Pernikahan Martu (Mitologi Sumeria)

Mitologi Sumeria

Ketika kota Inab sudah ada, tapi kota Kiritab belum ada, ketika mahkota suci sudah ada, tapi tiara suci belum ada, ketika ramuan suci sudah ada, tapi pohon cedar suci belum ada, ketika garam suci sudah ada, tapi alkali suci belum ada, ketika hubungan badan dan berciuman sudah ada, ketika melahirkan di padang sudah ada -- Akulah kakek pohon cedar suci, Akulah leluhur pohon mes, Akulah ibu dan ayah pohon cedar putih, Akulah kerabat pohon cedar hacur.

Pada waktu itu ada tanah kerajaan di antara kota-kota, Inab adalah tanah kerajaan di antara kota-kota itu. Penguasa Inab adalah Tigi-cem-ala. Dia memiliki seorang istri yang bernama Sage-gur (diinginkan oleh hati), dan seorang anak.

Orang-orang yang tinggal di sekitar kota itu memasang jala, orang-orang yang tinggal di sekitar Inab memasang jala, mengejar rusa dan membunuh rusa itu seperti orang membunuh manusia. Pada suatu hari, ketika malam tiba, dan mereka sudah sampai di tempat pembagian jatah, mereka mendirikan jatah di hadapan dewa. Jatah seorang laki-laki yang sudah menikah ditetapkan dua kali lipat, jatah seorang laki-laki dengan seorang anak ditetapkan tiga kali lipat, jatah seorang laki-laki yang belum menikah ditetapkan satu kali, tapi jatah Martu, meskipun masih belum menikah, juga ditetapkan dua kali lipat.

Martu pulang ke rumah ibunya, dan berkata kepadanya, "Di kotaku, aku berada di antara teman-temanku dan mereka semua sudah menikah. Tidak seperti teman-temanku di kotaku, aku belum menikah, dan tidak punya anak. Tapi, bagian yang ditetapkan melebihi bagian teman-temanku, di atas bagian teman-temanku, aku menerima setengah dari bagian mereka."

Suatu hari, ketika malam tiba, dan mereka sudah mencapai tempat pembagian jatah lagi, mereka menetapkan jatah di hadapan dewa. Jatah seorang laki-laki yang sudah menikah ditetapkan sebagai dua kali lipat, jatah seorang laki-laki dengan seorang anak ditetapkan sebagai tiga kali lipat, jatah seorang laki-laki belum menikah ditetapkan satu kali, tapi jatah Martu, meskipun belum menikah, juga ditetapkan dua kali lipat.

Martu pulang ke rumah ibunya, dan berkata kepadanya, "Ibu, carikan aku seorang istri untuk dinikahi dan aku akan membawakanmu jatahku." Ibunya menjawab Martu, "Su-henuna, anakku, aku akan memberimu nasihat, semoga nasihatku diperhatikan. Nikahi istri pilihanmu, nikahi istri yang kau inginkan, berikan aku seorang pendamping, berikan aku seorang budak perempuan. Sesudah membangun rumah-rumah orang-orangmu yang tinggal di sekitar kota, dan kebun, kau akan menggali sumur teman-temanmu.”

Pada waktu itu, sebuah festival diumumkan di kota itu, di kota Inab. Martu berkata, "Ayo, teman-teman, mari kita pergi ke sana, mari kita mengunjungi rumah-rumah minum Inab, mari kita pergi ke sana." Dewa Numushda berpartisipasi dalam festival itu, putrinya yang terkasih Adgar-kidug ikut dalam festival itu, istrinya Namrat, perempuan cantik ikut dalam festival itu. Di kota itu, genderang perunggu cem bergemuruh, dan tujuh genderang ala bergema saat orang-orang kuat, juara berikat pinggang, memasuki rumah gulat untuk saling bersaing memperebutkan Numushda di kuil Inab. Ada banyak orang yang datang ke Inab, kota tempat festival itu berlangsung, untuk mengaguminya.

Untuk Numushda, karena dia suci, Martu juga melangkah mengelilingi pelataran besar untuk bertanding gulat di gerbang Inab. Mereka terus mencari petarung yang kuat untuknya, mereka terus menawarkan petarung yang kuat kepadanya. Martu melangkah mengelilingi pelataran besar. Dia memukul mereka dengan pukulan yang menghancurkan mereka satu per satu. Di pelataran besar, dalam pertempuran dia membuat mereka diperban, di pelataran besar Inab dia mengangkat mayat-mayat.

Numushda bersukacita atas Martu, dan menawarinya perak, tapi Martu tidak mau menerimanya. Dia menawarkan permata, tapi Martu tidak mau menerimanya. Sesudah melakukannya untuk kedua kalinya, sesudah melakukannya untuk ketiga kalinya, Martu berkata, "Ke mana perakmu pergi? Ke mana permatamu pergi? Aku, Martu, lebih suka menikahi putrimu, aku lebih suka menikahi putrimu Adgar-kidug."

Numushda berkata, "Kau harus membawa sapi dan istrinya dengan anak sapi, sebagai hadiah pernikahan. Sapi perah akan memberi makan anak sapi. Di kandang anak sapi dan sapi akan berbaring. Sapi perah akan tinggal di kandang, anak sapi yang sedang menyusui akan tinggal di sisi kanannya. Kau harus berjanji seperti ini dan hanya seperti ini, dan kemudian aku akan memberimu putriku Adgar-kidug."

"Kau harus membawa domba dan istrinya dengan anak domba, sebagai hadiah pernikahan. Domba betina perah akan memberi makan domba-domba itu. Di kandang mereka, domba dan induk domba akan berbaring. Domba betina perah akan tinggal di kandang dan domba-domba yang menyusui akan tinggal di sisi kiri mereka. Kau harus memberikan janjimu seperti ini dan hanya seperti ini, dan kemudian aku akan memberimu putriku Adgar-kidug."

"Kau harus membawa kambing dan istrinya dengan anak-anaknya sebagai hadiah pernikahan. Kambing perah akan memberi makan anak-anaknya. Di kandang mereka, anak kambing dan kambing akan berbaring. Kambing akan tinggal di kandang dan anak-anak yang masih menyusui akan tinggal sebelah kanannya. Kau harus berjanji seperti ini dan hanya seperti ini, dan kemudian aku akan memberimu putriku Adgar-kidug."

Martu memuaskan para tetua Inab dengan ikat kepala emas. Dia memuaskan para perempuan tua Inab dengan selendang emas. Dia memuaskan para laki-laki dan perempuan Inab dengan emas. Dia memuaskan para budak Inab dengan kain berwarna. Dia memuaskan para budak perempuan Inab dengan kendi perak.

Hari-hari sudah berlalu, belum ada keputusan yang diambil. Teman Adgar-kidug berbicara kepadanya, "Sekarang dengarkan, tangan mereka merusak dan wajah mereka seperti kera, dia adalah orang yang memakan apa yang dilarang Nanna dan tidak menunjukkan rasa hormat. Mereka tidak pernah berhenti berkeliaran, mereka adalah kekejian bagi tempat tinggal para dewa. Ide-ide mereka membingungkan, mereka hanya menyebabkan gangguan. Dia berpakaian kulit karung, tinggal di tenda, terkena angin dan hujan, dan tidak bisa membaca doa dengan benar. Dia tinggal di pegunungan dan mengabaikan tempat-tempat para dewa, menggali truffle di kaki bukit, tidak tahu bagaimana menekuk lutut, dan makan daging mentah. Dia tidak memiliki rumah selama hidupnya, dan ketika dia meninggal dia tidak akan dibawa ke tempat pemakaman. Temanku, mengapa kau menikahi Martu?"

Adgar-kidug menjawab temannya, "Aku akan menikahi Martu!"

Inab -- ulum, alam!

***

Kalau Anda menyukai kisah mitologi ini, Anda mungkin ingin membaca kisah mitologi Sumeria lainnya di sini.

***

Comments

Populer