Kejadian Eridu (Mitologi Sumeria)

Mitologi Sumeria

Nintur sedang berpikir, “Biarlah aku merenungkan kembali umat manusiaku, yang semuanya sudah terlupakan, dan mengingat umat manusiaku, makhluk-makhluk Nintur, biarlah aku membawa mereka kembali, biarlah aku menuntun manusia kembali dari jejak mereka. Semoga mereka datang dan membangun kota-kota dan tempat-tempat pemujaan, supaya aku bisa menyejukkan diriku di bawah naungan mereka, semoga mereka meletakkan batu bata untuk kota-kota pemujaan di tempat-tempat yang murni dan semoga mereka menemukan tempat-tempat untuk ramalan di tempat-tempat yang murni!”

Dia memberikan petunjuk untuk pemurnian dan seruan untuk kedamaian, hal-hal yang mendinginkan murka ilahi, menyempurnakan pelayanan ilahi dan tugas-tugas agung, berkata kepada daerah-daerah sekitarnya: "Biarkan aku melembagakan perdamaian di sana!"

Ketika An, Enlil, Enki dan Ninhursag menciptakan orang-orang berkepala hitam, mereka juga menciptakan hewan-hewan kecil yang muncul dari bumi, muncul dari bumi dalam jumlah yang banyak dan membiarkan adanya, sebagaimana mestinya, rusa, keledai liar, dan binatang berkaki empat di padang pasir. “Biarlah aku meminta dia memberi nasihat, biarlah aku meminta dia mengawasi pekerjaan mereka, dan biarlah dia mengajar manusia untuk mengikuti jejak mereka seperti ternak yang tidak pernah salah!”

Ketika tongkat kerajaan turun dari surga, mahkota agung dan takhta kerajaan sudah turun dari surga, sang raja secara teratur melakukan ibadah dan tugas-tugas suci yang agung dengan sempurna, meletakkan batu bata kota-kota itu di tempat-tempat yang murni. Mereka diberi nama dengan nama dan diberi keranjang setengah gantang.

Kota pertama dari kota-kota itu, Eridu, diberikannya kepada pemimpin Nudimmud, yang kedua, Bad-tibira, diberikannya kepada Sang Pangeran dan Yang Suci, yang ketiga, Larak, diberikannya kepada Pabilsag, yang keempat, Sippar, diberikannya kepada Utu yang gagah berani. Yang kelima, Shuruppak, diberikannya kepada Sud.

Kota-kota ini, yang sudah diberi nama dan sudah diberi keranjang setengah gantang, mengeruk kanal-kanal, yang ditutup dengan tanah liat ungu yang terbawa angin, dan mengalirkan air. Pembersihan kanal-kanal yang lebih kecil menghasilkan pertumbuhan yang melimpah.

Hari itu Nintur menangisi makhluk-makhluknya dan Inanna yang suci dipenuhi kesedihan atas rakyat mereka, tapi Enki berunding dengan hatinya sendiri. An, Enlil, Enki, dan Ninhursag menyuruh para dewa surga dan bumi bersumpah atas nama An dan Enlil.

Pada waktu itu, Ziusudra adalah raja dan pendeta lustrasi. Dia membuat, sebagai seorang peramal, patung dewa dan berdiri dengan kagum di sampingnya, mengucapkan keinginannya dengan rendah hati. Karena dia berdiri di sana secara teratur hari demi hari, sesuatu yang bukan mimpi muncul: percakapan, sumpah demi langit dan bumi, sentuhan tenggorokan, dan para dewa mengangkat gada mereka ke Ur.

Dan ketika Ziusudra berdiri di sana di sampingnya, dia terus mendengar suara, “Melangkahlah ke dinding di sebelah kiriku dan dengarkan! Biarkan aku berbicara sepatah kata kepadamu di dinding dan semoga kau mengerti apa yang kukatakan, semoga kau mengindahkan kata-kataku! Dengan tangan kami banjir akan melanda kota-kota dengan keranjang setengah gantang, keputusan, bahwa umat manusia harus dihancurkan sudah dibuat. Sebuah putusan, perintah dari majelis tidak bisa dibatalkan, perintah An dan Enlil tidak ada satupun yang pernah dibatalkan, kekuasaan mereka, masa jabatan mereka, sudah dicabut. Mereka harus memikirkan sendiri tentang itu. Sekarang, apa yang akan kukatakan kepadamu adalah bahwa semua angin jahat, semua angin badai akan berkumpul menjadi satu dan bersama mereka, banjir melanda kota-kota yang hanya memiliki setengah keranjang selama tujuh hari tujuh malam. Sesudah banjir melanda negeri itu, sesudah angin jahat menggoyangkan perahu besar di atas air yang besar, matahari akan terbit dan menyebarkan cahayanya ke langit dan bumi.”

Ziusudra kemudian mengebor sebuah lubang di perahu besar itu dan Utu yang gagah berani mengirimkan cahayanya ke bagian dalam perahu besar itu. Ziusudra, sebagai raja, melangkah maju ke hadapan Utu dan mencium tanah di hadapannya. Sang raja menyembelih lembu, memberikan banyak makanan kepada domba-dombanya, kue jelai, bulan sabit. Dia sedang menghancurkan untuknya juniper, tanaman murni pegunungan, dia menyalakan api dan mendekapnya di dada.

Lalu Enki berkata, “Kalian di sini sudah bersumpah demi nafas kehidupan surga, nafas kehidupan bumi, bahwa dia sungguh-sungguh bersekutu dengan kalian, kalian di sana, An dan Enlil, sudah bersumpah demi nafas kehidupan surga, nafas kehidupan bumi, bahwa dia bersekutu dengan kalian semua. Dia akan menurunkan hewan-hewan kecil yang muncul dari bumi!”

Ziusudra, sebagai raja, melangkah maju di hadapan An dan Enlil sambil mencium tanah. Dan An dan Enlil sesudah menghormatinya, menganugerahinya kehidupan bagaikan kehidupan dewa, membuat napas kehidupan abadi, bagaikan kehidupan dewa, turun ke dalam dirinya. Pada hari itu mereka menjadikan Ziusudra, sang raja, pemelihara nama binatang kecil dan benih umat manusia, tinggal di sebelah timur, di atas pegunungan di Gunung Dilmun.

***

Kalau Anda menyukai kisah mitologi ini, Anda mungkin ingin membaca kisah mitologi Sumeria lainnya di siniatau membandingkannya dengan versi Babilonia di sini.

***

Comments

Populer