Kematian Gilgamesh (Mitologi Sumeria)

Mitologi Sumeria

Banteng liar yang besar sudah terbaring dan tidak akan pernah bangkit lagi. Gilgamesh sudah terbaring dan tidak akan pernah bangkit lagi. 

Dia yang memiliki tubuh yang gagah sudah terbaring dan tidak akan pernah bangkit lagi. Pahlawan yang dilengkapi dengan ikat pinggang sudah terbaring dan tidak akan pernah bangkit lagi. Dia yang memiliki kekuatan sudah terbaring dan tidak akan pernah bangkit lagi. Dia yang memukul orang jahat sudah terbaring dan tidak akan pernah bangkit lagi. Dia yang berbicara paling bijak sudah terbaring dan tidak akan pernah bangkit lagi. Penakluk dari banyak negeri sudah terbaring dan tidak akan pernah bangkit lagi. Dia yang tahu cara mendaki gunung sudah terbaring dan tidak akan pernah bangkit lagi. Penguasa Kullaba sudah terbaring dan tidak akan pernah bangkit lagi. Dia sudah terbaring di ranjang kematiannya dan tidak akan pernah bangkit lagi. Dia sudah terbaring di sofa keluh kesahnya dan tidak akan pernah bangkit lagi.

Tidak bisa berdiri, tidak bisa duduk, dia meratap. Tidak bisa makan, tidak bisa minum, dia meratap. Dipegang erat oleh baut pintu Namtar, dia tidak bisa bangkit. Seperti seekor ikan yang terperangkap dalam jaring, dia tidak bisa bangkit. Seperti seekor rusa yang ditangkap dalam jebakan, dia tidak bisa bangkit. Namtar, tanpa tangan atau kaki, Namtar sudah menangkapnya dan kematiannya sudah dipastikan.

Kemudian sang penguasa, Gilgamesh, berbaring di ranjang kematiannya, lalu Nudimmud membuatnya bermimpi. Gilgamesh sampai di sebuah tempat pertemuan, tempat utama para dewa, mereka berkata kepada Gilgamesh mengenainya, "Sehubungan dengan dirimu, setelah menempuh semua jalan yang ada, setelah mengambil pohon cedar, pohon yang istimewa, dari pegunungannya, setelah membunuh Huwawa di hutannya, kau mendirikan banyak monumen untuk hari-hari mendatang, untuk hari-hari yang akan datang. Setelah mendirikan banyak kuil para dewa, kau mencapai Ziusudra di tempat tinggalnya. Setelah membawa turun ke bumi kekuatan ilahi Sumeria, yang pada saat itu sudah dilupakan selamanya, perintah dan ritual, kau sudah melaksanakan dengan benar ritual mencuci tangan dan mencuci mulut.”

Lalu Enki menjawab An dan Enlil, "Pada hari-hari itu, pada hari-hari yang jauh itu, pada malam-malam itu, pada malam-malam yang jauh itu, pada tahun-tahun itu, pada tahun-tahun yang jauh itu, setelah majelis para dewa membuat Banjir melanda untuk menghancurkan benih umat manusia, di antara kita akulah satu-satunya yang mendukung kehidupan, dan karenanya dia tetap hidup -- Ziusudra, meskipun seorang manusia, tetap hidup. Kemudian kau membuatku bersumpah demi surga dan demi bumi, bahwa tidak ada manusia yang akan dibiarkan hidup selamanya lagi. Sekarang, saat kita melihat Gilgamesh, tidak bisakah dia melarikan diri karena ibunya?"

“Biarlah Sisig, putra Utu, menyediakan cahaya baginya di dunia bawah, tempat kegelapan. Ketika patung pemakaman dibuat untuk menghormati seseorang, siapa pun mereka, untuk hari-hari mendatang, para pemuda perkasa dan gagah akan membentuk setengah lingkaran di kusen pintu dan melakukan gulat dan pertunjukan kekuatan di hadapan mereka. Pada bulan Nenejar, pada festival hantu, tidak akan ada cahaya yang disediakan di hadapan mereka tanpa dia.”

Dewa-dewa lain kemudian berbicara, "Biarlah Gilgamesh menjadi hantu, di bawah sana di antara orang mati, menjadi gubernur dunia bawah. Biarlah dia menjadi yang terkemuka di antara para hantu, sehingga dia akan memberikan penilaian dan vonis, dan apa yang dia katakan akan sama berbobotnya dengan kata-kata Ningishzida dan Dumuzid."

"Pergilah ke tempat di mana para Anunna, para dewa agung, duduk di persembahan pemakaman, ke tempat di mana para pendeta en berbaring, ke tempat di mana para pendeta lagar berbaring, ke tempat di mana para pendeta lumah berbaring, ke tempat di mana para pendeta nindijir berbaring, ke tempat di mana para pendeta gudu berbaring, ke tempat di mana para pendeta berpakaian linen berbaring, ke tempat di mana ayahmu, kakekmu, ibumu, saudara perempuanmu, ke tempat di mana temanmu yang berharga, sahabatmu Enkidu, kawan mudamu, dan para gubernur yang ditunjuk oleh sang raja untuk Kota Besar berada, ke tempat di mana para sersan tentara berbaring, ke tempat di mana para kapten pasukan berbaring. Dari rumah mereka, mereka akan datang untuk menemuimu. Permatamu akan datang untuk menemuimu, orang yang berharga bagimu akan datang untuk menemuimu. Para tetua kotamu akan datang untuk menemuimu. Jangan putus asa, jangan merasa tertekan."

"Dia sekarang akan diperhitungkan di antara para dewa Anunna. Dia akan diperhitungkan sebagai sahabat dewa yang agung, Ereshkigal penguasa dunia bawah. Dia akan memberikan penilaian dan vonis, dan apa yang dia katakan akan sama berbobotnya dengan kata-kata Ningishzida dan Dumuzid."

Kemudian sang penguasa, Gilgamesh, terbangun dari tidurnya. "Apakah aku akan menjadi seperti dulu lagi di pangkuan ibuku sendiri Ninsumun? Aku yang membuat gunung-gunung besar bergetar. Namtar, tanpa tangan atau kaki, Namtar sudah menangkapku dan kematianku sudah dipastikan.”

Gilgamesh lalu memanggil para penasihatnya dan menceritakan mimpinya, lalu para penasihatnya berbicara, "Oh Gilgamesh! Enlil, Sang Gunung Agung, bapak para dewa, sudah menjadikan kekuasaan sebagai takdirmu, tapi bukan kehidupan kekal -- Gilgamesh, beginilah cara menafsirkan mimpi itu. Sang dewi ibu belum melahirkan seorang laki-laki yang pada akhirnya tidak akan mati. Semua orang akan mati. Meninggalkan kehidupan seharusnya tidak membuatmu merasa sedih, seharusnya tidak membuatmu putus asa, seharusnya tidak membuatmu merasa tertekan. Kau pasti sudah diberi tahu bahwa inilah kutukan menjadi manusia. Kau pasti sudah diberi tahu bahwa inilah yang dimaksud dengan pemotongan tali pusarmu. Hari tergelap manusia menantimu sekarang. Tempat terpencil manusia menantimu sekarang. Gelombang banjir yang tak terhentikan menantimu sekarang. Pertempuran yang tak terelakkan menantimu sekarang. Perjuangan yang tidak seimbang menantimu sekarang. Pertempuran yang tidak ada jalan keluarnya menantimu sekarang. Tapi kau seharusnya tidak pergi ke alam baka dengan hati yang tersimpul dalam kemarahan. Semoga dia terbuka di hadapan Utu. Biarkan dia terurai seperti sabut kelapa dan dikupas seperti bawang putih.”

Sang penguasa lalu membebaskan pajak atas kotanya. Sang pembawa pesan raja membunyikan lonceng di seluruh negeri, " Uruk, bangkitlah! Bukalah Efrat! Kullaba, bangkitlah! Alihkan air Efrat! Pajak Uruk adalah banjir, pajak Kulabba adalah langit yang mendung.”

Sementara itu, bahkan bulan pertama belum berlalu, belum lima atau sepuluh hari sebelum mereka membuka Efrat dan mengalihkan airnya yang tinggi. Utu memandangi dasarnya dengan kagum. Kemudian, segera setelah air di dasar Efrat surut, makamnya dibangun di sana dari batu. Dindingnya dibangun dari batu. Daun pintunya dipasang di sambungan pintu masuk. Baut dan ambangnya terbuat dari batu keras. Poros pintunya terbuat dari batu keras. Mereka memasang balok emasnya. Bongkahan batu yang berat dipindahkan dan ditutupi dengan lapisan tanah gelap. Sehingga untuk hari-hari mendatang, siapa yang mencarinya tidak akan menemukannya. Dia mendirikan rumah yang kokoh di tengah Uruk.

Gilgamesh, putra Ninsumun, menyiapkan hadiah-hadiah untuk Ereshkigal. Dia menyiapkan hadiah-hadiah untuk Namtar. Dia menyiapkan kejutan-kejutan untuk Dimpikug. Dia menyiapkan hadiah-hadiah untuk Neti. Dia menyiapkan hadiah-hadiah untuk Ningishzida dan Dumuzid. Dia memberikan hadiah-hadiah untuk Enki, Ninki, Enmul, Ninmul, Endukuga, Nindukuga, Endasurima, Nindasurima, Enmesarra, dan Ninmesarra, leluhur dari pihak ibu dan ayah Enlil, untuk Sulpae, penguasa meja, untuk Sumugan dan Ninhursag, untuk dewa-dewa Anunna dari Gunung Suci, untuk Pangeran-Pangeran Agung dari Gunung Suci, untuk para pendeta en yang sudah meninggal, para pendeta lagar yang sudah meninggal, para pendeta lumah yang sudah meninggal, para pendeta nindijir yang sudah meninggal, dan para pendeta gudu yang sudah meninggal, para pendeta berpakaian linen yang sudah meninggal.

Ketika tiba saatnya, istrinya yang terkasih, anak-anaknya yang terkasih, istri kesayangannya dan istri mudanya, pemusik, juru minumannya yang terkasih, tukang cukurnya yang terkasih, para pengikut dan pembantu istananya yang terkasih dan benda-benda kesayangannya dibaringkan bersamanya di tempat mereka seolah-olah di dalam istana yang disucikan di tengah-tengah Uruk.

Gilgamesh, putra Ninsun, penguasa Kullaba, sudah tiada. Bagi semua orang, siapa pun mereka, patung-patung pemakaman dibuat untuk hari-hari mendatang, dan ditaruh di kuil-kuil para dewa. Nama-nama mereka, setelah diucapkan, tidak tenggelam dalam kelupaan. Aruru, kakak perempuan Enlil, memberi mereka keturunan untuk tujuan itu. Patung-patung mereka dibuat untuk hari-hari mendatang dan mereka disebutkan di negeri itu.

Gilgamesh, terpujilah engkau! Ereshkigal, ibu Ninazu, terpujilah engkau!

***

Kalau Anda menyukai kisah mitologi ini, Anda mungkin ingin membaca kisah mitologi Sumeria lainnya di sini.

***

Comments

Populer