Kematian Dumuzid (Mitologi Sumeria)

Mitologi Sumeria

Bagaimana kau berjalan? Bagaimana kau berjalan? Mengapa kau menutupi kepalamu dengan kain? Hai, kau sang gembala, bagaimana kau berjalan? Domba-domba betinamu sudah dirampas, anak-anak dombamu sudah dirampas, bagaimana kau berjalan ke sana kemari? Kambing-kambing betinamu sudah dirampas, anak-anak kambingmu sudah dirampas, bagaimana kau berjalan ke sana kemari? Keledai betina sucimu sudah dirampas oleh mereka, bagaimana kau berjalan? Tong susu sucimu sudah hancur, mengapa kau menutupi kepalamu dengan kain?

Anak-anak dombamu yang besar tergeletak tak berdaya di kandang domba, anak-anak dombamu yang kecil menangis tersedu-sedu di kandang makan. Anak-anak dombamu yang tak beribu itu mengeluarkan tangisan yang getir pada dasar tembok yang melingkupinya. Mengapa anak dombamu yang kecil itu, yang dihinggapi tangisan, memanjatkan permohonan di tengah-tengah mereka? Anjingmu melolong dengan getir di padang rumput yang tandus.

Istrimu, Inanna yang suci, menangis tersedu-sedu di rumahnya di surga dan di bumi. Kakakmu yang mulia, Geshtinanna, di dekat gerbang Lugalbanda,  di jalan raya Ninsun, merobek urat nadinya, mencabut rambutnya seperti mencabut duri.

Pemuda itu menangis ketika mendengar takdir yang sudah ditetapkan, Dumuzid menangis ketika mendengar takdir yang sudah ditetapkan. Dia lalu berkata, "Aku, seorang gembala, berjalan di antara manusia, betapa istimewanya aku sudah diperlakukan! Domba-domba betinaku sudah dirampas, anak-anak dombaku sudah dirampas—betapa istimewanya aku sudah diperlakukan! Kambing-kambing betinaku sudah dirampas, anak-anak kambingku sudah dirampas—betapa istimewanya aku sudah diperlakukan! Keledai-keledai betinaku yang suci sudah dirampas oleh mereka—betapa istimewanya aku sudah diperlakukan! Tong susu suciku sudah hancur—betapa istimewanya aku sudah diperlakukan!”

“Anak-anak dombaku yang besar tergeletak tak berdaya di kandang domba, anak-anak dombaku yang kecil menangis tersedu-sedu di kandang makan. Anak-anak dombaku yang tidak beribu itu mengeluarkan tangisan yang getir pada dasar tembok yang melingkupinya. Anak dombaku yang kecil itu, yang dihinggapi tangisan, memanjatkan permohonan di tengah-tengah mereka. Anjingku melolong dengan getir di padang rumput yang tandus.”

“Istriku, Inanna yang suci, menangis tersedu-sedu di rumahnya di surga dan di bumi. Kakakku yang mulia, Geshtinanna, di dekat gerbang Lugalbanda, di jalan raya Ninsun, Merobek urat nadinya, mencabut rambutnya seperti mencabuti duri.”

“Kakiku tergelincir ke dalam kuburku yang sudah digali, dia tidak membiarkanku keluar darinya. Makamku berdiri di hadapanku seperti pintu besar, dia tidak membiarkan aku keluar darinya. Kakiku tergelincir ke dalam angin kencang yang disertai hujan lebat, dia tidak membiarkan aku bangkit darinya. Badai membawaku ke pantai seberang, dia tidak membiarkanku naik dari sana.”

Iblis besar mengelilinginya, menyiksanya dengan kehausan. Iblis kecil mengelilinginya, menyiksanya dengan kehausan. Mereka mengikat tangannya yang sudah diolesi kotoran. Inanna duduk di tempat yang tinggi, mereka memegang pahanya, mereka menyingkirkan tutup yang hancur dari tabung sucinya. Pada hari itu sang ratu surga tidak menyelamatkan nyawanya, dia menyerahkannya ke Kur, negeri yang tidak ada jalan kembali sebagai penggantinya. Istri Ama-uĆĄumgal-ana tidak menyelamatkan nyawanya, dia menyerahkannya sebagai penggantinya,

Dumuzi ditahan oleh gisbur di eslam, dia ditahan oleh gisbur di eslam milik Ereshkigal. Di sana ada makanan, tapi tidak bisa dimakan—dia ditahan oleh gisbur. Di sana ada air, tapi tidak bisa diminum. Dia diikat dengan tali. Di tempat Namtar tinggal, dia ditahan oleh gisbur. Di tempat seni dan kerajinan tidak ada, dia ditahan oleh gisbur. Di tempat bibirnya berlumuran darah, dia ditahan oleh gisbur.

Jumlah mereka tujuh orang, para ahli sihir Arali itu ada tujuh orang, mereka yang bekerja di pohon huluppu, yang tidak mengenal saudara laki-laki, yang tidak mengenal saudara perempuan, teriakannya nyaring siang dan malam. Mereka adalah orang-orang yang mengetahui sihir di surga, dan yang mengetahui sihir di bumi. Di surga mereka membentangkan untuknya gu-bad-du, di bumi mereka membentangkan untuknya gu-bad-du. Mereka membawa dombanya ke gu-bad-du—tidak ada yang tahu.

Tempat tinggalnya tidak mengenal orang yang melewatinya. Penggembala itu, yang melakukan sihir, menggali tanah. Dia memecahkan kendi anggur di padang rumput, padang rumput bergolak seperti susu. Kawanan burung mengaduknya di padang rumput, padang rumput diaduk seperti susu. Burung-burung—karena tidak ada pohon apel—mengaduknya di padang rumput, padang rumput diaduk seperti susu. Dan gadis muda Inanna membawa perhiasannya ke sana. Pengantin muda itu juga membawa ter. Pohon mes membawa buahnya ke sana, pohon asala yang buahnya sudah layu, bayangannya di sana. Di samping mayatnya tergeletak seekor anjing, di gubuknya tinggal seekor burung gagak. Anjing itu makan di sisinya, dan berbaring di kakinya. Burung gagak itu makan di sisinya, lalu naik ke surga.

*** 

Kalau Anda menyukai kisah mitologi ini, Anda mungkin ingin membaca kisah mitologi Sumeria lainnya di sini.

***

Comments

Populer