Epik Gilgamesh: Tablet III. Permohonan Ninsun (Mitologi Babilonia)
Gilgamesh membuka mulutnya untuk berbicara, mengatakan kepada Enkidu, “Ayo, temanku, mari kita pergi ke Egalmah, ke hadapan Ratu Ninsun yang agung! Ninsun itu pintar, dia bijaksana, dia mengetahui segalanya, dia akan menetapkan nasihat yang baik bagi kaki kita.”
Mereka saling berpegangan
tangan, Gilgamesh dan Enkidu, saat mereka pergi ke Egalmah. Ke hadapan Ratu
Ninsun yang agung, Gilgamesh bangkit dan masuk ke hadapan sang dewi,
ibunya. Gilgamesh berkata kepadanya, kepada Ninsun, “Wahai Ninsun, aku yang
berani akan bepergian jauh menuju tempat Humbaba berada. Aku akan menghadapi
pertempuran yang tidak aku ketahui, aku akan menempuh jalan yang tidak aku
ketahui. Dengan ini aku mohon padamu, berikanlah restumu agar aku bisa pergi,
agar aku bisa melihat wajahmu lagi dengan aman, dan masuk melalui gerbang Uruk
dengan gembira hati! Aku akan kembali dan melakukan festival akītu dua
kali dalam setahun, akītu-ku akan tampil dua kali dalam
setahun. Biarkan akītu terjadi dan kegembiraan dimulai,
biarkan genderang ditabuh di hadapanmu!”
Sapi Liar Ninsun
mendengarkan dengan sedih pada kata-kata Gilgamesh, putranya, dan Enkidu. Dia
pergi ke pemandian tujuh kali, dia membersihkan dirinya dalam air yang diberi
wewangian tamariska dan tanaman kemurnian, dia mengenakan jubah yang layak
untuk tubuhnya, dia mengenakan perhiasan yang layak untuk dadanya, dia
mengenakan selempangnya, dan mengenakan mahkotanya. Dia memercikkan air dari
mangkuk ke tanah. Dia melompat ke atas tangga, dia naik ke atap, dia mendirikan
pedupaan di depan Shamash, dia menaburkan kemenyan di hadapan Shamash, lalu dia
mengangkat tangannya, “Mengapa kau berikan kepada anakku Gilgamesh hati yang
gelisah, mengapa kau berikan kepadanya hati yang gelisah? Sekarang kau sudah
menyentuhnya dan dia akan bepergian jauh menuju tempat Humbaba berada. Dia akan
menghadapi pertempuran yang tidak diketahuinya, dia akan menempuh jalan yang
tidak diketahuinya. Selama hari-hari dia bepergian ke sana dan kembali, sampai
dia mencapai hutan cedar, sampai dia membunuh Humbaba yang mengerikan, dan
memusnahkan dari negeri itu segala kejahatan yang kau benci, pada siang hari
ketika kau melihatnya di jalan, semoga dia tidak takut padamu, semoga Aya
Sang Pengantin mengingatkanmu.”
“Semoga dia tidak takut
padamu, semoga Aya Sang Pengantin mengingatkanmu. Tempatkan dia dalam penjagaan
malam, bintang-bintang, dan ayahmu, Sin! Jadikanlah bagi kakinya jalan yang
aman, sentuhlah Enkidu, maka dia akan berjalan di depannya! Karena dia tahu
jalan menuju hutan cedar, dia akan membuka jalan, membuat gunung-gunung bisa
dilewati. Dan sebuah obor untuk perjalanan biarkan dia membawa di tangannya,
sementara Gilgamesh melakukan perjalanan ke hutan cedar, biarkanlah
hari-harinya panjang, dan malam-malamnya pendek, biarlah pinggangnya berikat,
dan biarlah langkahnya menjadi panjang! Saat senja, biarkan dia mendirikan
kemah untuk malam itu, menginap semalam, dan mereka akan berbaring.”
“Semoga dia tidak takut
padamu, semoga Aya sang Pengantin mengingatkanmu. Pada hari ketika Gilgamesh,
Enkidu dan Humbaba bertemu muka, kirimkanlah badai besar melawan Humbaba, wahai
Shamash, angin selatan, angin utara, angin timur, angin barat, ledakan, ledakan
besar, angin kencang, badai, topan, angin neraka, ledakan es, badai, tornado,
biarkan tiga belas angin ini muncul sehingga wajah Humbaba
menjadi gelap, dan senjata Gilgamesh mencapai Humbaba! Setelah hatimu sendiri
menjadi tenang, pada waktu itu, wahai Shamash, hadapkan mukamu kepada
keledai-keledaimu! Keledai-keledaimu yang cepat akan membawamu masuk pagi-pagi,
biarlah disediakan tempat duduk yang nyaman untukmu. Para dewa,
saudara-saudaramu, akan membawa makanan untuk menyenangkanmu, semoga Aya sang
Pengantin menyeka wajahmu dengan jumbai pakaiannya yang bersih!”
Sekali lagi Sapi Liar Ninsun
mengulang permintaannya di hadapan Shamash, “O, Shamash, tidakkah Gilgamesh
akan setara dengan para dewa? Tidakkah dia akan berbagi surga
denganmu? Apakah dia tidak akan berbagi tongkat kerajaan dengan Sin?
Tidakkah dia akan menjadi bijak dengan Ea dari Apsu? Apakah dia tidak
akan menguasai ras berkepala hitam bersama Irnina? Apakah dia tidak akan
tinggal di negeri yang tidak ada jalan kembali bersama Ningiszida? Biarlah
aku membuatnya, wahai Shamash, membuat kepalanya diangkat di atas manusia
lain.”
Setelah Sapi Liar Ninsun
menyampaikan permintaannya kepada Shamash, Sapi Liar Ninsun yang pintar,
bijaksana, dan mengetahui segalanya, dia mematikan pedupaan itu dan turun
dari atap, dia memanggil Enkidu untuk menyatakan niatnya, “O Enkidu yang perkasa,
kau bukan keturunan rahimku, tapi sekarang aku berbicara kepadamu bersama para
pemuja Gilgamesh, para pendeta tinggi, para perempuan suci, dan para pelayan
kuil.” Dia menaruh simbol-simbol di leher Enkidu, “Para pendeta perempuan
menerima bayi terlantar ini, dan putri para dewa membesarkan anak angkatnya.
Aku sendiri dengan ini mengadopsi Enkidu, yang aku cintai, sebagai seorang anak,
biarkan Gilgamesh dalam persaudaraan memperlakukan Enkidu dengan baik!”
“Sekarang kau, Enkidu,
berjalanlah di depannya! Karena kau tahu jalan menuju hutan cedar, kau akan
membuka jalan, membuat gunung-gunung bisa dilewati. Dan sebuah obor untuk
perjalanan biarkan kau membawa di tanganmu, sementara Gilgamesh melakukan
perjalanan ke hutan cedar, biarlah hari-harimu panjang, dan malam-malammu
pendek, biarlah pinggangmu berikat, dan biarlah langkahmu menjadi panjang! Saat
senja, biarlah kau mendirikan kemah untuk malam itu, menginap semalam, dan
kalian akan berbaring. Pada siang hari semoga Shamash melindungimu!”
***
Kalau Anda kebetulan 'tersesat' di sini, Anda mungkin ingin membaca kisah Gilgamesh ini dari awal di sini; atau membaca kelanjutannya di sini.
***

Comments
Post a Comment