Enki Dan Tatanan Dunia (Mitologi Sumeria)

Mitologi Sumeria

Penguasa surga dan bumi yang agung, Enki, yang dilahirkan oleh seekor banteng, yang disayangi oleh Enlil sang penguasa angin dan dicintai oleh An yang suci, sang raja, berdiri di Eridu dan bayangannya yang seperti naga menutupi langit dan bumi. Enki, pemberi kelimpahan para dewa Anunna, Nudimmud, yang perkasa dari Ekur, yang terkuat di surga dan bumi! Kejantanannya bagaikan pohon mes yang terus-menerus berbuah. Rumahnya yang agung didirikan di Abzu, tiang tambatan surga dan bumi yang agung. Tatapan sekilasnya saja sudah cukup untuk mengguncang hati pegunungan, tempat bison-bison lahir, tempat rusa jantan lahir, tempat ibex lahir, tempat kambing liar lahir, di padang rumput, di cekungan di jantung bukit. Tatapannya sudah menjangkau sampai ke jantung negeri bagai alang-alang halhal.

Enki menghabiskan waktunya menghitung hari-hari. Dia menempatkan hari-hari itu ke dalam bulan-bulan, dan kemudian meletakkan bulan-bulan itu ke dalam tahun-tahun, lalu menyerahkan tahun-tahun yang sudah selesai itu kepada dewan para dewa untuk disetujui. Keputusannya dalam mengatur hari-hari menjadikannya penguasa umat manusia. Para penggembala dengan merdu menyanyikan lagu pedesaan, sementara pembuat susu menghabiskan hari dengan mengocok mesin pengaduknya, membuat keju untuk santapan sore yang menenangkan bagi para dewa di ruang makan mereka yang megah. Kata-kata Enki menggetarkan hati para pemuda, sehingga seperti banteng bertanduk tebal mereka meloncat-loncat di pelataran. Kata-katanya memberikan keindahan kepada para gadis, sehingga orang-orang di kota-kota yang mereka tinggali menatap mereka dengan kagum.

Enlil, sang penguasa angin, menugaskan Enki untuk menyenangkan hati para raja dan penguasa serta mendoakan mereka dengan baik. Enki, sang penguasa kemakmuran, penguasa kebijaksanaan, sang raja, kekasih An, perhiasan Eridu, yang menetapkan perintah dan keputusan, yang memahami dengan baik penetapan takdir, akan menetapkan tatanan alam semesta yang harus dipatuhi oleh para dewa, manusia, hewan peliharaan, dan tumbuhan. Tatanan alam semesta ini akan bermanfaat bagi para dewa dan raja. Tatanan ini akan melindungi rumah-rumah dari serangan. Dan tatanan ini akan mengatur kawanan ternak di belakang para penggembala.

Ketika Enki pergi kepada orang-orang yang sudah diberinya kesuburan, mereka akan melahirkan keturunan yang sehat. Ketika Nudimmud pergi kepada domba betina yang sedang mengandung, domba yang baik akan lahir ketika dia pergi kepada sapi yang sedang mengandung, anak sapi yang baik akan lahir; ketika dia pergi kepada kambing yang sedang mengandung, anak kambing yang baik akan lahir. Ketika dia pergi ke ladang yang sedang diolah, ke ladang yang berkecambah, hasil panen dan persediaan bisa dikumpulkan di dataran tinggi. Enki memberikan kelimpahan bagi semua orang.

Enki, raja Abzu, memuji dirinya sendiri saat dia mengatur alam semesta, "An, ayahku, raja surga dan bumi, membuatku terkenal di surga dan bumi. Saudaraku Enlil, raja semua negeri, mengumpulkan semua kekuatan suci dan meletakkannya di tanganku. Aku membawa seni dan kerajinan dari Ekur, rumah Enlil, ke kuil Eabzu, rumahku di Eridu. Aku adalah air mani yang baik, yang dilahirkan oleh banteng liar, aku adalah anak sulung An. Aku adalah badai besar yang menjulang di atas bumi yang besar, aku adalah penguasa besar negeri. Aku adalah yang utama di antara semua penguasa, bapak dari semua negeri asing. Aku adalah kakak para dewa, aku membawa kemakmuran dan kesempurnaan. Aku adalah penjaga segel surga dan bumi. Aku adalah kebijaksanaan dan pemahaman dari semua negeri asing. Bersama An sang raja, di mimbar An, aku memastikan keadilan ditegakkan. Bersama Enlil, sang penguasa negeri, aku menetapkan takdir yang baik. Dia sudah meletakkan di tanganku keputusan takdir di 'tempat terbitnya matahari'. Aku disayangi oleh Nintud. Aku diberi nama yang baik oleh Ninhursag. Aku adalah pemimpin para dewa Anunna. Aku lahir sebagai putra sulung An yang suci."

Setelah Enki mengumumkan kebesarannya, setelah sang pangeran agung itu memuji dirinya sendiri, para dewa Anunna berdiri sambil berdoa dan memohon, "Terpujilah Enki, penguasa yang sangat dipuji yang mengendalikan semua seni dan kerajinan, yang sudah menetapkan takdir!"

Dalam keadaan sangat gembira, Enki, raja Abzu, sekali lagi memuji dirinya sendiri atas keagungannya, "Akulah raja, akulah orang yang perkataannya bisa dipercaya, akulah orang yang unggul dalam segala hal. Atas perintahku, kandang-kandang domba dibangun, kandang-kandang sapi dipagari. Ketika aku mendekati surga, hujan yang melimpah turun dari langit. Ketika aku mendekati bumi, banjir yang besar akan menghasilkan ikan yang melimpah. Ketika aku mendekati padang rumput hijau, atas perintahku, tumpukan dan timbunan terkumpul. Aku sudah membangun rumahku, sebuah kuil, di tempat yang suci, dan menamakannya dengan nama yang baik. Aku sudah membangun Eabzu, sebuah kuil, di Eridu, dan menetapkan takdir yang baik untuknya. Naungan rumahku membentang di atas laut dan di tanah rawa di sekitarnya. Di dekat rumahku, ikan suhur melesat di antara tanaman madu, dan ikan ektub melambaikan ekornya di antara alang-alang gizi kecil, dan burung-burung kecil berkicau di sarang mereka.”

"Para penguasa akan menghormati dan memujiku. Aku Enki! Mereka akan berdiri di hadapanku, memujiku. Para pendeta abgal dan pejabat abrig akan melayaniku hingga hari-hari yang jauh. Para pemuka enkum dan ninkum akan menyucikan sungai untukku, mereka akan membuat lagu-lagu suci dan mantra bergema untukku di dalam Eabzu. Perahuku, 'Rusa Jantan Abzu', akan membawaku melintasi rawa-rawa dengan sangat menyenangkan. Dia meluncur cepat untukku ke mana pun yang aku mau, dia patuh padaku. Para pendayung akan mendayung dengan serempak. Mereka akan menyanyikan lagu-lagu yang menyenangkan untukku, menciptakan suasana ceria di sungai. Ninsirsir, kapten perahuku, memegang tongkat kerajaan emas untukku. Dia memimpin perahuku 'Rusa Jantan Abzu'. Aku Enki! Akulah sang penguasa! Aku akan pergi! Aku Enki! Aku akan berkeliling negeriku! Aku, raja yang menetapkan takdir.”

"Biarlah negeri Meluhha, Magan, dan Dilmun memandangku, memandang Enki. Biarlah kapal-kapal yang berdagang dengan Dilmun dimuat dengan kayu. Biarlah kapal-kapal Magan dimuat setinggi langit. Biarlah kapal-kapal magilum Meluhha mengangkut emas dan perak dan membawanya ke Nibru untuk Enlil, raja semua negeri." Enki juga berbelas kasih kepada bangsa-bangsa yang tidak setara dengan umat para dewa. Dia mempersembahkan hewan-hewan kepada kaum pengembara Martu, yang tidak cukup pintar untuk memahami biji-bijian, yang tidak memiliki rumah dan tidak memiliki kota.

Para dewa Anunna menyapa Enki dengan penuh kasih sayang ketika dia lewat untuk berkeliling negeri, "Enki, yang menguasai kekuatan-kekuatan besar, kekuatan-kekuatan murni, yang mengendalikan kekuatan-kekuatan besar, kekuatan-kekuatan yang tak terhitung banyaknya, yang terbesar di antara semua dewa di surga dan bumi; yang menerima kekuatan-kekuatan tertinggi di Eridu, tempat suci, tempat yang paling terhormat, Enki, penguasa surga dan bumi – terpujilah dia!"

Semua raja dan penguasa Sumeria, pendeta mantra Eridu dan pendeta yang berpakaian linen, melaksanakan upacara pemurnian Eabzu untuk Enki saat dia berkeliling negeri. Mereka mereka berjaga di tempat suci, tempat yang paling terhormat, Eabzu, dan menguduskannya dengan juniper tinggi, tanaman murni. Dengan terampil mereka membangun tangga utama Eridu dengan keterampilan yang hebat, dan menyiapkan kuil suci uzga, tempat mereka mengucapkan doa tanpa henti.

Kembali ke rawa, ikan mas suhurmac melesat di antara tanaman madu, sekali lagi bertarung di antara mereka sendiri untuk mendekati Enki. Ikan mas ektub melambaikan ekor mereka di antara alang-alang gizi kecil. Enki mengeluarkan perintah dari atas 'Rusa Jantan Abzu' -- lambang agung yang didirikan di Eabzu, yang menjulang tinggi di atas semua tanah. Bayangannya membentang ke seluruh Sumeria dan menyegarkan orang-orang. Sirsir, putra Enlil, memegang di tangannya tongkat dayung suci, pohon mes yang dihias di Eabzu yang menerima kekuatan tertinggi di Eridu, tempat suci, tempat yang paling terhormat. Lima puluh dewa lahama dari perairan bawah tanah berbicara dengan penuh kasih sayang tentangnya. Sementara Enki dengan bangga mengangkat kepalanya ke arah Eabzu.

Saat Enki berkeliling ke seluruh negeri, kemakmuran mengikuti jejaknya baik di surga dan di bumi. Saat dia berkeliling, Enki menetapkan takdir bagi Sumeria, "Sumeria, tanah surga dan bumi, yang memancarkan kemuliaan, menganugerahkan kekuatan kepada orang-orang dari matahari terbit hingga terbenam, kekuatanmu adalah kekuatan yang paling hebat, tak tersentuh, dan hatimu rumit dan tak terduga. Seperti di surga, para dewa lahir di negerimu. Di sini raja-raja lahir, para bangsawan lahir, mengenakan mahkota di kepala mereka dan duduk bersama An sang raja di mimbarnya. Enlil, ayah dari semua negeri, sudah membuat negerimu tak tertembus seperti pohon cedar. Para Anunna, para dewa agung, sudah membuat kuil di tengah-tengahmu, dan memakan makanan mereka di kuil-kuil giguna milikmu dengan pohon-pohon tunggal mereka. Sumeria, semoga kandang dombamu dibangun dan ternakmu bertambah banyak, semoga kuil-kuilmu menjulang ke langit, dan semoga para Anunna menentukan takdir di hadapanmu."

Kemudian dia melanjutkan perjalanan ke kota suci Urim. Enki menetapkan takdirnya, "Kota ini sudah memiliki semua yang dibutuhkan, berkelimpahan air! Kau adalah banteng yang kuat, altar kelimpahan, dan kemuliaanmu melangkah melintasi pegunungan, menjulang seperti bukit, hutan cemara hacur dengan naungan yang luas, percaya diri! Semoga kekuatanmu yang sempurna diarahkan dengan baik. Enlil sudah memberimu nama yang agung di surga dan di bumi. Kota yang takdirnya sudah ditetapkan Enki, tempat suci Urim, kau akan menjulang tinggi ke surga!"

Kemudian dia melanjutkan perjalanan ke tanah Meluhha. Enki menetapkan takdirnya, "Negeri tanah hitam, semoga pohon-pohonmu menjadi pohon besar, semoga hutanmu menjadi hutan pohon mes tinggi! Kursi-kursi yang terbuat dari pohon-pohon itu akan menghiasi istana-istana kerajaan! Semoga alang-alangmu menjadi alang-alang besar. Semoga banteng-bantengmu menjadi banteng-banteng besar, semoga mereka menjadi banteng-banteng pegunungan! Semoga auman mereka menjadi auman banteng-banteng liar pegunungan! Kekuatan-kekuatan besar para dewa akan disempurnakan untukmu! Semoga burung-burung francolin pegunungan berjanggut seperti bunga cornelian! Semoga semua burungmu menjadi burung merak! Semoga teriakan mereka menghiasi istana-istana kerajaan! Semoga semua perakmu menjadi emas! Semoga semua tembagamu menjadi timah-perunggu! Meluhha, semoga semua yang kau miliki berlimpah!"

Enki membersihkan dan memurnikan tanah Dilmun. Dia menugaskan Ninsikila untuk mengurusnya. Tapi dia tidak menyukai musuh-musuh Sumeria, tanah Elam dan Marhasi, yang harus dilahap habis. Raja yang diberkahi kekuatan oleh Enlil, menghancurkan rumah-rumah mereka, merobohkan tembok-tembok mereka, dan membawa perak dan lapis lazuli mereka ke kuil di Nibru. Enki mempersembahkan hewan-hewan kepada para pengembara Martu, yang tidak memiliki rumah dan tidak memiliki kota.

Setelah mengalihkan pandangannya dari Sumeria, pandangan Enki jatuh ke seberang Efrat. Dia berdiri penuh nafsu seperti banteng yang mengamuk, mengangkat penisnya, mengeluarkan air mani dan memenuhi Tigris dengan air kehidupan dan karunia yang mengalir. Dia seperti sapi liar yang melenguh untuk anaknya di rumput liar, dan kandang sapinya yang dipenuhi kalajengking. Tigris bersukacita dalam hatinya seperti banteng liar yang besar ketika dia terlahir kembali. Dia akan membawa air, air yang sungguh mengalir, anggurnya akan manis. Dia akan menghasilkan jelai yang berbintik-bintik, dan orang-orang akan memakannya. Dia memenuhi Ekur, rumah Enlil, dengan segala macam hal. Enlil senang dengan Enki, dan Nibru senang. Ketika Enki menyentuh tanah sambil mengenakan mahkotanya, banyak sekali yang keluar dari bumi untuknya.

Enki, raja Abzu, menugaskan orang yang memegang tongkat kerajaan di tangan kanannya, orang yang dengan mulut agungnya menundukkan kekuatan dahsyat Tigris dan Efrat, yang menyebabkan kemakmuran tercurah dari istana bagaikan minyak -- Enbilulu, pengawas kanal dan jalur air.

Enki kemudian memanggil rawa-rawa dan memberi mereka berbagai spesies ikan, dia berbicara kepada hamparan alang-alang dan menganugerahkan kepada mereka pertumbuhan alang-alang yang baru. Enki menempatkan orang yang bertanggung jawab atas semua ini, yang dari jaringnya tidak ada ikan yang lolos, yang dari perangkapnya tidak ada makhluk hidup yang lolos, yang dari jaring burungnya tidak ada burung yang lolos, -- Ninurta, yang menyukai ikan.

Dengan tatanan dunia yang sudah terbentuk, dia sekarang perlu mendirikan kuil di rawa agar barang-barang bisa dikumpulkan untuk para dewa. Dia mendirikan sebuah kuil di rawa, sebuah kuil suci, yang bagian dalamnya dibangun dengan rumit seperti benang kusut. Kuil itu terletak di dekat konstelasi Padang, tempat suci di atasnya menghadap ke konstelasi Kereta Perang

Sang penguasa mendirikan sebuah kuil, kuil suci, yang bagian dalamnya dibangun dengan rumit. Dia mendirikan sebuah kuil di rawa, sebuah kuil suci, yang bagian dalamnya dibangun dengan rumit. Kuil, yang bagian dalamnya adalah benang kusut, berada di luar pemahaman. Tempat Kuil itu terletak di dekat konstelasi Padang, tempat kuil suci di atas menghadap ke konstelasi Kereta Perang. Kuil itu begitu megah, para dewa Anunna tidak berani mendekatinya.

Kuil itu memenuhi Ekur, rumah Enlil, dengan berbagai macam barang. Enlil sangat senang dengan Enki, dan Nibru pun senang. Enki menempatkan yang bertanggung jawab atas semua ini, atas hamparan rawa yang luas ini, dia yang berlayar di atasnya, yang membujuk untuk berhubungan seksual, yang memiliki pengaruh atas banjir besar yang sangat tinggi dari air bawah tanah, ombak yang menakutkan, ratu Sirara -- Nanshe.

Enki kemudian memanggil hujan dari surga, dan memastikannya turun untuk Sumeria. Dia membuat awan-awan yang menjulang di cakrawala. Dia mengubah gundukan-gundukan menjadi ladang-ladang. Enki menempatkan orang yang menunggangi badai besar, yang menyerang dengan kilatan petir, sebagai penanggung jawab semua ini, palang suci yang menghalangi pintu masuk ke bagian dalam surga, putra An, pengawas kanal surga dan bumi -- Iskur, pembawa kelimpahan, putra An.

Enki kemudian mengatur rawa-rawa dan kuk serta tim dari lembu bertanduk, dia membuka parit-parit supaya jelai bisa tumbuh subur di ladang-ladang yang sudah diolah. Enki menugaskan sang penguasa yang mengenakan mahkota, hiasan dataran tinggi, yang bertanggung jawab atas perkakas, sang petani Enlil -- Enkimdu, yang bertanggung jawab atas parit dan tanggul.

Setelah itu Enki memanggil ladang-ladang yang sudah diolah, dan menganugerahkan kepada mereka jelai yang berbintik-bintik bersama dengan kacang lentil dan buncis. Dia menumpuk berbagai jenis jelai yang berbintik-bintik dan innuha menjadi tumpukan. Enki melipatgandakan hasil panen dan persediaan, dan dengan bantuan Enlil dia meningkatkan kemakmuran rakyat. Enki menugaskan semua ini kepada perempuan yang kepala dan tubuhnya berbintik-bintik, yang wajahnya tertutup sirup, perempuan yang menyebabkan hubungan seksual, kekuatan tanah, dan kehidupan, si yang berkepala hitam -- Ashnan, roti yang baik bagi seluruh dunia.

Sang pangeran agung, Enki, kemudian mengikatkan tali pada cangkul, dan menata cetakan batu bata. Dia membiarkan cangkul menembus bumi seperti penis yang diolesi minyak yang berharga. Enki menugaskan orang yang cangkulnya tajam bagaikan ular pemakan mayat, yang cetakan batu batanya di tempatnya adalah tumpukan biji-bijian yang sudah dikupas untuk domba betina -- Kulla, yang membuat batu bata di negeri itu.

Enki mengikat tali dan mengukur pondasinya, dan bersama dengan majelis para dewa dia merencanakan sebuah rumah dan melakukan ritual penyucian. Sang pangeran agung meletakkan pondasi, dan meletakkan batu bata. Enki menugaskan orang yang pondasinya tidak akan melorot, yang rumahnya bagus dan tidak akan runtuh, yang kubahnya menjulang ke jantung surga seperti pelangi -- Musdamma, sang pembangun utama Enlil.

Dia mendirikan mahkota suci di atas dataran tinggi. Dia mengikatkan janggut lapis lazuli ke dataran tinggi, dan membuatnya mengenakan hiasan kepala lapis lazuli. Dia menyempurnakan tempat yang baik ini dengan rerumputan dan tanaman yang melimpah. Dia memperbanyak hewan-hewan di dataran tinggi ini tanpa membuatnya menjadi terlalu padat, dia memperbanyak ibex dan kambing liar di padang rumput, dan membuat mereka kawin. Enki menugaskan sang pahlawan yang merupakan mahkota dataran tinggi, yang merupakan raja pedesaan, singa besar di dataran tinggi, putra Enlil yang berotot, kuat, dan gagah -- Sakkan, sang raja perbukitan.

Dia membangun kandang domba, membersihkannya, membuat kandang sapi, menganugerahkan lemak dan krim terbaik, dan membawa kemewahan ke tempat makan para dewa. Dia membuat dataran yang diciptakan untuk rumput dan tanaman mencapai kemakmuran. Enki menugaskan semua ini kepada sang raja, penyedia yang baik bagi Eanna, sahabat An, menantu laki-laki terkasih Suen, pasangan suci Inanna sang ratu, perempuan dengan kekuatan besar yang mengizinkan hubungan seksual di lapangan terbuka Kullaba -- Dumuzid sang penggembala, sahabat An.

Enki memenuhi Ekur, rumah Enlil, dengan harta benda. Enlil sangat senang dengan Enki dan Nibru pun senang. Dia menetapkan batas-batas dan menandainya dengan batu-batu pembatas. Bagi para dewa Anunna, Enki membuat rumah-rumah di kota-kota dan memberi mereka tanah di ladang-ladang. Enki menempatkan sang pahlawan, banteng yang keluar dari hutan hacur sambil melolong dengan ganas, sang dewa matahari, banteng yang berdiri dengan penuh kemenangan, berani, dan agung, bapak dunia bawah, pembawa berita besar di timur An yang suci, hakim yang memberi vonis untuk para dewa, dengan janggut lapis lazuli, menjulang dari cakrawala ke surga suci -- Utu, putra yang dilahirkan oleh Ningal.

Setelah kota-kota didirikan, Enki berusaha meringankan pekerjaan yang dilakukan oleh para perempuan. Dia mengambil benang dari serat-serat, dan menyiapkan alat tenun. Enki sangat meringankan tugas para perempuan. Bagi Enki menempatkan dia untuk menjaga kehormatan istana, yang menjaga martabat raja -- Uttu, perempuan yang teliti, yang pendiam.

Tugas Enki akhirnya selesai. Kemudian, sendirian tanpa diberi tugas apa pun, sang perempuan agung surga, Inanna, datang menemui Enki di rumahnya dan mengeluh kepadanya, "Enlil menyerahkan ke tanganmu untuk mengatur tugas para Anunna, dewa-dewa agung. Kenapa kau memperlakukanku, perempuan yang agung dan suci, untuk tidak memiliki tugas? Aku adalah Inanna yang suci -- di mana tugasku?”

"Aruru, saudara perempuan Enlil, Nintud, perempuan yang melahirkan, mendapatkan batu bata kelahiran suci sebagai haknya. Dia membawa pisau bedah untuk tali pusar, pasir khusus, dan daun bawang. Dia mengambil mangkuk sila-jara dari lapis lazuli tembus cahaya untuk meletakkan plasenta. Dia membawa wadah ala yang suci. Dia menjadi bidan di negeri ini! Kelahiran raja dan bangsawan ada di tangannya."

"Saudara perempuanku yang mulia, Ninisina yang suci, mendapatkan perhiasan dari batu-batu Kuba. Dia berdiri di samping An dan bisa berbicara kepadanya kapan pun dia menginginkannya tanpa harus melalui pendetanya.”

"Saudara perempuanku yang mulia, Ninmug yang suci, mendapatkan pahat emas dan burin perak. Dia akan membawa batu api besar bilah antasura. Dia akan menjadi pengolah logam di negeri ini. Pemasangan mahkota yang bagus saat seorang raja lahir dan penobatan dengan mahkota saat seorang bangsawan lahir akan berada di tangannya.”

"Saudara perempuanku yang mulia, Nisaba yang suci, mendapatkan tongkat pengukur. Pita pengukur lapis lazuli akan digantungkan di lengannya. Dia akan mengumumkan semua kekuatan besar. Dia akan menandai batas-batas wilayah dan menandai perbatasan. Dia akan menjadi juru tulis negeri. Perencanaan makanan para dewa akan berada di tangannya.”

"Nanshe, perempuan agung, yang meletakkan kakinya di atas burung pelikan suci, akan menjadi pengawas ikan-ikan di laut. Dia akan bertanggung jawab untuk menerima ikan-ikan dan burung-burung terbaik dari sana untuk dibawa ke Enlil di Nibru. Tapi kenapa kau memperlakukanku, perempuan yang agung dan suci, untuk tidak memiliki tugas? Aku adalah Inanna yang suci -- di mana tugasku?”

Enki menjawab sang dewi, Inanna yang suci, "Apa salahku kepadamu, Inanna? Bagaimana aku bisa membuatmu lebih baik? Aku membuatmu berbicara dengan suara yang merdu. Aku menutupi tubuhmu dengan pakaian yang anggun. Aku memberimu pakaian linen berwarna-warni, dan memberimu alat untuk merapikannya dengan benang berwarna cerah. Aku memberimu poros dan jepit rambut untuk membuatmu lebih cantik. Aku memberimu kayu dan tongkat gembala, dengan pemukul di sampingnya.”

"Apa salahku kepadamu, Inanna? Bagaimana aku bisa membuatmu lebih baik? Di tengah kekacauan dan hiruk-pikuk pertempuran, aku membuatmu bisa mengucapkan kata-kata yang menghidupkan; dan di tengah-tengahnya, meskipun kau bukan burung arabu, aku membuatmu bisa mengucapkan kata-kata yang tidak menyenangkan juga. Aku membuatmu bisa mengambil benang yang kusut dan membuatnya lurus, dan kau bisa membuat benang yang lurus menjadi rumit. Aku membuatmu mengenakan pakaian dari kain linen. Aku membuatmu memilih benang dari serat, dan membuatmu memintal dengan poros. Aku memberimu kain berumbai warna-warni dengan benang-benang berwarna."

"Inanna, kau menumpuk kepala manusia seperti tumpukan debu, dan melemparkannya ke tanah seperti petani menabur benih. Inanna, kau menghancurkan apa yang seharusnya tidak dihancurkan, kau menciptakan apa yang seharusnya tidak diciptakan. Kau menyingkirkan penutup dari gendang ratapan cem, menutup instrumen tigi dan adab di rumah mereka, sehingga musik dan puisi menjadi tidak menarik. Kau tidak pernah lelah dengan para pengagum yang melihatmu. Inanna, kau tidak tahu apa-apa tentang mengikat tali pada sumur yang dalam. Tapi semua ini sudah dilakukan. Enlil sudah dibuat bahagia dan tanah sudah dibuat subur untuk semua orang."

Terpujilah Enki.

***

Kalau Anda menyukai kisah mitologi ini, Anda mungkin ingin membaca kisah mitologi Sumeria lainnya di sini.

***

Comments

Populer