Perbedaan Penyaliban (Crucifixion Variations ~ Lawrence Person)

Perbedaan Penyaliban (Crucifixion Variations ~ Lawrence Person)

Saya bertanggung jawab atas Proyek Yerusalem karena saya lebih menyukai administrasi daripada fisika. Philip Morley menghancurkan dunia saya karena dia lebih mencintai Tuhan daripada fisika.

Saya sedang melakukan tugas administratif universitas yang sangat penting, mengisi proposal hibah, ketika Phil menyerbu ke kantor saya dengan sebuah berita.

"Kita berhasil!" katanya. Ekspresi wajahnya menunjukkan kegembiraan yang luar biasa, hampir menakutkan dalam intensitasnya. "Saya sudah menemukan Dia!"

Dia. Tidak salah lagi ada huruf kapital dalam suaranya.

Phil sudah mendokumentasikan keberadaan Yesus Kristus.

Itu adalah puncak dari kerja tiga tahun, lima ratus ribu jam kerja, dan penelitian senilai beberapa juta dolar. Itu adalah satu pencapaian terpenting dalam fisika sejak penguraian awal gelombang peristiwa subquark, dan penemuan sejarah terpenting sejak —yah, selamanya. Singkatnya, itu adalah sejenis terobosan sekali seumur hidup yang akan memahkotai karier kami dan membuat Phil dan saya terkenal selama sisa hidup kami. Saya seharusnya gembira mendengar berita itu.

Seharusnya, kecuali kenyataan bahwa saya adalah  seorang ateis.

***

Philip Morley adalah kebalikan saya dalam hampir semua hal: bersemangat, pemarah, blak-blakan, keras kepala, lincah. Seorang Kristen yang taat —seorang Baptis evangelis1— Phil adalah kejutan ganda bagi seseorang yang selalu menganggap kaum evangelis sebagai noda putih dalam setelan pakaian poliester yang buruk.

Dia juga seorang jenius.

Dalam batasan intelektual yang luhur dari profesi saya, saya mengenal tepat tiga orang jenius dengan nama depannya. Yang satu adalah pemenang Hadiah Nobel, yang lain Dekan Sains di sebuah universitas besar pada usia empat puluh tiga tahun. Yang ketiga adalah Phil. Kekuatan intelektualnya yang luar biasa merupakan sumber keheranan dan kecemburuan bagi saya, karena saya sudah lama menerima kenyataan bahwa, sebagai fisikawan partikel, saya adalah seorang yang biasa-biasa saja.

Dulu kenyataan itu akan menyakitkan saya. Seperti banyak rekan senegara saya, saya terjun dalam bidang ini sebagai seorang perawan intelektual, penuh dengan antusiasme dan sangat naif. Saya melihat diri saya sebagai Ilmuwan Heroik, berbaris seirama dengan Einstein dan Hawking untuk berperang melawan alam semesta dan merebut jawaban atas Pertanyaan Besar.

Tapi, itu terjadi sebelum saya menabrak tembok keterbatasan intelektual saya sendiri, sebelum menyadari bahwa saya cuma sedikit pintar di bidang yang dipenuhi dengan kecemerlangan. Dalam profesi yang pekerjaan terpentingnya diselesaikan sebelum umur empat puluh, saya sangat menyadari status saya sebagai orang yang tidak beruntung. Setelah kesadaran brutal itu, saya berjuang untuk sementara waktu, cukup baik untuk mendapatkan serangkaian jabatan asisten profesor non-tenure-track2 sebagai pekerja migran pertanian akademis. Kemungkinan besar saya akan menghabiskan sisa hari-hari saya mengajar fisika mahasiswa baru di perguruan tinggi lokal kalau saja tidak ada kejadian yang tiba-tiba.

Seorang mantan teman sekamar saya saat kuliah sudah menjadi salah satu tokoh terkemuka di bidangnya, mendapatkan proyek yang menguntungkan di universitas besar, dan karena itu melibatkan subjek disertasi saya, dia menggunakan pengaruhnya untuk memasukkan saya ke dalam tim. Bahkan saat itu saya mungkin tidak akan pernah mendengar tentang Proyek Yerusalem seandainya stroke dini yang dialami teman saya tidak mengakibatkan promosi jabatan saya, ketika pada saat itu saya menemukan bakat saya dalam mengelola orang jauh melampaui kemampuan mengelola ruang tumbukan sub-quark bertahap.

Mereka yang bisa, melakukannya; mereka yang tidak bisa, mengajar; dan mereka yang tidak bisa mengajar, mengelola. Saya pikir itu agak lucu ketika pertama kali melihatnya terpampang di tengah sekumpulan kartun di pintu kantor penasihat fakultas saya. Begitu saya menjadi korbannya, saya merasa lelucon itu ditujukan buat saya.

Tapi, Anda belajar untuk menikmati hal-hal yang Anda lakukan dengan baik. Saya menemukan bahwa saya bisa menulis laporan, menyeimbangkan anggaran, dan merayu calon donor dengan mudah. Proyek awal saya selesai tepat waktu dan di bawah anggaran, menghasilkan lebih dari dua lusin makalah untuk para peneliti dan mahasiswa pascasarjana yang terlibat —cukup banyak dengan nama saya sebagai penulis bersama untuk memenuhi persyaratan saya untuk bisa menerbitkan-atau-dilupakan selama satu dekade ke depan. Keberhasilan awal saya menyebabkan saya ditugaskan untuk menangani proyek kedua, kemudian yang ketiga, masing-masing merupakan prestasi tersendiri dalam catatan administrasi saya.

Mendengarkan setiap administrator sains yang sukses selama beberapa waktu dan Anda akan mendengar paduan suara desahan frustrasi tentang tumpukan dokumen yang menghalangi mereka dari cinta pertama dan satu-satunya dan yang sejati: penelitian murni. "Oh, kalau saja saya bisa meninggalkan meja saya dan kembali ke lab," kata mereka, "saya akan menjadi (kata ganti orang sesuai gender di sini) yang bahagia." Beberapa dari mereka, mereka yang benar-benar sudah melakukan penelitian penting di masa muda mereka, bahkan mempercayainya. Saya sendiri kadang-kadang membuat suara yang sama, tapi cuma untuk mempertahankan image.

Sebenarnya, godaan penelitian fundamental tidak lagi memiliki daya tarik. Sudah pernah mengalaminya, melakukannya, dan saya lebih baik dalam membuat makalah. Saya akhirnya menemukan posisi ketika yang biasa-biasa saja adalah suatu prestasi.

Bukan berarti saya sakit hati.

Sungguh.

Bagaimanapun, saya tidak punya alasan untuk menjadi begitu. Saya mendapatkan gaji yang tinggi, menjalani kehidupan yang baik, dan cukup nyaman berjemur dalam cahaya kemuliaan yang terpantul. Bertahun-tahun kekacauan pribadi membuat Anda sangat menghargai stabilitas.

Sebagai bekas pecandu alkohol, Phil adalah penggemar berat stabilitas. Menurut pengakuannya sendiri, dia sudah menghabiskan dua tahun yang sulit menenggelamkan dirinya dalam botol sebelum meraih Yesus sebagai penyelamat hidupnya. Kejujuran Phil yang apa adanya tentang tahun-tahun itu akhirnya meyakinkan saya untuk mempekerjakannya meskipun catatannya tidak konsisten —dan agamanya.

Pekerjaan Phil sangat mengesankan selama dua belas tahun pertama karier pascadoktoralnya, benar-benar buruk selama dua tahun minum, dan akhirnya menjadi sebuah terobosan selama lima tahun setelah pemulihannya. Tapi, sebaik apa pun catatan penelitiannya, hal itu tidak bisa menyembunyikan fakta bahwa sebagian besar rekannya menganggapnya memiliki ego sebesar Kanada. "Peneliti yang brilian, manusia yang kacau," adalah penilaian langsung dari seorang rekannya.

Lebih buruk lagi, Phil bukan cuma seorang Kristen, dia adalah seorang Kristen yang agresif. Di posisi lamanya, dia sering memicu pertengkaran tentang peristiwa-peristiwa yang remeh-temeh seperti dosa asal dan kesempurnaan Alkitab. Bagi seorang ateis sejati, seorang fisikawan yang bicara tentang Yesus dan penebusan dosa dengan keyakinan yang sama seperti saat dia membahas quark dan lepton, paling minimal adalah sebuah gangguan, dan paling buruk adalah bahaya yang nyata. Kaum fundamentalis yang mengutip Alkitab boleh saja mendanai dana gelap departemen atletik, tapi merupakan ancaman nyata saat menyebarkan Injil kepada rekan-rekan yang tidak mau menerimanya. Hal terakhir yang saya inginkan adalah seorang fanatik yang gila yang menyebarkan agama kepada mahasiswa pascasarjana.

Saya sudah menemukan catatan Phil yang sangat beragam saat pertama kali meninjau lamaran sebagai Kepala Peneliti Proyek Yerusalem. Dengan mengingat hal-hal negatifnya, saya menggeser map Phil di bawah enam kandidat lain yang memenuhi syarat, tempat map itu tetap berada di sana sampai, pada suatu malam ketika saya tidak bisa tidur, saya menyelesaikan makalah-makalah relevan milik semua orang dan mulai mengerjakan makalah Phil.

Kecuali Anda bicara matematika, menjelaskan bagaimana dan kenapa karya Phil jauh melampaui karya orang lain adalah hal yang mustahil. Sebenarnya, ada beberapa bagian yang sulit saya pahami, halaman-halaman yang teksnya hampir hilang di tengah-tengah benteng-benteng persamaan perubahan fase subkuantum yang sulit. Tapi setelah mencernanya, saya yakin akan dua hal: Philip Morley dua kali lebih pintar dan lebih memenuhi syarat daripada orang lain untuk pekerjaan ini, dan, kalau saya membaca persamaannya dengan benar, dia bisa memangkas enam bulan hingga satu tahun dari tanggal penyelesaian proyek yang dijadwalkan.

Yang membuat saya punya masalah.

Kejeniusan itu baik dan bagus —pada tempatnya. Beberapa pemikir fisika yang paling cerdas juga termasuk di antara kepribadian yang paling menyenangkan, dan orang-orang yang diberkati seperti itu benar-benar menyenangkan untuk diajak bekerja sama. Tapi, tipe jenius yang tidak peduli dengan apa pun di luar orbit intelektualnya sendiri yang aneh adalah orang yang sangat menyebalkan. Berikan saya seorang peneliti yang biasa-biasa saja tapi solid daripada seorang primadona kapan saja. Memotong enam hingga dua belas bulan dari sebuah proyek tidak berarti apa-apa kalau itu bisa menhemat sepuluh tahun dari hidup saya.

Dan akhirnya, tentu saja, itu kembali ke agama. Meskipun saya protes dengan toleransi yang ceria, saya diam-diam menikmati kesenangan yang menyimpang ketika melaksanakan Proyek Yerusalem hanya untuk mendapatkan kesempatan berada di sana ketika proyek itu gagal.

Dan itulah sebabnya saya ragu untuk mempekerjakan Phil. Bagaimana kalau dia menyangkal keberadaan Yesus dan menolak mengakuinya? Bagaimana kalau dia menolak untuk mengesahkan hasilnya, atau bersikeras untuk menjalankan kembali percobaan itu sampai dia berhasil? Bagaimana kalau dia mencoba memalsukan hasilnya, memalsukan catatan agar tidak menghadapi kenyataan bahwa agama yang sudah menyelamatkan hidupnya adalah agama yang hampa?

Saya tidak pernah benar-benar membayangkan keberhasilannya. Saya sudah lama menganggap dogma Kristen sebagai campuran penipuan yang diromantisasi, fantasi yang tidak masuk akal, dan sentimentalitas yang melankolis. Itu adalah permainan tipu daya berumur dua ribu tahun yang dirancang untuk membuat kelas pendeta tetap bisa menikmati anggur dan perempuan tanpa memaksa mereka mengotori tangan mereka dengan melakukan pekerjaan nyata. Gagasan bahwa absurditas Luddite3 seperti "kreasionisme ilmiah" mengambil inspirasi dari fakta adalah sesuatu yang saya anggap di luar kemungkinan.

Karena tidak bisa menyelesaikan teka-teki mental ini, akhirnya saya memutuskan untuk bertemu Phil secara langsung. Dengan begitu saya bisa melihat apakah dia bertindak secerdas dokumennya atau sebodoh reputasinya.

***

Ketika saya melangkah masuk ke laboratorium, holotank4 itu menggambarkan seorang laki-laki berdiri di atas langkan batu, semak-semak kerdil dan pepohonan mengintip melalui bebatuan di belakangnya. Di depannya, kerumunan kecil, mungkin sebanyak seratus orang, berdiri menyaksikan dia bicara.

"Di sana," kata Phil lembut, sambil menunjuk, senyumnya masih lebar.

Dia tampak tidak seperti potret standar Yesus. Kulit dan rambutnya lebih gelap dari yang biasanya digambarkan, yang terakhir itu tidak terawat kecuali diikat oleh dua pita logam. Wajahnya memiliki corak Semit yang jelas, mirip dengan orang Arab modern, tapi dengan bibir khas Afrika. Pakaiannya lebih mirip tunik Romawi pada masa itu daripada jubah panjang yang biasanya dikenakannya. Tapi, matanya...

Matanya tajam, memesona —lebih seperti mata seorang demagog yang karismatik, seperti Adolf Hitler atau Charles Manson, daripada seorang mesias yang penuh kebahagiaan. Tapi, itu adalah mata seorang laki-laki yang luar biasa, dan untuk pertama kalinya saya mulai mempertimbangkan kemungkinan bahwa Phil mungkin benar-benar berhasil.

"Bagaimana kau tahu?"

"Dengar. Ruth, teruskan menelusuri gelombang ini, tapi kembali sekitar lima belas menit dan proyeksikan gambarnya di tangki."

Atas perintah Phil, pemandangan itu berkedip, lalu menjadi hidup. Laki-laki di langkan itu bicara dengan kekuatan dan keyakinan yang besar dalam bahasa asing yang tidak saya mengerti. Sesekali gelombang statis akan memecah gambar, tapi algoritma perubahan fase Phil sudah mengurangi gangguan jauh di bawah proyeksi yang diciptakan kembali dari abad pertama yang pernah saya lihat.

"Apa yang dia katakan?"

"Itu bahasa Aram. Ruth, buka program Dr. Silver dan jalankan terjemahan bersamaan." Atas perintah Phil, ucapan bahasa Aram memudar menjadi bisikan dan terjemahan bahasa Inggris muncul sebagai gantinya.

"... jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu5.”

Khotbah di Bukit6,” bisik Phil, suaranya dipenuhi rasa kagum. Saya berpaling dari holotank untuk menatapnya, dan melihat air mata —saya hanya bisa berasumsi itu adalah kegembiraan— mengalir di wajahnya.

“Kurasa kita harus memberi tahu para sponsor,” kata saya.

“Tidak, belum. Aku ingin melacak fase gelombang sampai akhir. Dalam sebulan ini kita harus bisa menyerahkan semuanya kepada mereka.”

Kami terdiam cukup lama. “Baiklah, Phil, kurasa kau sudah melakukannya,” kataku lemah, merasa mati rasa. “Kurasa aku harus mentraktirmu minum.”

Mendengar itu Phil tertawa terbahak-bahak, seolah mencoba melepaskan semua kegembiraan di tubuhnya sekaligus. Kemudian dia melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukannya sebelumnya —mencengkeramku dalam pelukan beruang yang begitu kuat hingga mengangkatku dari lantai, air matanya membasahi pipiku.

“Belikan Diet Coke, sobat,” katanya, sambil tertawa dan menangis pada saat yang sama, “belikan Diet Coke.”

***

Bagaimana dan kenapa peristiwa gelombang sub-quark ditangkap dan dibaca, bagaimana mereka membiarkan kita melihat masa lalu, dan kenapa mereka hanya menunjukkan kepada kita masa lalu yang mungkin, sulit dijelaskan. Jadi alih-alih ceramah teknis, saya akan terlibat dalam apa yang disebut jurnalis sains populer sebagai “penyederhanaan.” Dalam dunia akademis, kami menyebutnya “berbohong.”

Dalam kebun binatang makhluk sub-quark yang ditemukan oleh Daniels dan Chung pada tahun 2007, partikel-E adalah yang menjadi perhatian utama. Seperti saudara-saudaranya yang lebih eksotis, partikel-E sangat sulit dibuat dari awal (setidaknya bagi kita yang tidak memiliki supercollider seratus triliun elektron-volt di ruang bawah tanah kita), tapi sangat mudah untuk “dikembangbiakkan” setelah Anda membuatnya. Karena mereka termasuk partikel sub-quark yang paling mendasar dan ada di mana-mana, secara teori (dan di sinilah kebohongan itu muncul) setiap partikel-E tidak hanya terhubung ke setiap partikel-E lainnya, tapi juga dengan setiap partikel sub-quark lainnya.

Hubungan itu tidak hanya ada di sini dan sekarang, tapi juga di seluruh keberadaan partikel-E. Karena jumlah "energi" sub-kuantum yang dibawa oleh partikel-E menurun sangat, sangat lambat dalam jangka waktu yang lama, kami menggunakan proses berdasarkan model transfer energi yang kompleks untuk melacak hilangnya energi partikel-E kembali melalui sejarah, dan setelah Anda mempelajari cara memodelkan, memanipulasi, dan merekam status energi partikel-E dengan benar pada waktu yang ditentukan, adalah mungkin untuk "melihat" masa lalu melalui penciptaan ulang komputer berdasarkan posisi partikel-E.

Atau, lebih tepatnya, masa lalu yang mungkin.

Nah, di sinilah semuanya menjadi rumit. Karena gelombang peristiwa diekstraksi menggunakan daya pemrosesan komputer dalam jumlah besar, dan karena efek kuantum membuat mustahil untuk menghilangkan setiap varian terakhir dalam pembuatan ulang gelombang peristiwa, tidak ada jaminan bahwa peristiwa yang direkam benar-benar terjadi seperti yang digambarkan dalam simulasi komputer. Ketidakmampuan untuk membedakan antara masa lalu yang "benar" dan "salah" tidak bisa dihindari dan semakin buruk ketika semakin dekat dengan masa kini, ketika rasio sinyal terhadap gangguan menjadi sangat negatif sehingga tidak ada jumlah daya pemrosesan yang mampu menyelesaikan gelombang peristiwa menjadi gambar yang koheren. Istilah teknis yang kami gunakan untuk gangguan ini adalah "fuzzy", dan setelah Anda melewati sekitar abad ketiga belas Masehi, hampir semuanya sudah terkena fuzzy.

Irving Weintraub menjelaskan bagaimana dan kenapa ini benar (dalam istilah awam) dalam bukunya The Disappearing Greek: Sub- Quantum Event Waves and the Recording of History. Dalam sampul judul bukunya, tim fisika menyelesaikan gelombang peristiwa yang menggambarkan pertempuran kecil dari Perang Peloponnesia7. Rekreasi komputer memperlihatkan dua tentara terbunuh, lalu dikubur, di samping tonjolan batu sekitar empat puluh mil ke arah pedalaman dari pantai Aegea. Nah, ternyata tonjolan batu itu masih ada, dan ketika ekspedisi arkeologi dikirim untuk memeriksa situs tersebut —voila!— sisa-sisa jasad seorang tentara Yunani, salah satu dari dua yang digambarkan oleh komputer (hingga kalung keberuntungannya dan penyok pada baju besinya) digali. Tapi, inilah yang mengejutkan: meskipun penggambaran gelombang peristiwa memperlihatkan keduanya dikubur berdampingan di kuburan yang sama, sama sekali tidak ada tanda-tanda rekannya, atau situs tersebut terganggu sejak penguburan awal. Rekreasi komputer sudah memperlihatkan peristiwa sejarah yang sebelumnya tidak diketahui dan bisa diverifikasi, tapi peristiwa tersebut tidak benar-benar tepat terjadi seperti yang digambarkan oleh komputer.

Nah, hasil ini cukup aneh sehingga mereka menjalankan resolusi gelombang peristiwa lagi, dan kali ini, tiga tentara tewas. Percobaan selanjutnya menghasilkan variasi pada hasil yang sama: peristiwa yang sama digambarkan berulang-ulang, tapi detailnya bervariasi setiap saat, sebuah pola yang muncul dalam setiap resolusi gelombang peristiwa multi-percobaan. Alasan untuk ini masih diperdebatkan dengan sengit, sudut pandang yang paling populer adalah teori "banyak dunia" tentang pembagian sub-kuantum, bahwa setiap peristiwa gelombang menggambarkan sejarah sebagaimana terjadi dalam "realitas alternatif" yang terpisah dari realitas kita sendiri pada saat terjadinya peristiwa tersebut. Beberapa ahli teori (dengan penghormatan kepada Heisenberg8, Von Neumann9, dan Schrödinger10) bahkan sudah melangkah lebih jauh dengan mendalilkan prinsip ketidakpastian sub-quark baru untuk gelombang peristiwa. Menurut mereka, kita tidak akan pernah bisa menyelesaikan gelombang peristiwa yang benar-benar menggambarkan masa lalu kita sendiri, karena setiap peristiwa "benar" diubah oleh pengamatannya.

Tapi, meskipun penggambaran gelombang peristiwa tidak sepenuhnya "benar", semua yang bisa kita lihat mengikuti sejarah yang diketahui hingga ke hurufnya —memang, dalam skala berabad-abad, perbedaannya pada dasarnya bersifat arbitrer. Tidak seorang pun pernah mencatat gelombang peristiwa Alexander Agung tidak pernah lahir, atau Roma kalah perang melawan Kartago, atau piramida tidak pernah dibangun. Dalam skema yang lebih besar, penggambaran gelombang peristiwa menyimpang dari realitas kita sendiri hanya dengan derajat lengkung yang sangat kecil, yang menjadikan penelitian gelombang partikel-E sebagai alat historiografi yang sangat kuat.

Dan itulah sebabnya Dewan Riset Kristen menghubungi kami untuk Proyek Yerusalem. Awalnya saya tidak terlalu tertarik —sampai mereka bersedia memberikan dukungan sepuluh juta dolar, tanpa syarat apa pun. Kami akan mengarahkan dan melakukan semua penelitian, keterlibatan mereka hanya terbatas pada pendanaan proyek dan penerimaan laporan kemajuan. Mereka sudah menyetujui persyaratan tersebut dengan cukup mudah, percaya bahwa hal itu akan membuat kasus mereka jauh lebih kuat ketika (itulah kata yang selalu mereka gunakan, "ketika") kami menemukan bukti keberadaan Kristus.

Yang mengarah langsung ke aspek lain dari "Masalah Filsafat." Mengingat independensi itu, saya sangat ragu untuk menyerahkan proyek tersebut kepada seseorang yang kesetiaannya kepada sponsor (atau setidaknya tujuan mereka) lebih kuat daripada kesetiaannya kepada universitas. Saya butuh drone pekerja keras, bukan orang fanatik yang suka berperang.

Semua ini ada dalam pikiran saya saat saya menelepon Phil untuk wawancara.

***

Setelah terobosan awal itu, kemajuan Proyek Yerusalem berjalan dengan kecepatan yang stabil. Gelombang peristiwa berlangsung stabil tanpa memudar, sehingga tidak perlu lagi mencari jejak perbaikan. Selama bulan berikutnya, Phil nyaris tinggal di laboratorium saat dia mengabadikan beberapa minggu terakhir kehidupan Yesus. Meskipun dia memaksakan diri bekerja enam belas jam sehari, dia tampak penuh energi dan antusias, dalam cengkeraman kegembiraan yang hampir gila. Dia selalu tersenyum setiap kali saya mampir ke laboratorium, meskipun ada lingkaran hitam di bawah matanya.

"Pintu masuk ke Yerusalem," katanya suatu hari saat saya melihat ke dalam, mencondongkan kepalanya ke arah holotank. Di sana Yesus, tampak compang-camping dan kotor seperti pengembara abad pertama, menunggangi seekor keledai di tengah jalan yang lebar. Di sekelilingnya, kerumunan orang bersorak dan berteriak dalam ratusan suara yang berbeda, terlalu banyak untuk diterjemahkan oleh komputer.

'Dan ketika Yesus masuk ke Yerusalem, gemparlah seluruh kota itu11,'” kutip Phil.

“Apa kau ingin libur satu atau dua hari? Kau sudah bekerja dua minggu tanpa istirahat. Biarkan Mark atau salah satu mahasiswa pascasarjana lainnya yang menangani semuanya untuk sementara waktu. Kau tampak sangat lelah.”

Phil menggelengkan kepalanya, tersenyum. “Mungkin nanti, tapi tidak sekarang, tidak dengan gelombang yang mencapai minggu Sengsara12. Aku ingin melihatnya sampai akhir.”

“Sampai penyaliban, ya?”

Phil menggelengkan kepalanya lagi. “Tidak. Sampai Kebangkitan.”

Saya memutar mata saya. “Tentu saja. Bodohnya aku. Itulah yang kumaksud.”

“Kau masih tidak percaya, bukan?”

“Percaya apa? Bahwa Yesus hidup? Bahwa Alkitab adalah kebenaran literal dan firman Tuhan?”

***

“Kebangkitan. Bahwa Yesus tidak hanya hidup, tapi juga diutus ke bumi untuk menebus dosa umat manusia.”

Aku mengangkat bahu. “Saat ini, aku tidak tahu apa yang kupercayai. Beberapa minggu yang lalu aku sama sekali tidak percaya Yesus ada.”

“Jadi, kalau aku memberimu bukti tentang KebangkitanNya, kau akan percaya?”

Aku tertawa. “Baiklah, kalau begitu aku tidak punya pilihan lain, kan?”

Dia mengangguk, jelas-jelas mengira bahwa ini adalah pengakuan yang bisa dia dapatkan dari saya. “Baiklah, kalau begitu. Beri aku waktu sekitar lima hari, dan aku akan mendapatkan buktimu.”

Saat saya berjalan pergi, saya merenungkan sisi lain dari persamaan itu, pertanyaan yang belum terjawab di antara kami: 

Dan kalau Yesus tidak bangkit, akankah kau mengakui bahwa agamamu didirikan atas kebohongan?

***

Ketika akhirnya saya bertemu Phil secara langsung, saya langsung melihat bahwa konferensi video singkat kami tidak memberikan keadilan bagi selera gayanya yang sempurna. Dia lebih mirip pialang saham Wall Street daripada fisikawan partikel, mengenakan setelan jas tiga potong bergaris-garis Armani dengan kerah tajam, kemeja putih yang dikanji, dan dasi sutra merah. Saya mengenakan setelan terbaik saya untuk acara itu, tapi itu adalah pakaian yang lusuh dan tak berbentuk di samping kemegahan busana Phil.

"Dr. Morley, saya Richard Lasman. Senang bertemu Anda secara langsung," kata saya, mengulurkan tangan.

"Begitu juga saya," katanya, berjabat tangan dengan kuat. "Anda memiliki kampus yang indah di sini. Banyak pohon dan ruang terbuka."

"Kami cuma beruntung. Para pendiri memilih tempat yang cukup jauh dari pusat kota sehingga kami masih berada di pinggiran kota. Silakan, masuk dan duduk. Bisakah saya ambilkan sesuatu untuk Anda minum?"

"Air es akan lebih baik."

Saya meminta asisten kantor saya mengambil minumannya sementara kami berbasa-basi. Kami bicara tentang beberapa kenalan bersama (yang semuanya dengan hati-hati menyuarakan perasaan campur aduk yang sama tentang Phil), lalu mulai bekerja.

Kami berbincang tentang aspek teknis proyek tersebut selama sekitar tiga puluh menit, dan keraguan yang tersisa tentang kecerdasan dan keahliannya pun sirna. Beberapa kali dia begitu jauh di luar pemahaman saya sehingga saya harus meminta dia untuk "menjelaskan" beberapa hal untuk saya. Dia bukan hanya kandidat terbaik di antara semua pelamar yang pernah saya terima, dia mungkin yang terbaik di dunia dalam mengembangkan teknik resolusi sinyal fase. Saya benar-benar terkesan dan mengatakan hal itu kepadanya. Dia jelas senang, tapi tetap mempertahankan sikap tenang dan senyum yang sama seperti yang dia tunjukkan selama wawancara.

Tapi, sudah waktunya untuk mengemukakan hal-hal yang kurang menyenangkan.

"Baiklah, cukup sekian untuk aspek teknisnya," kata saya. "Tapi ada beberapa hal lain yang perlu saya ketahui."

"Silakan bertanya."

"Baiklah, salah satu hal yang saya khawatirkan..." Saya mulai, lalu berhenti, mengacak-acak kertas sambil mencari cara untuk memulai topik tersebut dengan hati-hati. Saya tidak menemukannya.

"Saya tahu Anda punya masalah dengan minuman," kata saya terus terang.

"Oh, itu pernyataan yang meremehkan," kata Phil, masih tenang. “Itu lebih dari sekadar masalah. Saya pemabuk. Pemabuk yang kasar.”

“Agresif?” tanya saya bodoh, agak kaget mendengar pengakuan langsung ini.

Phil mengangguk, masih tenang dan terkendali, tapi semua jejak senyumnya hilang. “Dr. Lasman, saya mengirim istri saya ke rumah sakit, dua kali. Sekali karena gegar otak, sekali karena lengannya patah karena saya melemparkannya dari tangga. Saya bersyukur kepada Tuhan karena kami belum punya anak saat itu, karena saya juga pasti akan memukuli mereka.”

Saya duduk diam, terlalu terkejut untuk bicara.

“Seperti yang mungkin Anda ketahui, saya terlibat beberapa perkelahian dengan anggota fakultas lain di USC.” Sebenarnya, saya tahu. “Saya minum setengah botol bourbon sebelum makan siang, menelepon untuk izin sakit besoknya dan ditangkap tiga kali karena DWI13 sebelum mereka mencabut SIM saya. Universitas sedang bersiap untuk sidang untuk mencabut masa jabatan saya. Saya mungkin sudah jatuh serendah mungkin tanpa membunuh seseorang.” Dia berhenti bicara dan menggelengkan kepalanya, melihat ekspresi saya yang sedih. “Maaf, sepertinya saya sudah membuka terlalu banyak hal kepada Anda sekaligus.”

“Oh tidak, itu cuma —yah, lagipula, saya memang bertanya.” Saya tertawa pendek gugup. “Saya tentu tidak bisa menuduhmu menyembunyikan apa pun. Anda pantas mendapat banyak pujian karena sembuh dari sesuatu seperti itu.”

“Tidak, Dr. Lasman, yang pantas saya dapatkan adalah mati. Yang pantas saya dapatkan adalah terbakar di Neraka sekarang juga atas apa yang saya lakukan kepada istri dan teman-teman saya. Dan saya tentu tidak pantas untuk disandingkan dengannya seperti yang dilakukannya selama dua tahun itu, melakukan segala yang bisa dilakukannya untuk menarik saya kembali dari jurang. Tapi dari tempat saya terpuruk, baik dia maupun orang lain tidak bisa menolong saya.” Sekarang gilirannya untuk tertawa pendek dan pelan. “Saya pernah mendengar orang mengatakan bahwa keadilan adalah yang pantas kita dapatkan, tapi belas kasihlah yang kita inginkan. Yah, akhirnya saya mendapatkan belas kasih alih-alih keadilan. Dan saya berdoa kepada Yesus Kristus setiap hari untuk memberikan saya belas kasih itu, dan saya akan mengucapkan doa itu setiap hari sampai hari saya meninggal dan itu tetap tidak akan cukup. Saya orang yang sangat beruntung, Dr. Lasman, dan saya bekerja keras untuk tidak pernah melupakan itu.”

“Dan sudah berapa lama Anda… sembuh?”

“Sejak 17 Maret 2012.”

“Itu cukup spesifik.” “Itu bukan sesuatu yang bisa Anda lupakan.”

“Apakah itu pertemuan AA14 pertama Anda?”

“Tidak, tidak juga. Sesuatu yang jauh lebih pribadi.” Dia menunduk ke lantai. “Dr. Lasman, ketika saya berhenti minum, salah satu hal yang saya bersumpah untuk tidak lakukan lagi adalah berbohong. Berbohong untuk alasan apa pun. Saya selalu melakukan yang terbaik untuk mengatakan kebenaran, tidak peduli apa pun konsekuensinya. Jadi saya cukup sadar bahwa apa yang akan saya katakan bisa membuat saya kehilangan kesempatan untuk memimpin Proyek Yerusalem. Saya berhenti minum karena saya memiliki pengalaman religius. Sebuah penglihatan, sebenarnya.”

“Oke,” kata saya hati-hati. “Kalau Anda tidak ingin membicarakannya....”

“Tidak, saya pikir penting bagi Anda untuk mengetahuinya.” Dia menarik napas dalam-dalam dan menatap ke kejauhan. “Saya baru saja pulang. Saat itu lewat pukul sepuluh malam dan saya bahkan lebih mabuk dari biasanya. SIM saya sudah dicabut enam bulan sebelumnya, jadi saya berjalan sempoyongan pulang dengan berjalan kaki dari sebuah bar kecil sekitar sepuluh blok dari rumah saya. Setelah beberapa menit, saya berhasil membuka kunci pintu depan dan sempoyongan masuk. Saya berhasil mencapai setengah jalan menaiki tangga —tangga yang sama tempat saya melempar istri saya— ketika saya tersandung dan jatuh. Saya mendarat terlentang di kaki tangga.”

“Saat saya berbaring di sana, saya merasakan diri saya —roh saya— terangkat, dan sesaat kemudian saya berada di samping tubuh saya yang tidak sadarkan diri. Saya ingat berdiri di sana, melihat diri saya sendiri —melihat rambut saya yang tidak disisir dan noda di jaket saya, memperhatikan tetesan darah tipis merembes keluar dari tepi mulut saya. Kemudian saya mendengar seseorang memanggil nama saya, dan ketika saya melihat, rumah saya sudah hilang.”

“Saya berdiri di tengah padang rumput yang luas dan remang-remang, langitnya berwarna ungu aneh, tidak ada matahari atau bintang yang terlihat. Saya mendengar suara yang sama memanggil nama saya lagi, dan saya menoleh untuk melihat seorang laki-laki berjubah berkerudung berdiri di tepi sungai. Saya menghampirinya dan bertanya siapa dia dan kenapa saya ada di sana. Dan saat itulah dia membuka kerudungnya, dan saya melihat bahwa itu adalah Yesus Kristus.”

Saya terdiam, berusaha menjaga wajah saya tetap datar saat saya melihat Phil menceritakan kisahnya dan menatap ke kejauhan. Benar atau tidak, saya tahu bahwa dia yakin itu benar.

“Dia tidak menjawab saya pada awalnya, tapi hanya menunjuk ke sungai. Saya melihat ke bawah dan melihat bahwa itu adalah sungai darah. Ada ratusan, mungkin ribuan mayat di sungai, semuanya mengambang dengan wajah menghadap ke bawah.”

“'Ini,' kataNya,' adalah masa depanmu. Ini adalah titik akhir dari jalan yang kamu lalui.' Saya mulai bertanya kepadaNya apa yang Dia maksud, tapi saat itu angin kencang bertiup kencang di padang rumput, menenggelamkan kata-kata saya.”

“’Ingatlah,’ kataNya, lalu tubuhNya dipenuhi cahaya putih yang menyilaukan.”

“Saat itu juga saya tersadar, dalam keadaan sadar sepenuhnya, di kaki tangga. Di luar sudah pagi.” Dia mendesah dan menggeser kursinya. “Yah, sejak saat itu saya tidak minum satu gelas pun. Saya menghabiskan dua minggu berikutnya dengan membaca Alkitab dan meminta maaf kepada istri saya, rekan kerja saya, dan semua orang yang sudah saya sakiti selama kecanduan minuman keras. Yesus Kristus mengubah hidup saya. Sesederhana itu.”

Saya duduk diam di sana untuk waktu yang lama, tidak tahu harus berkata apa. Apa yang bisa saya katakan? Meskipun saya tahu dia pikir dia mengatakan yang sebenarnya, saya tidak percaya bahwa dia menerima penglihatan nyata dari Tuhan Yang Mahakuasa. Pecandu alkohol bisa melihat segala macam hal dalam cengkeraman getaran delirium. Apa yang seharusnya saya katakan padanya? Penglihatan yang suah mengubah hidupnya hanyalah kasus DT15 yang sangat jelas? Tidak. Sebaliknya, yang saya katakan adalah: “Cerita yang cukup menarik.”

“Bukan cerita, kebenaran, meskipun sulit dipercaya. Dr. Lasman, saya sudah bicara dengan beberapa kolega Anda di sini dan saya tahu Anda bukan orang Kristen. Itu tidak mengganggu saya. Kondisi jiwa seseorang adalah masalah pribadi, dan saya tidak akan menghakimi orang lain. ‘Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi16.' Tapi, kalau bersumpah di atas Alkitab tidak cukup, saya berjanji sebagai ilmuwan bahwa saya tidak minum satu tetes pun minuman keras sejak hari itu.”

“Saya percaya,” kata saya jujur. “Tentu saja, universitas menginginkan bukti terdokumentasi tentang pemulihan Anda.”

Phil mengangguk. “Saya punya catatan tes narkoba acak untuk seluruh periode itu, setidaknya sebulan sekali, yang menunjukkan bahwa saya bersih dan sadar selama itu.”

“Saya ingin mendapatkan salinannya. Bukannya saya tidak percaya, tapi Undang-Undang Rehabilitasi Narkoba Federal mengharuskan kami menyimpan dokumennya.”

Setelah itu, kami membahas berbagai hal yang tidak penting: politik, cuaca, sepak bola. Saya mengucapkan selamat tinggal dan berjanji untuk menghubunginya segera setelah kami membuat keputusan perekrutan. Ketika dia pergi, kepala saya masih pusing dengan apa yang dikatakannya, meskipun bukan karena alasan yang mungkin Anda duga.

Di samping pengakuannya, saya tiba-tiba merasa tidak mampu. Selama tahun-tahun awal saya sebagai ilmuwan, saya pikir saya sudah mencari Kebenaran —dan ketika saya memikirkannya, kebenaran selalu diawali dengan huruf kapital. Kebenaran adalah hal pertama yang membawa saya ke fisika —dan, bukan kebetulan, ateisme.

Ketika saya mengarahkan pandangan saya pada fisika, agama adalah salah satu hal pertama yang saya tinggalkan. Lagi pula, bagaimana saya bisa mencari Kebenaran ketika bagian mendasar dari pandangan dunia saya didasarkan pada sebuah kebohongan? Bagaimana saya berani membuka tabir misterinya ketika saya menutupi ketakutan saya sendiri dengan jubah usang seperti itu? Tidak, saya harus menanggalkan kebohongan yang menenangkan tentang Tuhan dan akhirat, tentang Kristus dan jiwa. Hanya ketika saya terbebas dari tipu daya seperti itu, saya bisa mendekati Kebenaran dengan cara yang setara.

Tapi setelah pertemuan saya dengan Phil, saya terkejut menemukan komitmen saya begitu hampa. Dulu saya menganggap Kebenaran di atas segalanya, kini hidup saya sendiri hanyalah permadani kebohongan yang lusuh. Setiap kekecewaan, setiap kompromi, setiap kepalsuan yang harus saya lakukan untuk menaiki tangga administratif, adalah benang dalam permadani itu.

Singkatnya, Phil sudah mempermalukan saya. Dia adalah seorang Kristen yang taat, seorang penganut setia kebohongan yang paling jorok dan lusuh yang pernah dikenal manusia, tapi dia masih menemukan keberanian untuk menghubungkan tragedi pribadinya yang memilukan dengan kebenaran mutlak yang sudah saya buang.

Itulah alasan, bersama dengan kemampuan ilmiahnya, yang akhirnya membuat saya mempekerjakannya.

Sampai dia berhasil, saya tidak punya alasan untuk menyesalinya.

***

Saat Phil terus menangkap gelombang peristiwa Kristus, saya mengalami krisis intelektual yang sangat berbeda. Selama waktu itu saya belum meninggalkan ateisme saya, hanya mundur bersamanya ke tempat yang lebih tinggi dan lebih bisa dipertahankan secara intelektual. Jelas, Yesus dari Nazaret pernah hidup, dan berkhotbah, seperti yang dijelaskan dalam Alkitab. Tapi, hanya karena dia hidup bukan berarti dia Tuhan.

Selama beberapa minggu, tampaknya sangat mungkin bahwa Yesus mengira dirinya adalah Tuhan, atau putra Tuhan, atau tingkatan perbedaan yang sangat mencolok yang digunakan para teolog Kristen untuk mengkategorikan keilahian. Memang, hampir semua mukjizat yang tercatat (roti dan ikan, kebangkitan Lazarus, dll.) terjadi sebelum Phil memasuki gelombang peristiwa itu. Tapi, setelah penyaliban, saya pikir mesias kita akan berubah menjadi mayat biasa.

Saya segera menyadari betapa salahnya saya.

***

Setelah makan siang pada Jumat sore, Phil memanggil saya untuk melihat penyaliban.

Meskipun sebagian besar sudah terlupakan sekarang, Milenialisme17 merupakan fenomena budaya yang besar pada pergantian abad. Setiap Paskah atau Natal, sulit untuk menyalakan televisi tanpa setengah salurannya menayangkan "drama dokumenter" yang berdasarkan kehidupan Yesus. Kecuali bentuk salibnya (sebenarnya berbentuk T, dan Yesus cuma membawa potongan salib itu, bukan keseluruhannya), adegan yang terjadi hampir persis seperti yang pernah saya lihat di TV. Mahkota duri, langit yang gelap, "ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat18." (program penerjemahan Dr. Silver sangat modern, meskipun menurut saya Phil tidak menyukai puisi King James19) semuanya ada di sana. Saya agak terkejut melihat betapa dekatnya peristiwa sebenarnya dengan berbagai peragaan ulang media, meskipun enam jam penggambaran gelombang peristiwa waktu nyata tidak dirancang khusus untuk minggu penyisiran20.

Saya cuma menonton setengah jam pertama dan terakhir, menghabiskan sisa hari itu dengan sesekali memeriksa keadaan sementara saya membenamkan diri dalam pekerjaan administratif —upaya yang sia-sia untuk menghindari memikirkan drama sengsara yang berlangsung di laboratorium. Itu adalah tindakan ironis yang tepat. Sejarah sedang dibuat beberapa ratus kaki jauhnya dan saya lebih suka mengacak-acak kertas.

Saat itu pukul 7:30 malam, saya masih di kantor, mengisi dokumen minggu depan dalam upaya sia-sia untuk tidak berpikir, ketika Phil menelepon.

"Richard, bisakah kau ke sini? Ada sesuatu yang ingin aku tunjukkan padamu."

Ketika saya sampai di laboratorium, gambar holotank kabur hampir tidak terlihat.

"Apa itu?"

"Makam tempat mereka membaringkan Yesus. Ruth, lakukan peningkatan cahaya buatan sebesar dua ratus persen."

Gambar itu menjadi lebih terang, dan sekarang saya bisa melihat dengan jelas tubuh yang diselimuti kain kafan dibaringkan di atas lempengan batu. "Ini tiga jam dan delapan menit setelah kematianNya di kayu salib."

"Baiklah," kata saya dengan nada netral.

"Perhatikan. Ruth, hilangkan peningkatan cahaya buatan dan jalankan pembuatan ulang dari titik henti."

Selama lima belas atau dua puluh detik tidak ada yang bisa dilihat kecuali beberapa pita bulu yang berkedip-kedip. Kemudian, tepat saat saya hendak bertanya kepada Phil apa yang seharusnya saya lihat, semuanya dimulai.

Untuk sesaat, tampaknya seolah-olah kunang-kunang entah bagaimana masuk ke dalam makam. Beberapa titik cahaya kecil muncul dan mulai terbang berputar-putar di sekitar tubuh itu. Selama beberapa detik berikutnya, jumlah mereka bertambah, hingga menjadi ratusan, masing-masing bersinar semakin terang. Cahaya itu menjadi begitu intens sehingga saya mulai mengangkat tangan untuk melindungi mata saya, tapi saat itu kecerahan mencapai puncaknya, lalu tiba-tiba menghilang. Kali ini saya tidak memerlukan peningkatan cahaya apa pun untuk memberi tahu saya bahwa makam itu kosong.

"Saya rasa aman untuk menyebutnya Transfigurasi," kata Phil, dengan senyum lebar di wajahnya, sangat tenang, sangat damai.

Pikiran saya sama sekali tidak seperti itu. Saya merasa seperti tenggelam dalam lautan metafisik yang tak terduga, penolakan saya yang hati-hati dan logis terhadap keilahian Kristus hancur, pandangan dunia saya pun hancur berantakan. Bahkan hingga hari ini, apa yang terjadi selanjutnya masih samar-samar. Saya ingat bicara tentang laporan proyek, dan Phil, berlutut, dengan suara keras memanjatkan doa syukur, air mata mengalir di wajahnya. Tapi, kata-kata dan tindakan persisnya pada malam itu masih luput dari ingatan saya, rasanya seperti saya sedang mabuk berat atau menggunakan obat penghilang rasa sakit yang kuat.

Saya pergi secepat mungkin.

Dalam perjalanan pulang, saya mampir ke toko buku dan meminta mereka membawakan Alkitab King James. Saya terjaga sepanjang malam untuk membacanya, merasa mati rasa di sekujur tubuh. Keesokan paginya, saya menyalin berkas Phil ke sistem saya dan menghabiskan akhir pekan untuk meninjaunya, mencari tanda-tanda manipulasi atau penipuan. Saya tidak menemukan satupun. Pencatatan Phil sangat teliti dan datanya tampak asli.

Pada hari Minggu, saya kehabisan stok penyangkalan yang masuk akal dan akhirnya mulai menghadapi kenyataan yang mengerikan. Yesus Kristus pernah hidup, berkhotbah, mati, dan bangkit kembali. Kekristenan, agama yang konyol dan bodoh yang selama ini saya hina, adalah kebenaran yang lebih mendasar dan kuat daripada apa pun yang pernah ditemukan oleh fisika modern.

Mengakui hal itu tidaklah mudah. Bagaimana Anda melanjutkan hidup setelah mengetahui semua yang pernah Anda ketahui salah? Saya nyaris mempercayainya secara intelektual, tapi secara emosional saya masih dalam kekacauan. Saya mulai membuat daftar mental tentang hal-hal dalam hidup saya yang harus saya ubah. Saya mati rasa saat memikirkan untuk belajar cara berdoa. Saya bahkan membolak-balik Yellow Pages21 untuk melihat daftar gereja-gereja lokal.

Tapi, saya pikir saya mengatasinya dengan sangat baik—dengan tenang, rasional, logis. Saya pikir yang terburuk sudah berakhir.

Saya salah.

***

Saya masuk kerja Senin pagi, bermaksud untuk mengucapkan selamat kepada Phil, sesuatu yang gagal saya lakukan dalam keadaan mati rasa pada hari Jumat. Tanda pertama yang menunjukkan ada yang tidak beres adalah pecahan kaca.

Di luar lorong lab, hutan kecil pecahan botol bir berserakan di bawah poster keselamatan yang robek tempat botol-botol itu dilempar.

Di dalam lab, keadaannya lebih buruk lagi.

Selain botol-botol bir yang pecah, kertas-kertas laporan berserakan di lantai lab di antara kursi-kursi yang terbalik, salah satu terminal komputer lama kami terbanting ke dinding. Di seberang ruangan, saya mendengar suara botol yang tumpah dan beberapa tarikan napas cepat.

Saya mengikuti suara itu sampai saya menemukan Phil duduk di kursi di ujung lab, minum bourbon langsung dari botolnya, janggut yang tumbuh selama tiga hari di pipinya, rambut dan pakaiannya acak-acakan. Sekelompok botol minuman keras kosong berserakan di sekitar kakinya, satu terdampar di genangan muntahan yang dangkal. Mendengar suara langkah kaki saya, dia menoleh, dengan mata sayu, untuk melihat saya.

“Oh lihat, Tuan Atheis ada di sini,” katanya, “Kesepakatan sialan yang bagus.”

“Phil?”

“Siapa lagi,” katanya, lalu meneguk sisa botol dan melemparkannya ke dinding terjauh.

“Habis semua,” katanya. Bau bourbon di napasnya hampir tak tertahankan. “Kalau kau menginginkannya, kau harus membeli sendiri. Untung mereka bisa ngirim, kan?”

“Phil, kenapa kau melakukan ini?”

Phil bangkit dan terhuyung-huyung pergi. “Menurut loh?” dia cadel, bersandar di holotank. Dia berbalik dan menatap saya sekali lagi, matanya tampak fokus untuk pertama kalinya.

“Kau tidak ada di sini saat itu, kan?”

“Kapan?”

“Saat aku menjalankan uji coba kedua,” katanya, mengelus bagian belakang baja holotank. Lalu dia mulai menangis.

“Aku tidak tahu,” katanya di antara isak tangis.

“Bagaimana aku bisa tahu?”

“Tahu apa? Uji coba kedua apa?”

“Uji coba kedua!” katanya, marah lagi, air mata masih mengalir di pipinya.

“Phil, aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan. Tolong, cobalah untuk tenang dan ceritakan padaku apa yang terjadi.”

Phil menatapku sejenak, lalu berbisik lembut “Ya Tuhan,” dan meluncur, ambruk ke lantai, punggungnya menempel pada holotank.

“Uji coba pertama fuzzy. Sekitar setengah jam setelah Yesus... setelah apa yang kau lihat. Apa yang kutunjukkan padamu. Cahaya... bisakah kau mempercayainya? Empat minggu resolusi yang jelas, dan kemudian fuzzy. Kehilangan jejak. Tidak ada apa-apa selain fuzzy sialan. Bangsat.” Dia berhenti sejenak. “Yesus Kristus, aku butuh minum.”

“Oke, jadi uji coba pertama fuzzy. Uji coba kedua apa?”

Phil menatapku sejenak, lalu memejamkan matanya. “Aku melakukan uji coba kedua. Aku menggunakan data uji coba pertama untuk menyempurnakan parameter, menggunakan penyaliban sebagai vektor masukan. Aku ingin melihat Kebangkitan. Aku ingin melihat Yesus bangkit dari kematian.”

“Apa yang terjadi?”

Phil membuka matanya lagi. “Apa yang terjadi? Tidak ada hal sialan yang terjadi. Tidak ada hal sialan.” Dia terhuyung-huyung berdiri.

“Ruth!” teriaknya. “Bawa uji coba sialan itu.”

“Dr. Morley, aku tidak yakin apa maksudmu—”

“Diam kau logam pelacur! Bawa uji coba terakhir, yang dimulai Jumat malam!”

Holotank menjadi terang, dan sekali lagi saya melihat Yesus di kayu salib.

“Maju... maju tampilakn ulang enam jam.”

Ruth menurut dan saya melihat mereka menurunkan Yesus.

“Maju dua jam lagi.”

Gelap.

“Tingkatkan pencahayaan, dua ratus persen.”

Sekali lagi kami melihat tubuh Kristus di makam.

“Itu dia,” kata Phil, jelas puas. “Itu dia.” Dia terhuyung-huyung menjauh dari holotank.

“Oke, Phil, itu terlihat seperti tubuh Yesus. Apa yang seharusnya aku lihat?”

“Cuma itu,” katanya, sambil mencari-cari botol di dekat kursinya untuk mencari botol yang masih utuh. Saya menatap Phil, lalu ke holotank, lalu kembali menatap Phil. “Aku masih tidak mengerti apa—”

“TIDAK ADA KEBANGKITAN SIALAN!” teriaknya, sambil melemparkan botol wiski yang nyaris mengenai kepala saya. “Dia cuma terbaring di sana! Tidak ada cahaya, 110 malaikat, tidak ada apa-apa!” Seketika itu dia kembali terduduk di kursinya, air mata kembali mengalir di pipinya. “Dia cuma mayat,” katanya pelan, “cuma mayat sialan biasa.”

Butuh waktu lama untuk mencernanya. “Maksudmu, kita punya satu gelombang yang membuktikan bahwa Yesus itu Tuhan, dan gelombang lain yang membuktikan bahwa dia bukan?”

Dia mengangguk, tampak sangat merana seperti yang pernah saya lihat di orang lain. “Tidak ada keilahian, tidak ada kebangkitan,” katanya, suaranya berubah menjadi bisikan. “Tidak ada keselamatan.”

Tiba-tiba saya mendapat ide. “Phil, apakah kau sadar apa yang kita miliki di sini? Akhirnya kita memiliki variasi tingkat pertama, bukti garis dunia alternatif yang utama. Kalau kita bisa mengikuti gelombang ini, mendokumentasikan ketidakhadiran gereja Kristen berikutnya, kita bisa membuktikan bahwa—”

Phil mulai tertawa, suaranya rendah dan getir. “Lihatlah uji cobanya. Tahukah kau apa yang dilakukan para rasul setelah mereka menguburkan Yesus? Tahukah kau? Mereka mengadakan pertemuan dan memutuskan untuk terus berkhotbah seolah-olah dia sudah bangkit! Jauh lebih baik untuk mulai menjalani kebohongan daripada mengakui bahwa kau sudah menjalaninya selama ini. Mereka bahkan meyakinkan diri mereka sendiri bahwa itulah yang diinginkanNya .”

Saat itu saya duduk di kursi di seberangnya. “Jadi tidak ada cara untuk mengetahui uji coba mana yang mewakili dunia kita.”

Phil mengangguk, mengeluarkan tawa getir yang sama. “Persetan dengan orang-orang Yunani yang menghilang. Kita memiliki Mesias yang hilang.”

Kami berdua terdiam cukup lama, tidak saling memandang. Akhirnya, saya bangkit dan berkata, dengan sangat pelan, “Baiklah, Phil, aku mengerti ini sangat sulit bagimu. Tapi itu tidak mengubah fakta bahwa semua ini adalah penelitian yang luar biasa. Kita akan tetap terkenal, meskipun ada ketidakpastian yang terlibat—”

“Ketidakpastian?!?!” teriak Phil, meraih botol bir yang pecah dan melompat dengan goyah berdiri. “Kau sebut ini ketidakpastian? Ketidakpastian untuk olahraga, untuk saham, untuk kekhawatiran soal masa depanmu! Ketidakpastian bukan untuk hubungan dasarmu dengan dunia! Itu tidak seharusnya soal jiwamu! Ketidakpastian bukan soal kasih Tuhan!”

“Phil, tenanglah,” kata saya, mundur. “Mungkin ada kesalahan dengan uji cobanya. Taruh botolnya dan istirahatlah beberapa hari, lalu kita akan mulai lagi dan lihat hasilnya. Kita akan hidup dengan hasil yang sudah kita—”

“AKU TIDAK BISA HIDUP DI DUNIA DI MANA KEADAAN JIWAKU TUNDUK PADA FLUKTUASI MEKANIKA KUANTUM!” teriaknya, kegilaan di wajahnya. Lalu dia mengambil botol bir.

Saya berhasil merebutnya darinya sebelum dia sempat mengiris pergelangan tangannya.

Dan sekarang, di sini, sendirian, saya bertanya-tanya apakah saya lebih mampu menghadapi ketidakpastian itu daripada Phil. Tergantung pada saya sekarang untuk mengungkapkan temuan kami ke dunia.

Atau tidak.

Satu dunia penebusan, tempat keselamatan dan kehidupan kekal adalah kemungkinan yang terbukti, bukti kasih Tuhan. Dunia lain tempat Tuhan diam dan akhirat tidak lebih dari sekadar kebohongan yang menghibur.

Dan tidak ada cara untuk mengetahui mana yang milik kita.

Bagaimana saya bisa mengungkapkan ini ke dunia? Bahwa kebenaran paling mendasar tentang keberadaan kita bukan saja tidak diketahui, tapi juga tidak bisa diketahui? Bahwa tidak ada cara untuk mengetahui apakah kita diselamatkan atau dikutuk?

Apa gunanya pengetahuan seperti itu?

Dan kengerian apa yang akan saya tanggung kalau melepaskannya ke dunia yang tidak terduga ini?

Tanpa Kebenaran, Kebenaran kecil, kita semua sendirian dalam kegelapan.

***

Kalau Anda menyukai cerpen ini, Anda mungkin juga akan menyukai cerita pendek terjemahan dari penulis yang lain di sini.

***

Catatan kaki:

1 Evangelikalisme: istilah yang biasanya merujuk kepada praktik-praktik serta tradisionalisme keagamaan yang terdapat dalam agama Protestan konservatif. Evangelikalisme dicirikan oleh penekanan pada penginjilan, pengalaman pertobatan secara pribadi, iman yang berorientasi pada Alkitab dan keyakinan tentang relevansi iman Kristen pada masalah-masalah kebudayaan.

2 Non-tenure-track: pengajar yang tidak memiliki jaminan jabatan tetap; bekerja berdasarkan kontrak yang biasanya diperbarui setiap tahun.

3 Luddite: kaum Luddite adalah sekelompok pekerja tekstil di Inggris abad ke-19 yang menentang keras mesin baru dan sistem pasar yang memperkenalkannya. Sebagian orang menganggap keyakinan kaum Luddite bahwa perubahan teknologi bukanlah sesuatu yang tak terelakkan sebagai sesuatu yang absurd.

4 Holotank: wadah transparan yang di dalamnya terdapat hologram yang bisa diproyeksikan.

5 Matius 5:11-12.

6 Khotbah di Bukit: kumpulan ucapan yang diucapkan oleh Yesus dari Nazaret yang ditemukan dalam Injil Matius (bab 5, 6, dan 7) yang menekankan ajaran moralnya. Khotbah ini adalah yang pertama dari lima khotbah dalam Injil dan menjadi salah satu bagian Injil yang paling banyak dikutip.

7 Perang Peloponnesia: perang Yunani kuno yang terjadi antara Athena dan Sparta serta sekutu mereka masing-masing untuk memperebutkan hegemoni di wilayah Yunani. Perang ini masih belum jelas pemenangnya hingga kemudian Kekaisaran Persia melakukan intervensi untuk mendukung Sparta. Dipimpin oleh Lysander, armada Sparta (yang dibangun dengan subsidi Persia) akhirnya mengalahkan Athena yang mengawali periode hegemoni Sparta atas Yunani.

8 Werner Karl Heisenberg (1901–1976): seorang fisikawan teoretis Jerman, salah satu pelopor utama teori mekanika kuantum dan ilmuwan utama dalam program senjata nuklir Nazi selama Perang Dunia II.

9 John von Neumann (1903–1957): seorang matematikawan, fisikawan, ilmuwan komputer, dan insinyur Hungaria dan Amerika. Von Neumann mungkin memiliki cakupan terluas dari semua matematikawan pada masanya, yang memadukan ilmu murni dan terapan serta memberikan kontribusi besar pada banyak bidang, termasuk matematika, fisika, ekonomi, komputasi, dan statistik. Dia adalah pelopor dalam membangun kerangka matematika fisika kuantum, dalam pengembangan analisis fungsional, dan dalam teori permainan, memperkenalkan atau mengkodifikasi konsep-konsep termasuk automata seluler, konstruktor universal, dan komputer digital. Analisisnya tentang struktur replikasi diri mendahului penemuan struktur DNA.

10 Erwin Rudolf Josef Alexander Schrödinger (1887–1961): seorang fisikawan Austria-Irlandia yang mengembangkan hasil fundamental dalam teori kuantum. Secara khusus, dia dikenal karena mendalilkan persamaan Schrödinger, sebuah persamaan yang menyediakan cara untuk menghitung fungsi gelombang suatu sistem dan bagaimana dia berubah secara dinamis seiring waktu. Schrödinger menciptakan istilah "keterikatan kuantum" pada tahun 1935.

11 Matius 21:10.

12 Minggu Sengsara: hari-hari (sekitar seminggu) kehidupan terakhir Yesus Kristus memasuki masa kesengsaraanNya menjelang peristiwa penyalibanNya sampai mati, yang diikuti dengan penguburanNya dan mencapai puncaknya pada waktu kebangkitanNya dari kematian.

13 DWI: Driving While Intoxicated; mengemudi saat mabuk.

14 AA: Alcoholics Anonymous; pertemuan orang-orang yang berkomitmen untuk berhenti minum dan saling mendukung.

15 DT: Delirium Tremens; merupakan bentuk paling parah dari putus alkohol, ditandai dengan kebingungan, halusinasi, tremor, dan gejala mengganggu lainnya yang bisa terjadi ketika peminum berat tiba-tiba berhenti minum alkohol; pada dasarnya, ini merujuk pada episode serius dari gejala putus alkohol.

16 Matius 7:1.

17 Milenialisme: kepercayaan bahwa Kristus akan menegakkan pemerintahan damai selama seribu tahun di bumi, yang dikenal sebagai milenium. Ini adalah gerakan Kristen yang didasarkan pada penafsiran Alkitab, khususnya Wahyu 20.

18 Lukas 23:34.

19 King James: terjemahan Alkitab Kristen dalam Bahasa Inggris Modern Awal untuk Gereja Inggris, yang ditugaskan pada tahun 1604 dan diterbitkan pada tahun 1611, dengan sponsor dari Raja James VI (di Skotlandia) dan I (di Inggris). Sebanyak 80 kitab dalam Versi Raja James meliputi 39 kitab Perjanjian Lama, 14 kitab Apokrifa, dan 27 kitab Perjanjian Baru.

20 Minggu penyisiran: periode waktu ketika jaringan televisi mengukur rating untuk menentukan rasio iklan dan popularitas program. Minggu penyisiran biasanya berlangsung pada bulan Februari, Mei, Juli, dan November.

21 Yellow pages: adalah direktori telepon bisnis, yang disusun berdasarkan kategori, bukan berdasarkan abjad berdasarkan nama bisnis, tempat iklan dijual. Direktori tersebut awalnya dicetak di kertas kuning, bukan kertas putih untuk daftar nonkomersial. Istilah tradisional "yellow pages" kini juga diterapkan pada direktori bisnis daring.

Comments

Populer