Inanna Dan Enki (Mitologi Sumeria)
"Karena
aku sudah membuat padang pasir berbunga dan para penggembala bergembira, karena
aku sudah membuat kotaku, Uruk, cemerlang, karena aku sudah membuat kotaku
menjadi indah, maka aku akan pergi ke abzu, ke Eridu, aku akan pergi
kepada Enki, aku sendiri yang akan memohon kepadanya, di abzu, di Eridu.
Seperti minyak manis dari pohon cedar, aku akan mencurahkan permohonanku. Tidak
akan pernah luput dariku bahwa aku sudah diabaikan olehnya.”
Pada hari
itu, gadis Inanna, Inanna yang suci, mengarahkan langkahnya sendiri menuju abzu
milik Enki di Eridu. Pada hari itu, dia yang memiliki pengetahuan
luar biasa, yang mengetahui kekuatan ilahi di surga dan bumi, yang dari tempat
tinggalnya sendiri sudah mengetahui niat para dewa, Enki, raja abzu, yang,
bahkan sebelum Inanna yang suci mendekati dalam jarak enam mil dari kuilnya di
Eridu, mengetahui semua tentang usahanya -- Enki berbicara kepada Isimud,
menterinya, lalu memberinya perintah, "Kemarilah, menteriku, dengarkan
kata-kataku."
"Gadis
Inanna akan datang ke abzu, ke Eridu, dia akan minum, dia akan makan.
Kemarilah! Ketika gadis Inanna sudah memasuki abzu dan Eridu, tawarkan
kue mentega untuk dimakan. Sajikan air dingin yang menyegarkan. Tuangkan bir
untuknya, di depan Gerbang Singa, buat dia merasa seolah-olah dia berada di
rumah sahabatnya, jadikan dia sebagai sahabatmu. Kau harus menyambut Inanna
yang suci di meja suci, di meja An."
Setelah Enki
berbicara demikian kepadanya, Isimud sang menteri mengikuti perintah tuannya
dengan saksama. Ia membiarkan Inanna masuk ke dalam abzu dan Eridu.
Ketika gadis itu memasuki abzu dan Eridu, dia mendapat kue mentega untuk
dimakan. Mereka menuangkan air dingin yang menyegarkan untuknya, dan mereka
memberinya bir untuk diminum, di depan Gerbang Singa. Dia membuatnya merasa
seolah-olah dia berada di rumah sahabatnya, dan mereka menjadikannya sebagai
sahabatnya. Isimud menyambut Inanna yang suci di meja suci, di meja An.
Inanna
memasuki aula besar Abzu, disambut oleh pelukan hangat Enki, dewa air dan
kebijaksanaan yang bijaksana. Wajah Enki berseri-seri dengan senyum ramah saat
melihatnya. “Selamat datang, Inanna,” katanya. Suaranya dipenuhi dengan
kehangatan. “Kau adalah tamu yang disayangi di rumahku.”
Enki dan Inanna kemudian duduk di meja suci, meja An. Mereka minum bir bersama di abzu, dan menikmati anggur manis. Bejana perunggu aga terisi penuh, dan mereka berdua memulai sebuah perlombaan, minum dari bejana perunggu Urac. Malam semakin larut, acara minum-minum terus berlanjut. Hati Enki dipenuhi kegembiraan, dan dia terkagum-kagum dengan kecantikan Inanna. Karena merasa murah hati, dia memutuskan untuk memberikan titah kepadanya, memberinya kekuatan yang melampaui imajinasinya.
"Aku
akan memberikannya kepada Inanna yang suci, putriku, semoga ini tidak akan
pernah hilang.” Inanna yang suci menerima titah kepahlawanan dan kekuasaan.
Inanna menerima kepahlawanan, kekuasaan, kejahatan, kebenaran, penjarahan kota,
ratapan, dan sukacita. "Atas nama kekuatanku, atas nama abzu, aku
akan memberikannya kepada Inanna yang suci, putriku, semoga ini tidak akan
pernah hilang.”
Inanna
yang suci kemudian menerima titah dualitas dan keseimbangan. Inanna menerima
tipu daya, pemberontakan, yang diimbangi dengan kebaikan, kemampuan untuk
mengembara, dan kemampuan untuk bertahan. "Atas nama kekuatanku, atas nama
abzu, aku akan memberikannya kepada Inanna yang suci, putriku, semoga
ini tidak akan pernah hilang.”
Inanna
yang suci juga menerima titah keterampilan. Inanna menerima keterampilan
sebagai tukang kayu, keterampilan sebagai tukang tembaga, keterampilan sebagai
juru tulis, keterampilan sebagai pandai besi, keterampilan sebagai tukang
kulit, keterampilan sebagai tukang tambal, keterampilan sebagai tukang
bangunan, dan keterampilan sebagai tukang buluh. "Atas nama kekuatanku,
atas nama abzu, aku akan memberikannya kepada Inanna yang suci, putriku,
semoga ini tidak akan pernah hilang.”
Inanna
yang suci menerima titah kebijaksanaan dan penghormatan. Inanna menerima
kebijaksanaan, perhatian, upacara pemurnian suci, gubuk gembala, tumpukan arang
yang menyala, kandang domba, rasa hormat, kekaguman, dan keheningan yang
khidmat. "Atas nama kekuatanku, atas nama abzu, aku akan
memberikannya kepada Inanna yang suci, putriku, semoga ini tidak akan pernah
hilang.”
Inanna
yang suci lalu menerima titah keluarga dan api. Inanna menerima kertakan gigi,
penyulutan api, pemadaman api, kerja keras, keluarga yang berkumpul, keturunan.
"Atas nama kekuatanku, atas nama abzu, aku akan memberikannya
kepada Inanna yang suci, putriku, semoga ini tidak akan pernah hilang.”
Akhirnya
Inanna Suci menerima titah pemerintahan dan kemenangan. Inanna menerima
pertikaian, kemenangan, nasihat, penghiburan, penghakiman, dan pengambilan
keputusan. "Atas nama kekuatanku, atas nama abzu, aku akan
memberikannya kepada Inanna yang suci, putriku, semoga ini tidak akan pernah
hilang.”
Inanna,
setelah menerima titah itu, merasakan beratnya makna titah itu. Dia mengulangi
hadiah-hadiah yang sudah diterimanya. "Enki sudah memberikan kepadaku
kebenaran, dan memberikan kepadaku penjarahan kota-kota, dan memberikan
kepadaku ratapan, dan memberikan kepadaku sukacita."
"Dia
sudah memberiku tipu daya. Dia memberiku pemberontakan. Dia memberiku kebaikan.
Dia memberiku kemampuan untuk mengembara. Dia memberiku kemampuan untuk
bertahan."
"Dia
sudah memberiku keahlian sebagai tukang kayu. Dia memberiku keahlian sebagai
tukang tembaga. Dia memberiku keahlian sebagai juru tulis. Dia memberiku
keahlian sebagai pandai besi. Dia memberiku keahlian sebagai tukang kulit. Dia
memberiku keahlian sebagai tukang tambal. Dia memberiku keahlian sebagai tukang
bangunan. Dia memberiku keahlian sebagai tukang buluh."
"Dia
sudah memberiku kebijaksanaan. Dia memberiku perhatian. Dia memberiku upacara
pemurnian suci. Dia memberiku gubuk gembala. Dia memberiku tumpukan arang yang
menyala. Dia memberiku kandang domba. Dia memberiku rasa hormat. Dia memberiku
kekaguman. Dia memberiku keheningan yang penuh khidmat."
"Dia
sudah memberiku kertakan gigi pahit. Dia memberiku penyulutan api. Dia
memberiku pemadaman api. Dia memberiku kerja keras. Dia telah memberiku
keluarga yang berkumpul. Dia memberiku keturunan.”
“Dia
sudah memberiku pertikaian. Dia memberiku kemenangan. Dia memberiku nasihat.
Dia memberiku penghiburan. Dia memberiku penghakiman. Dia memberiku pengambilan
keputusan."
Saat efek
bir menghilang, Enki melihat sekeliling. Sang penguasa menatap ke atas ke abzu,
lalu mengalihkan pandangannya ke Eridu. Enki berbicara kepada menterinya
Isimud, "Isimud, menteriku, Nama yang Manis dari Surga!"
"Ya,
tuanku, aku siap melayanimu! Apa keinginanmu?"
"Karena
Inanna berkata bahwa dia belum akan berangkat dari sini menuju Uruk Kullaba,
bahwa dia belum akan berangkat dari sini menuju tempat Utu, apakah aku masih
bisa memanggilnya?"
Tapi
Inanna yang suci sudah mengumpulkan kekuatan ilahi dan menaiki Perahu Surga.
Dan Perahu Surga itu sudah meninggalkan dermaga. Enki menyadari betapa besar
tindakannya, dia merasa kehilangan dan mengalihkan perhatiannya ke
bangunan-bangunan megah di Eridu.
Enki
berbicara lagi kepada Isimud sang menteri, "Isimud, menteriku, Nama yang
Manis dari Surga!"
"Ya,
tuanku, aku siap melayanimu! Apa keinginanmu?"
"Di
mana jabatan pendeta, jabatan pendeta lagar, dewa, mahkota yang
agung dan baik, takhta kerajaan?"
"Tuanku
sudah memberikannya kepada Inanna."
"Di
manakah tongkat kerajaan, tongkat pemukul, pakaian kerajaan, jabatan gembala,
dan jabatan raja?"
"Tuanku
sudah memberikannya kepada Inanna."
"Di
mana jabatan pendeta perempuan egir-zid, jabatan pendeta perempuan
nin-dijir, jabatan pendeta perempuan icib, jabatan pendeta perempuan
lu-mah, dan jabatan pendeta perempuan gudug?"
"Tuanku
sudah memberikannya kepada Inanna."
"Di
mana keteguhan, yang turun ke alam baka, yang naik dari alam baka, pendeta kur-jara?"
"Tuanku
sudah memberikannya kepada Inanna."
"Di
mana pedang dan tongkat, saj-ursaj, pakaian hitam, pakaian
berwarna-warni, gaya rambut?"
"Tuanku
sudah memberikannya kepada Inanna."
"Di
mana panji-panji, tabung panah, hubungan seksual, ciuman, pelacuran, berlari?”
"Tuanku
sudah memberikannya kepada Inanna."
"Di
mana ucapan yang terus terang, ucapan yang menipu, ucapan yang muluk-muluk,
pelacur pemujaan, dan kedai minuman yang suci?"
"Tuanku
sudah memberikannya kepada Inanna."
"Di
mana kuil nijin-jar suci, ratu surga, alat musik yang keras, seni lagu,
dan usia tua yang terhormat?"
"Tuanku
sudah memberikannya kepada Inanna."
Saat Enki
menyebutkan setiap titah, penyesalannya semakin dalam. Dia menyadari betapa
banyak yang sudah dia berikan kepada Inanna. Dia tahu bahwa dia perlu mengambil
kembali titah tersebut, tapi merasakan beratnya kemurahan hatinya dan
kebijaksanaan yang sudah dia bagikan.
Sang
pangeran berbicara kepada menterinya Isimud, Enki memanggil menterinya Isimud,
"Isimud, menteriku, Nama Surga yang Manis!"
"Ya,
tuanku, aku siap melayanimu! Apa keinginanmu?"
“Sudah
sampai mana Perahu Surga sekarang?”
"Baru
saja sampai di Dermaga."
"Pergilah
sekarang! Para enkum, utusan dan pelayanku yang setia, harus mengambil
Perahu Surga darinya!"
Isimud,
yang patuh dan sigap, menemukan Inanna. Menteri Isimud berbicara kepada Inanna
yang suci, "Nona! Ayahmu mengirimku kepadamu. Inanna, ayahmu mengirimku
kepadamu. Apa yang dikatakan Enki sangat serius. Kata-katanya yang penting
tidak bisa dibatalkan."
Inanna
yang suci menjawabnya, "Apa yang dikatakan ayahku kepadamu, apa yang sudah
dia katakan? Kenapa kata-katanya yang penting tidak bisa dibatalkan?"
"Enki
sudah berbicara kepadaku, ‘Inanna boleh pergi ke Uruk, tapi kau harus membawa
Perahu Surga kembali ke Eridu untukku.’"
Inanna
Suci berbicara kepada menteri Isimud, "Bagaimana mungkin ayahku mengubah
apa yang sudah dikatakannya kepadaku? Bagaimana mungkin dia mengubah janjinya
sejauh menyangkut diriku? Bagaimana mungkin dia membatalkan kata-katanya yang
penting kepadaku? Apakah ayahku berbohong kepadaku, apakah dia berbicara bohong
kepadaku? Apakah dia bersumpah bohong atas nama kekuatannya dan atas nama abzu?
Apakah dia dengan licik mengirimmu kepadaku sebagai utusan?"
Ketika
kata-kata itu masih ada di mulutnya, Isimud meminta para enkum untuk
merebut Perahu Surga. Inanna yang suci memanggil menterinya Ninshubur,
"Datanglah, menteriku yang baik dari Eanna! Menteriku yang berbicara
dengan baik! Utusanku dengan kata-kata yang bisa diandalkan! Air tidak pernah
menyentuh tanganmu, air tidak pernah menyentuh kakimu!"
Inanna
memegang erat-erat kekuatan ilahi dan Perahu Surga. Sebelum para enkum
bisa mencapai perahu, Ninshubur, pelayan setia Inanna, melangkah maju.
Ninshubur berkata, “Kembalilah kepada Enki, katakan padanya bahwa perjalanan
Inanna tidak bisa dihentikan. Perahu Surga tidak akan diambil.”
Enki
kembali memanggil menterinya Isimud, "Isimud, menteriku, Nama Surga yang
Manis!"
"Ya,
tuanku, aku siap melayanimu! Apa keinginanmu?"
“Sudah
sampai mana Perahu Surga sekarang?”
"Baru
saja sampai di Dermaga suci."
"Pergilah
sekarang! Lima puluh raksasa Eridu akan mengambil Perahu Surga darinya!"
Isimud,
yang patuh dan sigap, menemukan Inanna. Menteri Isimud berbicara kepada Inanna
yang suci, "Nona! Ayahmu mengirimku kepadamu. Inanna, ayahmu mengirimku
kepadamu. Apa yang dikatakan Enki sangat serius. Kata-katanya yang penting
tidak bisa dibatalkan."
Inanna
yang suci menjawabnya, "Apa yang dikatakan ayahku kepadamu, apa yang sudah
dia katakan? Kenapa kata-katanya yang penting tidak bisa dibatalkan?"
"Enki
sudah berbicara kepadaku, ‘Inanna boleh pergi ke Uruk, tapi kau harus membawa
Perahu Surga kembali ke Eridu untukku.’"
Inanna
Suci berbicara kepada menteri Isimud, "Bagaimana mungkin ayahku mengubah
apa yang sudah dikatakannya kepadaku? Bagaimana mungkin dia mengubah janjinya
sejauh menyangkut diriku? Bagaimana mungkin dia membatalkan kata-katanya yang
penting kepadaku? Apakah ayahku berbohong kepadaku, apakah dia berbicara bohong
kepadaku? Apakah dia bersumpah bohong atas nama kekuatannya dan atas nama abzu?
Apakah dia dengan licik mengirimmu kepadaku sebagai utusan?"
Ketika
kata-kata itu masih ada di mulutnya, lima puluh raksasa Eridug muncul untuk
merebut Perahu Surga. Inanna yang suci memanggil menterinya Ninshubur,
"Datanglah, menteriku yang baik dari Eanna! Menteriku yang berbicara
dengan baik! Utusanku dengan kata-kata yang bisa diandalkan! Air tidak pernah
menyentuh tanganmu, air tidak pernah menyentuh kakimu!"
Inanna
memegang erat-erat kekuatan ilahi dan Perahu Surga. Sebelum lima puluh raksasa
Eridug bisa mencapai perahu, Ninshubur, pelayan setia Inanna, melangkah maju.
Ninshubur berkata, “Kembalilah kepada Enki, katakan padanya bahwa perjalanan
Inanna tidak bisa dihentikan. Perahu Surga tidak akan diambil.”
Enki
sekali lagi memanggil menterinya Isimud, "Isimud, menteriku, Nama Surga
yang Manis!"
"Ya,
tuanku, aku siap melayanimu! Apa keinginanmu?"
“Sudah
sampai mana Perahu Surga sekarang?”
"Baru
saja sampai di bukit Ulma."
"Pergilah
sekarang! Lima puluh iblis lahama dari perairan bawah tanah akan
mengambil Perahu Surga darinya!"
Isimud,
yang patuh dan sigap, menemukan Inanna. Menteri Isimud berbicara kepada Inanna
yang suci, "Nona! Ayahmu mengirimku kepadamu. Inanna, ayahmu mengirimku
kepadamu. Apa yang dikatakan Enki sangat serius. Kata-katanya yang penting
tidak bisa dibatalkan."
Inanna
yang suci menjawabnya, "Apa yang dikatakan ayahku kepadamu, apa yang sudah
dia katakan? Kenapa kata-katanya yang penting tidak bisa dibatalkan?"
"Enki
sudah berbicara kepadaku, ‘Inanna boleh pergi ke Uruk, tapi kau harus membawa
Perahu Surga kembali ke Eridu untukku.’"
Inanna
Suci berbicara kepada menteri Isimud, "Bagaimana mungkin ayahku mengubah
apa yang sudah dikatakannya kepadaku? Bagaimana mungkin dia mengubah janjinya
sejauh menyangkut diriku? Bagaimana mungkin dia membatalkan kata-katanya yang
penting kepadaku? Apakah ayahku berbohong kepadaku, apakah dia berbicara bohong
kepadaku? Apakah dia bersumpah bohong atas nama kekuatannya dan atas nama abzu?
Apakah dia dengan licik mengirimmu kepadaku sebagai utusan?"
Ketika
kata-kata itu masih ada di mulutnya, lima puluh iblis lahama dari
perairan bawah tanah muncul untuk merebut Perahu Surga. Inanna yang suci
memanggil menterinya Ninshubur, "Datanglah, menteriku yang baik dari Eanna!
Menteriku yang berbicara dengan baik! Utusanku dengan kata-kata yang bisa
diandalkan! Air tidak pernah menyentuh tanganmu, air tidak pernah menyentuh
kakimu!"
Inanna
memegang erat-erat kekuatan ilahi dan Perahu Surga. Sebelum iblis lahama dari
perairan bawah tanah bisa mencapai perahu, Ninshubur, pelayan setia Inanna,
melangkah maju. Ninshubur berkata, “Kembalilah kepada Enki, katakan padanya
bahwa perjalanan Inanna tidak bisa dihentikan. Perahu Surga tidak akan
diambil.”
Enki
memanggil menterinya Isimud lagi, "Isimud, menteriku, Nama Surga yang
Manis!"
"Ya,
tuanku, aku siap melayanimu! Apa keinginanmu?"
“Sudah
sampai mana Perahu Surga sekarang?”
"Baru
saja sampai di bukit Padang."
"Pergilah
sekarang! Semua ikan besar akan mengambil Perahu Surga darinya!"
Isimud,
yang patuh dan sigap, menemukan Inanna. Menteri Isimud berbicara kepada Inanna
yang suci, "Nona! Ayahmu mengirimku kepadamu. Inanna, ayahmu mengirimku
kepadamu. Apa yang dikatakan Enki sangat serius. Kata-katanya yang penting
tidak bisa dibatalkan."
Inanna
yang suci menjawabnya, "Apa yang dikatakan ayahku kepadamu, apa yang sudah
dia katakan? Kenapa kata-katanya yang penting tidak bisa dibatalkan?"
"Enki
sudah berbicara kepadaku, ‘Inanna boleh pergi ke Uruk, tapi kau harus membawa
Perahu Surga kembali ke Eridu untukku.’"
Inanna
Suci berbicara kepada menteri Isimud, "Bagaimana mungkin ayahku mengubah
apa yang sudah dikatakannya kepadaku? Bagaimana mungkin dia mengubah janjinya
sejauh menyangkut diriku? Bagaimana mungkin dia membatalkan kata-katanya yang
penting kepadaku? Apakah ayahku berbohong kepadaku, apakah dia berbicara bohong
kepadaku? Apakah dia bersumpah bohong atas nama kekuatannya dan atas nama abzu?
Apakah dia dengan licik mengirimmu kepadaku sebagai utusan?"
Ketika
kata-kata itu masih ada di mulutnya, semua ikan besar di laut muncul untuk
merebut Perahu Surga. Inanna yang suci memanggil menterinya Ninshubur,
"Datanglah, menteriku yang baik dari Eanna! Menteriku yang berbicara
dengan baik! Utusanku dengan kata-kata yang bisa diandalkan! Air tidak pernah
menyentuh tanganmu, air tidak pernah menyentuh kakimu!"
Inanna
memegang erat-erat kekuatan ilahi dan Perahu Surga. Sebelum semua ikan besar
bisa mencapai perahu, Ninshubur, pelayan setia Inanna, melangkah maju.
Ninshubur berkata, “Kembalilah kepada Enki, katakan padanya bahwa perjalanan
Inanna tidak bisa dihentikan. Perahu Surga tidak akan diambil.”
Enki
kembali memanggil menterinya Isimud, "Isimud, menteriku, Nama Surga yang
Manis!"
"Ya,
tuanku, aku siap melayanimu! Apa keinginanmu?"
“Sudah
sampai mana Perahu Surga sekarang?”
"Baru
saja sampai di perbatasan Uruk."
"Pergilah
sekarang! Para penjaga Uruk akan mengambil Perahu Surga darinya!"
Isimud,
yang patuh dan sigap, menemukan Inanna. Menteri Isimud berbicara kepada Inanna
yang suci, "Nona! Ayahmu mengirimku kepadamu. Inanna, ayahmu mengirimku
kepadamu. Apa yang dikatakan Enki sangat serius. Kata-katanya yang penting
tidak bisa dibatalkan."
Inanna
yang suci menjawabnya, "Apa yang dikatakan ayahku kepadamu, apa yang sudah
dia katakan? Kenapa kata-katanya yang penting tidak bisa dibatalkan?"
"Enki
sudah berbicara kepadaku, ‘Inanna boleh pergi ke Uruk, tapi kau harus membawa
Perahu Surga kembali ke Eridu untukku.’"
Inanna
Suci berbicara kepada menteri Isimud, "Bagaimana mungkin ayahku mengubah
apa yang sudah dikatakannya kepadaku? Bagaimana mungkin dia mengubah janjinya
sejauh menyangkut diriku? Bagaimana mungkin dia membatalkan kata-katanya yang
penting kepadaku? Apakah ayahku berbohong kepadaku, apakah dia berbicara bohong
kepadaku? Apakah dia bersumpah bohong atas nama kekuatannya dan atas nama abzu?
Apakah dia dengan licik mengirimmu kepadaku sebagai utusan?"
Ketika
kata-kata itu masih ada di mulutnya, para penjaga Uruk muncul untuk merebut
Perahu Surga. Inanna yang suci memanggil menterinya Ninshubur, "Datanglah,
menteriku yang baik dari Eanna! Menteriku yang berbicara dengan baik! Utusanku
dengan kata-kata yang bisa diandalkan! Air tidak pernah menyentuh tanganmu, air
tidak pernah menyentuh kakimu!"
Inanna
memegang erat-erat kekuatan ilahi dan Perahu Surga. Sebelum para penjaga Uruk
bisa mencapai perahu, Ninshubur, pelayan setia Inanna, melangkah maju.
Ninshubur berkata, “Kembalilah kepada Enki, katakan padanya bahwa perjalanan
Inanna tidak bisa dihentikan. Perahu Surga tidak akan diambil.”
Enki
sekali lagi memanggil menterinya Isimud, "Isimud, menteriku, Nama Surga
yang Manis!"
"Ya,
tuanku, aku siap melayanimu! Apa keinginanmu?"
“Sudah
sampai mana Perahu Surga sekarang?”
"Baru
saja sampai di kanal Surungal."
"Pergilah
sekarang! Para penjaga kanal Surungal akan mengambil Perahu Surga
darinya!"
Isimud,
yang patuh dan sigap, menemukan Inanna. Menteri Isimud berbicara kepada Inanna
yang suci, "Nona! Ayahmu mengirimku kepadamu. Inanna, ayahmu mengirimku
kepadamu. Apa yang dikatakan Enki sangat serius. Kata-katanya yang penting
tidak bisa dibatalkan."
Inanna
yang suci menjawabnya, "Apa yang dikatakan ayahku kepadamu, apa yang sudah
dia katakan? Kenapa kata-katanya yang penting tidak bisa dibatalkan?"
"Enki
sudah berbicara kepadaku, ‘Inanna boleh pergi ke Uruk, tapi kau harus membawa
Perahu Surga kembali ke Eridu untukku.’"
Inanna
Suci berbicara kepada menteri Isimud, "Bagaimana mungkin ayahku mengubah
apa yang sudah dikatakannya kepadaku? Bagaimana mungkin dia mengubah janjinya
sejauh menyangkut diriku? Bagaimana mungkin dia membatalkan kata-katanya yang
penting kepadaku? Apakah ayahku berbohong kepadaku, apakah dia berbicara bohong
kepadaku? Apakah dia bersumpah bohong atas nama kekuatannya dan atas nama abzu?
Apakah dia dengan licik mengirimmu kepadaku sebagai utusan?"
Ketika
kata-kata itu masih ada di mulutnya, para penjaga kanal Surungal muncul untuk
merebut Perahu Surga. Inanna yang suci memanggil menterinya Ninshubur,
"Datanglah, menteriku yang baik dari Eanna! Menteriku yang berbicara
dengan baik! Utusanku dengan kata-kata yang bisa diandalkan! Air tidak pernah
menyentuh tanganmu, air tidak pernah menyentuh kakimu!"
Inanna
memegang erat-erat kekuatan ilahi dan Perahu Surga. Sebelum para penjaga kanal
Surungal bisa mencapai perahu, Ninshubur, pelayan setia Inanna, melangkah maju.
Ninshubur berkata, “Kembalilah kepada Enki, katakan padanya bahwa perjalanan
Inanna tidak bisa dihentikan. Perahu Surga tidak akan diambil.”
Inanna
memegang erat-erat kekuatan ilahi dan Perahu Surga. Perjalanannya panjang dan
penuh tantangan. Saat dia mendekati kuilnya di Uruk Kullaba, kota itu sudah
menunggu kedatangannya dengan napas tertahan. Ketika Perahu Surga mencapai
Gerbang Kebahagiaan, perahu itu melaju dengan megah di sepanjang jalan Uruk.
Perahu itu mencapai rumah gadis itu dan menemukan tempatnya di dekat sumur yang
disucikan, sumur utama Inanna. Di sana, ia menempatkan kekuatan ilahi dan
Perahu Surga di Gerbang Ĝipar, di dalam Ruang Agrun.
Menteri
Ninshubur berbicara kepada Inanna yang suci, “Nona, hari ini kau sudah membawa
Perahu Surga ke Gerbang Kebahagiaan, ke Uruk Kullaba. Sekarang akan ada
kegembiraan di kota kita. Perahu ini akan berlayar di sungai kita untuk
merayakannya.”
Inanna
yang suci menjawabnya, "Hari ini aku sudah membawa Perahu Surga ke Gerbang
Sukacita, ke Uruk Kullaba. Perahu ini akan melewati jalan dengan megah.
Orang-orang akan berdiri di jalan dengan penuh rasa kagum. Para laki-laki tua
di kota akan merasa terhibur, dan para perempuan tua akan memberikan nasihat.
Para pemuda akan menunjukkan kekuatan tangan mereka, dan anak-anak akan bersuka
cita. Uruk akan dipenuhi dengan kebahagiaan dan kebanggaan. Raja akan
menyembelih banteng, akan mengorbankan domba. Dia akan menuangkan bir dari
mangkuk. Dia akan membunyikan drum cem dan ala, dan memainkan
instrumen tigi yang bersuara merdu. Negeri-negeri asing akan menyatakan
kebesaranku. Rakyatku akan mengucapkan puji-pujian untukku."
Enki
memanggil menterinya Isimud sekali lagi, "Isimud, menteriku, Nama Surga
yang Manis!"
"Ya,
tuanku, aku siap melayanimu! Apa keinginanmu?"
“Sudah
sampai mana Perahu Surga sekarang?”
"Sudah
sampai di dermaga putih."
"Pergilah
sekarang! Lihatlah kekaguman yang ditimbulkannya. Inanna yang suci sudah
kembali, dan semua orang akan melihat keagungannya!"
Saat
Inanna memasuki kuilnya, rasa kagum dan hormat memenuhi udara. Para pendeta dan
pendeta perempuan di kuilnya, mengenakan pakaian suci mereka, berkumpul di
sekelilingnya lalu bersuara serentak, mengumumkan kekuatan baru sang dewi.
"Inanna,
kau sudah membawa jabatan pendeta, jabatan pendeta lagar, dewa,
mahkota yang agung dan baik, dan takhta kerajaan."
"Kau
membawa tongkat kerajaan, tongkat pemukul, pakaian kerajaan, jabatan gembala,
dan jabatan raja."
"Kau
membawa jabatan pendeta perempuan egir-zid, jabatan pendeta perempuan
nin-dijir, jabatan pendeta perempuan icib, jabatan pendeta perempuan
lu-mah, dan jabatan pendeta perempuan gudug."
"Kau
membawa keteguhan, yang turun ke alam baka, yang naik dari alam baka, pendeta kur-jara."
"Kau
membawa pedang dan tongkat, saj-ursaj, pakaian hitam, pakaian
berwarna-warni, gaya rambut."
"Kau
membawa panji-panji, tabung panah, hubungan seksual, ciuman, pelacuran,
berlari.”
"Kau
membawa ucapan yang terus terang, ucapan yang menipu, ucapan yang muluk-muluk,
pelacur pemujaan, dan kedai minuman yang suci."
"Kau
membawa kuil nijin-jar suci, ratu surga, alat musik yang keras, seni
lagu, dan usia tua yang terhormat."
"Kau
membawa kepahlawanan dan kekuasaan, kejahatan, kebenaran, penjarahan kota,
ratapan, dan sukacita."
"Kau
membawa tipu daya, pemberontakan, kebaikan, kemampuan untuk mengembara, dan
kemampuan untuk bertahan."
"Kau
membawa keterampilan sebagai tukang kayu, keterampilan sebagai tukang tembaga,
keterampilan sebagai juru tulis, keterampilan sebagai pandai besi, keterampilan
sebagai tukang kulit, keterampilan sebagai tukang tambal, keterampilan sebagai
tukang bangunan, dan keterampilan sebagai tukang buluh."
"Kau
membawa kebijaksanaan, perhatian, upacara pemurnian suci, gubuk gembala,
tumpukan arang yang menyala, kandang domba, rasa hormat, kekaguman, dan
keheningan yang khidmat."
"Kau
membawa kertakan gigi, penyulutan api, pemadaman api, kerja keras, keluarga
yang berkumpul, keturunan."
"Kau
membawa pertikaian, kemenangan, nasihat, penghiburan, penghakiman, dan
pengambilan keputusan."
Orang-orang,
yang mendengar pernyataan itu, bersukacita, mengetahui bahwa karunia Inanna
akan mendatangkan kebijaksanaan, kekuatan, dan berkat bagi kehidupan mereka.
Terpujilah Inanna! Terpujilah Enki!
***
Kalau Anda menyukai kisah mitologi ini, Anda mungkin ingin membaca kisah mitologi Sumeria lainnya di sini.
***

Comments
Post a Comment