Madonna Di Rumah Evelina (The Madonna Round Evelina’s ~ Pierre J.Mejlak)
Enam bulan kemudian
di sanalah perempuan itu, bersamanya di rumah yang diwarisi dari kakeknya, di
sebuah desa mungil di daerah kecil di suatu tempat di antara Sisilia dan Libya.
Roza --tetangga di seberang jalan, yang mengatur perjamuan suci untuk perempuan-perempuan
tua di desa-- mengatakan bahwa untuk mambawa seorang perempuan, dia pasti membayar
perempuan itu. Orang yang lain menyusun teori dan mengatakan bahwa dia
membelinya lewat internet. Dan ada beberapa lagi yang akan tersenyum setiap
kali melihat mereka, seolah-olah itu adalah semacam lelucon. Tentu saja,
beberapa pendeta dan mereka yang menghabiskan terlalu banyak waktu bersama
mereka, akan memandang pasangan itu seolah-olah mereka melihat Yudas Iskariot2
membawa sepeti bir Hopleaf. Karena --jelas sekali-- mereka hidup dalam
dosa. Bukan saja mereka berhubungan seks di luar nikah, tapi mereka mewajarkan
hal-hal yang tidak dibolehkan. Mereka hidup seolah-olah sudah menikah. Bahkan
ke toko kelontong, demi Tuhan, terkadang mereka pergi berdua untuk membeli
mentega. Dan orang-orang akan memberi mereka tatapan itu, tatapan yang seolah-olah
berkata ‘ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat3’.
Mereka
bahagia. Perempuan itu mengurus rumah, menghiasnya, menyirami bugenvil,
mengusir lalat dan berkeliling dengan sepedanya, sementara dia diantar pulang
kerja dan bekerja dari rumah. Mereka tidak pernah banyak membicarakan soal
agama, kecuali hal-hal yang sudah jelas, seperti 'lihat itu di sana, lihat, itu
gereja', atau sambil lalu, seperti ketika perempuan itu menurunkan poster
Perjamuan Terakhir dari dinding dapur karena tidak cocok dengan dekorasinya,
dan dia menerimanya dengan sebuah pelukan. Dia adalah seorang Katolik.
Dibaptis, komuni pertama dan peneguhan4. Tapi karena Evelina tidak
pernah menyebut-nyebut soal misa atau apapun tentang itu, dia tidak ingin membahsanya.
Sampai suatu hari, pada Sabtu pagi, ketika Evelina sedang bersepeda, orang-orang
membawakan mereka Madonna5.
"Kami membawakanmu Madonna," kata tetangganya, ketika dia membuka pintu depan.
Madonna
diedarkan ke seluruh desa, dari ujung ke ujung, setiap rumah memberikannya ke rumah
sebelahnya. Setiap rumah akan menyimpannya selama dua hari, kebanyakan di dapur
dengan minyak dari penggorengan yang menampar wajahnya, atau di ruang keluarga
di sebelah Super One TV.
Apa yang harus
dilakukannya? Memberitahu tetangga bahwa dia tidak menginginkannya karena tidak
cocok dengan dekorasi Evelina? Menolak Madonna? Bukankah kepadanya dia berdoa
setiap kali dia berada di ruang tunggu dokter ketika menggeliat kesakitan? Dan
sekarang dia harus menolaknya? Tidak mungkin. Dia membawanya masuk,
meletakkannya di meja dapur, dan kembali memotong kuku kakinya. Kemudian,
masuklah Evelina.
"Apa
itu?"
"Apa yang kau mau, Evelina? Itu Madonna."
"Dan apa
yang dilakukan Madonna di dapur kita?"
Percuma
mencoba menjelaskan apa artinya semua itu. Tidak ada gunanya menunjukkan pada
perempuan itu bahwa ada orang yang hidupnya berputar di sekitar hal-hal seperti
itu. Evelina mengambil Madonna dan meletakkannya di bawah tangga, sehingga Anda
harus berjongkok untuk melihatnya, seperti melongok ke kolong truk.
"Madonna
bisa tinggal di sana selama dua hari."
Dan dia
melakukan hal-hal yang biasa dilakukannya. Dia tetap diam. Argumen yang tidak
perlu membuatnya kesal. Tapi malam itu, di rumah yang dinamai 'In-Nann'
(menurut nama kakeknya), hal-hal aneh mulai terjadi. Mula-mula lampu mati. Hanya
rumah mereka di sepanjang jalan itu. Dan begitu dia mencoba menaikkan sakelar, sakelar
itu menyemburkan api yang hampir membakar tangannya. Sudah terlambat untuk
memanggil Guzi si tukang listrik, jadi mereka memutuskan bahwa untuk malam itu
mereka akan tidur lebih awal. Dan, dengan lilin yang menyala kecil di kedua
sisi tempat tidur berukuran queen6, dia berbaring dan mulai
menatap langit-langit, dan bayangan aneh terbentuk di depan matanya. Di
tengah-tengahnya, bayangan besar mulai terbentuk. Berbentuk anak panah. Tidak,
sebenarnya, itu lebih seperti pohon Natal. Tidak. Dan kemudian, sejelas
kristal, seorang perempuan muncul ... dengan kerudung. Madonna di bawah tangga!
Kemudian mulailah mimpi buruk itu. Api neraka. Jeritan. Rantai. Tangisan. Iblis
dan entah apa lagi.
Keesokan
harinya, ketika Evelina pulang dari bersepeda, dia disambut oleh patung Madonna
di meja di depan rumah.
"Apa-apaan
ini?"
Hari itu,
untuk pertama kalinya, mereka bertengkar hebat.
***
Kalau Anda menyukai cerpen ini, Anda mungkin juga akan menyukai cerita pendek terjemahan dari penulis yang lain di sini.
***
Catatan kaki:
1 Hanky-Panky: koktail yang terbuat dari gin, vermouth manis, dan Fernet-Branca.
Ini adalah variasi dari martini manis, atau Martinez, yang dibuat
menjadi khas karena adanya Fernet-Branca tadi, semacam minuman pencahar
Italia yang pahit. Minuman ini diciptakan oleh Ada "Coley" Coleman,
kepala bartender di Hotel Savoy, London.
2 Yudas Iskariot: murid pengkhianat Yesus.
3 Lukas 23:34.
4 Tujuh sakramen penting dalam Gereja Katolik: baptisan, peneguhan,
komuni (ekaristi), pengakuan dosa, perkawinan, imamat, dan pengurapan terakhir.
5 Madonna: citraan Bunda Maria dalam seni rupa, baik yang
menampilkan Maria seorang diri maupun yang menampilkan Maria bersama putranya,
Yesus. Citraan-citraan ini merupakan ikon yang sangat dihargai dalam Gereja
Katolik dan Gereja Ortodoks. Istilah Madonna berasal dari frasa Italia, Ma
Donna, yang berarti "Tuan Putriku".
6 Tempat tidur queen-size berukuran 160 x 200 cm.

Comments
Post a Comment