebun-kebun buah yang diairi
di negeri itu menghasilkan darah, darah yang diminum budak yang pergi
mengumpulkan kayu bakar, darah yang diminum budak perempuan yang pergi
mengambil air, dan darah yang diminum orang-orang berkepala hitam. Tidak
seorang pun tahu kapan ini akan berakhir. Dia berkata, "Aku akan mencari
ke mana pun laki-laki yang sudah meniduriku." Tapi, dia tidak bisa
menemukan laki-laki yang sudah menidurinya di mana pun. Sekarang, apa yang
dikatakan seseorang kepada yang lain? Apa lagi yang bisa ditambahkan seseorang
kepada yang lain secara terperinci?
Sementara
itu Shukaletuda pulang ke rumah ayahnya dan berkata kepadanya, "Ayahku,
aku sudah menyirami petak-petak kebun dan membangun sumur di antara tanaman,
tapi tidak ada satu pun tanaman yang tersisa di sana, tidak satu pun, lalu aku
mencabutnya dari akar-akarnya dan menghancurkannya. Lalu apa yang dibawa oleh
angin badai? Angin itu meniupkan debu gunung ke mataku. Ketika aku mencoba
menyeka sudut mataku dengan tanganku, aku mengeluarkan sebagiannya, tapi tidak
bisa mengeluarkan semuanya. Aku mengangkat mataku ke tanah yang lebih rendah,
dan melihat para dewa yang agung dari tanah tempat matahari terbit. Aku
mengangkat mataku ke dataran tinggi, dan melihat para dewa yang agung dari
tanah tempat matahari terbenam. Aku melihat iblis yang menyendiri. Aku mengenali
dewa yang menyendiri dari penampilannya. Aku melihat seseorang yang sepenuhnya
memiliki kekuatan ilahi. Aku sedang melihat seseorang yang takdirnya sudah
ditetapkan oleh para dewa. Dalam petak itu -- bukankah aku sudah mendekatinya
lima atau sepuluh kali sebelumnya? -- di tempat itu berdiri sebuah pohon yang
rindang. Pohon yang rindang itu adalah pohon poplar Efrat yang rindang.
Kerindangannya tidak berkurang di pagi hari, dan tidak berubah baik di siang
hari maupun di sore hari.”
"Suatu ketika, sesudah Inanna mengelilingi surga, sesudah dia mengitari bumi, sesudah dia mengitari Elam dan Subir, sesudah dia mengitari cakrawala surga yang saling terkait, sang ratu menjadi sangat lelah sehingga ketika dia tiba di sana dia berbaring di dekat akarnya. Aku memperhatikannya dari samping petaknya. Aku berhubungan dengannya dan menciumnya di sana. Kemudian aku kembali ke samping petakku.”
"Lalu
Inanna mempertimbangkan apa yang harus dilakukan karena hal itu. Dia mengisi
sumur-sumur di negeri itu dengan darah, sehingga kebun-kebun buah yang diairi
di negeri itu menghasilkan darah, darah yang diminum budak yang pergi
mengumpulkan kayu bakar, darah yang diminum budak perempuan yang pergi
mengambil air, dan darah yang diminum orang-orang berkepala hitam. Tidak
seorang pun tahu kapan ini akan berakhir. Dia berkata, ‘Aku akan mencari ke
mana pun laki-laki yang sudah meniduriku.’ Tapi, dia tidak bisa menemukan
laki-laki yang sudah menidurinya di mana pun."
Ayahnya
menjawab anaknya, Shukaletuda, "Anakku, kau harus bergabung dengan
penduduk kota, saudara-saudaramu. Pergilah segera kepada orang-orang berkepala
hitam, saudara-saudaramu! Maka gadis itu tidak akan menemukanmu di antara
pegunungan." Dia bergabung dengan penduduk kota, saudara-saudaranya. Dia
segera pergi kepada orang-orang berkepala hitam, saudara-saudaranya, dan gadis
itu tidak bisa menemukannya di antara pegunungan.
Kemudian
Inanna mempertimbangkan lagi apa yang harus dilakukan karena hal itu. Dia naik
ke atas awan, duduk di sana dan angin selatan dan banjir badai yang menakutkan
mendahuluinya. Pilipili dan badai debu mengikutinya. Abba-susu,
Inim-kur-dugdug, penasihatnya, dan tujuh kali tujuh pembantu berdiri di
sampingnya di padang pasir yang tinggi. Dia berkata, "Aku akan mencari ke
mana pun laki-laki yang sudah meniduriku." Tapi, dia tidak bisa menemukan
laki-laki yang sudah menidurinya di mana pun.
Shukaletuda
pulang lagi ke rumah kepada ayahnya dan berbicara kepadanya, "Ayahku,
gadis yang kuceritakan kepadamu, Inanna sedang mempertimbangkan untuk kedua
kalinya apa yang harus dilakukan karena hal itu. Dia naik ke atas awan, duduk
di sana dan angin selatan dan banjir badai yang menakutkan mendahuluinya. Pilipili
dan badai debu mengikutinya. Abba-susu, Inim-kur-dugdug, penasihatnya, dan
tujuh kali tujuh pembantu berdiri di sampingnya di padang pasir yang tinggi.
Dia berkata, ‘Aku akan mencari ke mana pun laki-laki yang sudah menidurinya.’
Tapi dia tidak bisa menemukan laki-laki yang sudah menidurinya di mana
pun."
Ayahnya
menjawab anaknya Shukaletuda, "Anakku, kau harus bergabung dengan penduduk
kota, saudara-saudaramu. Pergilah segera kepada orang-orang berkepala hitam,
saudara-saudaramu! Maka gadis itu tidak akan menemukanmu di antara
pegunungan." Dia bergabung dengan penduduk kota, saudara-saudaranya. Dia
segera pergi kepada orang-orang berkepala hitam, saudara-saudaranya, dan gadis
itu tidak bisa menemukannya di antara pegunungan.
Kemudian
Inanna mempertimbangkan untuk ketiga kalinya apa yang harus dilakukan karena
hal itu. Dia mengambil satu batu besar di tangannya. Dia memblokir jalan raya
negeri itu dengannya. Karena dia, orang-orang berkepala hitam tidak bisa
keluar-masuk kota. Dia berkata, "Aku akan mencari ke mana pun laki-laki
yang sudah meniduriku." Tapi, dia tidak bisa menemukan laki-laki yang
sudah menidurinya di mana pun.
Shukaletuda
sekali lagi pulang ke rumah kepada ayahnya dan berbicara kepadanya,
"Ayahku, gadis yang kuceritakan kepadamu, Inanna sedang mempertimbangkan
untuk ketiga kalinya apa yang harus dilakukan karena hal itu. Dia mengambil
satu batu besar di tangannya. Dia memblokir jalan raya negeri itu dengannya.
Karena dia, orang-orang berkepala hitam tidak bisa keluar-masuk kota. Dia
berkata, ‘Aku akan mencari ke mana pun laki-laki yang sudah meniduriku.’ Tapi
dia tidak bisa menemukan laki-laki yang sudah menidurinya di mana pun."
Ayahnya
menjawab anaknya Shukaletuda, "Anakku, kau harus bergabung dengan penduduk
kota, saudara-saudaramu. Pergilah segera kepada orang-orang berkepala hitam,
saudara-saudaramu! Maka gadis itu tidak akan menemukanmu di antara
pegunungan." Dia bergabung dengan penduduk kota, saudara-saudaranya. Dia
segera pergi kepada orang-orang berkepala hitam, saudara-saudaranya, dan gadis
itu tidak bisa menemukannya di antara pegunungan.
Ketika
hari mulai terang dan Utu sudah bangun, Inanna yang suci memeriksa dirinya
sendiri dengan saksama. "Ah, siapa yang akan mengganti rugiku? Ah, siapa
yang akan membayar atas apa yang terjadi padaku? Bukankah seharusnya itu
menjadi urusan ayahku, Enki?"
Inanna
yang suci mengarahkan langkahnya ke abzu Eridu dan bersujud di tanah di
hadapan Enki dan mengulurkan tangannya kepadanya, "Enki, aku harus diberi
ganti rugi! Terlebih lagi, seseorang harus membayar atas apa yang terjadi
padaku! Aku hanya akan kembali ke kuilku Eanna dengan perasaan puas sesudah kau
menyerahkan orang itu kepadaku dari abzu."
Enki
berkata kepadanya, "Baiklah!"
Dengan
itu Inanna yang suci keluar dari abzu Eridu. Dia merentangkan tubuhnya
seperti pelangi di langit sampai sejauh bumi. Dia membiarkan angin selatan
lewat, dia membiarkan angin utara lewat. Karena takut, Shukaletuda mencoba
membuat dirinya sekecil mungkin, tapi gadis itu sudah menemukannya di antara
pegunungan.
Shukaletuda
berkata kepada Inanna yang suci, "Nona, aku sudah menyirami petak-petak
kebun dan membangun sumur di antara tanaman, tapi tidak ada satu pun tanaman
yang tersisa di sana, tidak satu pun, lalu aku mencabutnya dari akar-akarnya
dan menghancurkannya. Lalu apa yang dibawa oleh angin badai? Angin itu
meniupkan debu gunung ke mataku. Ketika aku mencoba menyeka sudut mataku dengan
tanganku, aku mengeluarkan sebagiannya, tapi tidak bisa mengeluarkan semuanya.
Aku mengangkat mataku ke tanah yang lebih rendah, dan melihat para dewa yang
agung dari tanah tempat matahari terbit. Aku mengangkat mataku ke dataran
tinggi, dan melihat para dewa yang agung dari tanah tempat matahari terbenam.
Aku melihat iblis yang menyendiri. Aku mengenali dewa yang menyendiri dari
penampilannya. Aku melihat seseorang yang sepenuhnya memiliki kekuatan ilahi.
Aku sedang melihat seseorang yang takdirnya sudah ditetapkan oleh para dewa.
Dalam petak itu -- bukankah aku sudah mendekatinya lima atau sepuluh kali
sebelumnya? -- di tempat itu berdiri sebuah pohon yang rindang. Pohon yang
rindang itu adalah pohon poplar Efrat yang rindang. Kerindangannya tidak
berkurang di pagi hari, dan tidak berubah baik di siang hari maupun di sore
hari.”
"Suatu
ketika, sesudah Inanna mengelilingi surga, sesudah dia mengitari bumi, sesudah
dia mengitari Elam dan Subir, sesudah dia mengitari cakrawala surga yang saling
terkait, sang ratu menjadi sangat lelah sehingga ketika dia tiba di sana dia
berbaring di dekat akarnya. Aku
memperhatikannya dari samping petaknya. Aku berhubungan dengannya dan
menciumnya di sana. Kemudian aku kembali ke samping petakku.”
Ketika
Shukaletuda berbicara demikian kepadanya, Inanna memukulnya dan menentukan
takdir untuknya, Inanna yang suci berbicara kepada Shukaletuda, "Jadi! Kau
akan mati! Apa artinya itu bagiku? Tidak ada. Tapi, namamu tidak akan
terlupakan. Namamu akan ada dalam lagu-lagu dan membuat lagu-lagu itu indah.
Seorang penyanyi muda akan membawakannya dengan sangat menyenangkan di istana
raja. Seorang gembala akan menyanyikannya dengan indah saat dia memutar
pengaduk menteganya. Seorang gembala muda akan membawa namamu ke tempat dia
menggembalakan domba. Istana gurun akan menjadi rumahmu."
Karena
takdir sudah ditetapkan, terpujilah Inanna!
***
Kalau Anda menyukai kisah mitologi ini, Anda mungkin ingin membaca kisah mitologi Sumeria lainnya di sini.
***

Comments
Post a Comment